Dalam 7 Menit Rudal China Hantam Manila, Duterte Gertak Balik China Siapkan Tentara Misi Bunuh Diri
"Saya tidak akan memohon. Saya hanya ingin mengatakan jangan sentuh Pag-asa, karena saya punya tentara di sana," tegas Duterte.
Dalam penilaian presiden berjuluk The Punisher tersebut, China (termasuk juga Rusia) menyanggupi permintaannya untuk mengirim persenjataan.
Berbeda dengan AS yang disebutnya tidak mengirim senjata seperti yang dia butuhkan untuk melawan kelompok ekstremis karena faktor HAM.
"China hanya ingin menjadi teman kami. Mereka memberi kami senjata dan amunisi. Sementara Amerika tidak mengirim apa yang kami butuhkan," katanya.
China, Filipina, Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam adalah negara yang saling mengklaim wilayah di perairan bernilai triliunan dollar AS itu.
Manila mendapat kemenangan penting ketika pada awal pemerintahan Duterte di 2016, pengadilan internasional menyebut klaim China tidak mempunyai basis data.
Namun, presiden berjuluk The Punisher itu dianggap terlalu lembut karena janji investasi miliaran dollar AS dari Presiden China Xi Jinping.
Beijing pun berupaya mengendurkan tensi dengan menyatakan kedua negara saling bertukar pandangan secara damai di Pag-asa pada Kamis (4/4/2019).
Amerika Serikat, sekutu sekaligus bekas negara yang pernah menduduki Filipina, telah mengumumkan sikap kontra terhadap ekspansi China di sana.
Untuk pertama kalinya, pada Maret Washington mengatakan bakal membantu Filipina jika saja terjadi "konflik bersenjata" di Laut China Selatan.
Angkatan Laut AS berulang kali melakukan misi dengan berlayar dekat dengan pulau buatan di Laut China Selatan, dan menimbulkan protes dari Beijing.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Duterte ke China: Jangan Sentuh Pag-asa, Saya Punya Tentara di Sana"
Penulis : Ardi Priyatno Utomo