Pelecehan Seksual Dosen USU terhadap Mahasiswi Bikin Jelek Nama Kampus,Dekan Berharap Tidak Terulang
Muryanto Amin tidak mau kejadian serupa terulang kembali dan menjadi perbincangan hangat di tengah-tengah masyarakat.
Penulis: Satia |
Pelecehan Seksual Dosen USU terhadap Mahasiswi Bikin Jelek Nama Kampus,Dekan Berharap Tidak Terulang
TRIBUN MEDAN.com-Dekan Fisip Universitas Sumatera Utara (USU), Muryanto Amin meminta kepada seluruh mahasiswa bila mengalami kejadian tidak baik dari seorang dosen langsung melaporkan kepada pihak fakultas masing-masing, Sabtu (18/5/2019).
Muryanto Amin tidak mau kejadian serupa terulang kembali dan menjadi perbincangan hangat di tengah-tengah masyarakat.
Perihal ini dikatakannya bukan hanya untuk kepada mahasiswa Fisip, tetapi seluruh fakultas yang ada di USU. Ia menilai, apa yang sudah dilakukan oleh dosen tersebut sudah mencederai nama baik universitas tinggi tersebut.
"Bagi seluruh mahasiswa yang menerima perlakukan tidak menyenangkan dari dosen silahkan mengadukan ke pihak Fakultas untuk terus dapat dilakukannya teguran, apabila kasusnya cenderung berat," jelasnya.
Perihal ini dikatakan, setelah terungkapnya upaya pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang Dosen Sosiologi berinisial HS kepada seorang mahasiswa.
HS mencoba untuk melakukan upaya Pelecehan dengan modus-modus mengajak mahasiswa untuk melakukan penelitian bersama.
Dosen USU Diduga Lecehkan Mahasiswi hanya Diberikan Surat Peringatan, Ini Penjelasan Dekan. .
Isu Mahasiswi Dilecehkan Oknum Dosen USU Viral di Kampus, BEM Akan Telusuri ke Dekan
Civitas USU Gempar, Dosen Diduga Lakukan Pelecehan Seksual Mahasiswi, Ajak Check In Hotel
Modus ini tidak berjalan mulus dengan kemauan HS. Mahasiswa tersebut malah ketakutan dengan gelagat-gelagat yang ditunjukkan HS.
Namun, sangat disayangkan, mahasiswa yang menerima perlakukan itu, tidak berani buka suara. Ia takut karena sedang dalam proses belajar mengajar.
Apabila dilaporkan langsung, ia takut akan menganggu proses akhir kuliahnya.
Prabowo - Terjawab, Prabowo dan 12 Orang ke Luar Negeri Naik Pesawat Pribadi, Penjelasan Imigrasi
Pasang Listrik Jebakan Tikus, Pencari Katak Tewas Meregang Nyawa di Sawah Milik Sarkam
Raih Suara Tertinggi Dapil Jakarta 3, Grace Natalie Gagal ke Senayan, Ponakan Prabowo juga Gagal
Upaya pelecehan seksual ini, dibenarkan oleh Dekan Fisip USU Muryanto Amin. Bahwa telah terjadi upaya pelecehan seksual kepada seorang mahasiswa pada Februari tahun lalu.
"HS sudah mengakui perbuatannya. Tetapi masih upaya pelecehan seksual," katanya, saat Tribun Medan menyambangi ruang kerjanya.
Wanita Ini Tega Tikam Pacarnya karena Kesal Tak Diberikan Hadiah saat Berulang Tahun
PSMS Medan Cari Pemain Pelapis untuk Legimin Raharjo dan Kiper Pengganti
Imigrasi Benarkan Prabowo Bersama Rombongan ke Brunei Pulang Pergi Pakai Pesawat Pribadi
Dirinya menjelaskan, awal mula kejadian ini terjadi pada tahun lalu, tepatnya pada bulan Februari. Ia mengatakan, HS mengakui mengajak beberapa mahasiswa untuk melakukan kerja kelompok atau penelitian.
"Ya benar, HS mengajak untuk melakukan kerja kelompok atau penelitian," jelasnya.
Hingga sampai dengan saat ini, HS masih bekerja seperti biasa mengajar kepada mahasiswa dengan jurusan Sosiologi.
Muryanto juga mengatakan, bahwa yang bersangkutan sudah menerima ganjaran akibat perbuatannya yang menjelekan nama baik universitas itu.
Akhirnya Ditangkap, Terduga Pembunuh Siswi SMP Wiwik Wulandari Ternyata Pria ABG, Sepupu Korban?
Hadiri Buka Bersama di Kodam I/BB, Gubernur Edy Minta Stokeholder Pererat Tali Silaturahmi
"Dia (HS) sudah mendapatkan ganjaran akibat perbuatannya. Sudah dilayangkan surat peringatan kepadanya untuk tidak mengulangi perbuatan yang serupa kepada mahasiswa lainnya," katanya.
Peringatan tertulis yang disampaikan pihak fakultas hanya bukan ringan. Menurut Muryanto, mahasiswa tidak memiliki bukti yang kuat untuk memberikan hukuman yang berat kepada HS.
Tak Bisa Larang Rencana People Power 22 Mei, Sandi Sebut Banyak Pelanggaran Pemilu
Kronologis Lakalantas di Jalan AR Hakim Medan, Pengemudi dan Pejalan Kaki Meninggal
Jikalau mahasiswa memiliki rekaman suara, atau foto dan saksi, kemungkinan kasus ini akan pihaknya teruskan hingga ke rektorat.
"Gak bisa diberatkan, karena mahasiswa tidak memiliki bukti kuat, yaitu foto dan saksi," jelasnya.
Dosen USU Diduga Lecehkan Mahasiswi
Dugaan pelecehan seksual dilakukan oknum dosen FISIP USU berinisial HS kepada mahasiswa mencuat ke publik.
Diwawancarai www.tribun-medan.com, Dekan FISIP USU Muryanto Amin tak menapik isu yang beredar ke publik, Muryanto menjelaskan kalau peristiwa ini terjadi pada Februari 2018.
Muryanto pun menyebutkan kalau HS sudah diberikan surat peringatan.
Isi surat dari dekan untuk HS;
Berdasarkan surat Ketua Program Studi Sosiologi, disebutkan bahwa ada upaya saudara melakukan pelecehan seksual terhadap mahasiswa.
Sehubungan dengan hal tersebut maka disampaikan kepada saudara Peringatan Tertulis agar tidak mengulangi perbuatan sebagaimana laporan tersebut di atas
Surat ini disampaikan sebagai bentuk pengarahan kepada saudara agar menjaga etika dan perilaku dosen serta menunjukan sikap yang patut dijadikan panutan bagi mahasiswa
25 Mei 2018
Ditandatangani Dekan FISIP USU Muryanto Amin
Ayo subscribe channel YouTube Tribun MedanTV
Beredar Kabar Prada DP Pelaku Mutilasi Vera Oktaria Diringkus, Pakai Kaus Loreng-loreng
Akhirnya Dua Rekan Pembunuh Bayaran Untuk Membunuh Jaksa Ditangkap Setelah Buron Berbulan-bulan
Tak ada laporan tertulis dari mahasiswa ke pihak fakultas.
Mahasiswa yang menjadi korban dari tindakan tak etis HS hanya melapor secara lisan ke departemen (jurusan).
Disinggung apakah oknum dosen mengakui perbuatannya, Muryanto Amin menjelaskan kalau berdasarkan pengakuan, HS belum sempat melakukan pelecehan seksual kepada mahasiswa.
"Mengakui, tapi upaya. Menurut pengakuannya (HS) upaya pelecehan seksual," tuturnya.
Muryanto menceritakan, kejadian ini berawal saat mahasiswi diajak HS untuk melakukan suatu kerja kelompok.
Kerja kelompok ini, kata Muryanto dengan iming-iming dapat memperbaiki nilai mata kuliah yang diasuh HS.
"Saat itulah terjadi," kata pimpinan fakultas ini.

WAWANCARA DENGAN KORBAN
www.tribun-medan.com, melakukan wawancara eksklusif dengan seorang korban yang diduga menerima pelecehan seksual dari oknum dosen FISIP USU.
Saat wawancara, Jumat (17/5/2019) Mawar (bukan nama sebenarnya) seorang mahasiswi FISIP menjelaskan runtut kejadian yang dialaminya.
Berikut wawancaranya :
Tribun : Bisa dijelaskan terkait kronologis pelecehan yang menimpa anda?
Mawar : Kejadian berawal dari tanggal 18 Juli 1017 pukul 07.26 WIB, pak HS menghubungiku via inbox facebook. Awalnya percakapan dimulai dari menanyakan “apakah sedang di Barbara?” maksudnya Batubara. Sebelumnya temanku sudah menghubungiku dan menyampaikan bahwa si bapak akan mengajakku ikut proyek penelitian"
Tribun : Setelah mendengar ajakan tersebut apa yang anda lakukan?
Mawar : Kebetulan rumahku dekat dengan lokasi penelitian. Setelah si HS menjelaskan maksudnya mengajakku dan aku setuju bergabung ke proyek penelitiannya, aku langsung minta izin kepada orangtua. Pada pukul 12.46 di hari yang sama aku diantar kedua orangtuaku menemuinya di salah satu rumah makan di Lima Puluh
Tribun: Apa yang menjadi objek penelitian dan berapa lama penelitian dilakukan?
Mawar : Pada penelitian pertama ini hanya sehari semalam. Kami melakukan bertiga, aku dengan rekanku TS dan Pak HS. Sebenarnya penelitian ini masih pada tahap survey lokasi ke daerah Batubara dan Mandoge. Penelitian ini tentang kelapa sawit milik PIR dan BUMN. Selama proses survey berlangsung tidak ada kejanggalan yang kurasakan dan besok aku sudah diantar pulang ke Lima Puluh
Tribun : Benefit apa yang anda terima setelah penelitian itu?
Mawar : Karena sudah ikut membantu survey proyek tersebut aku diberi Rp 250 ribu sebagai uang capek dan ongkos. Menurutku itu sudah menjadi hakku atas kerjaku sehingga kuterima
Tribun : Kemudian apa lagi yang terjadi?
Mawar : Seminggu setelahnya, si HS kembali menghubungi aku. Pada hari Selasa tanggal 25 Juli 2017, HS mengajakku bergabung proyek penelitiannya di Serdang Bedagai. Penelitian kali ini tentang BKKBN. Sebelumnya kami berkomunikasi via chat whatsapp, dia menjelaskan bahwa akan ada team dan aku mengenal baik orang-orang yang disebutkannya
Tribun : Apakah kali kedua mengikuti penelitian anda langsung turut serta bersama sang dosen?
Mawar : Aku kembali diizinkan orangtua yang membuatku tertarik untuk kembali ikut karena sebelumnya dia menawarkan untuk mengajariku SSPS. Wajar saja aku tertarik karena memang dalam waktu dekat aku akan skripsian dan aku tahu butuh pengetahuan untuk itu
Tribun : Kemudian apa yang terjadi?
Mawar : Aku berangkat dari rumah sekitar pukul 11 pagi. Kami bertemu di RM Cindelaras Serdang Bedagai. Aku juga membawa peralatan mandi dan pakaian di dalam tas punggungku. Pada saat itu aku memakai baju lengan panjang dilapisi jaket dan celana jeans. Setelah kami bertemu sekitar pukul 1 siang, dia bilang untuk makan siang di RM Cindelaras. Saat kutanyakan di mana tim yang lain, dia bilang nanti nyusul. Kemudian kami bergerak ke hotel di seberang RM Cindelaras
Tribun : Apakah anda ingat persis lokasi hotel tersebut?
Mawar : Lokasi hotelnya tapi agak melewati RM. Dia mengatakan 'kita check in aja dulu biar gak ribet, sore baru bergerak ke masyarakat' Akupun menyetujuinya. Pada saat mau check in aku merasa aneh. Ia memesan kamar dengan dua bed dengan alasan lebih murah tapi kutentang dengan alasan tidak akan nyaman dan pandangan buruk terhadap kami
Tribun : Kemudian bagaimana penolakan yang anda lakukan?
Mawar : Aku mengira pasti sudah ada dana untuk penelitian, jadi bagaimanapun tidak ada alasan murah. Akhirnya dia setuju check in beda kamar. Setelah melihat kamarnya beralih ke kamarku. Dia minta izin masuk dengan alasan mau diskusi sebentar dan aku diminta membaca kuesioner yang dia buat. Bagiku karena HS yang membuat kurasa tidak ada kesalahan
Tribun : Kemudian apa yang terjadi?
Mawar : Perasaan tidak enakku semakin kuat, kami hanya berdua di dalam kamar. Pintu kamar ditutup dengan alasan supaya AC tidak keluar ruangan kamar. Dia memulai obrolan dengan mengaku tidak bisa tidur karena minum kopi. Aku masih tetap merespon obrolan sesuai batasan dosen dan mahasiswi. Aku masih sibuk memainkan hpku. Aku chat dengan pacarku saat itu dan mengadu mengenai situasi dan perasaanku saaat itu
Tribun : Apa yang anda rasakan saat itu?
Mawar : Aku minta tolong. Aku ingin kabur. Pacarku mendorongku untuk keluar dari kamar secepatnya. Pacarku tetap menemaniku dari whatssap. Tiba - tiba HS mengambil powerbank dari atas pahaku dan meminta HPku agar dicarger saja. Permintaan itu karena takut hp mati dan tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun
Tribun : Kemudian apa yang terjadi selanjutnya?
Mawar : Ia diam sejenak. Aku melihatnya sedang memperhatikan wajahku.Tatapannya benar-benar memuakkan. Aku semakin takut. Tiba-tiba dia mendekatiku dan alat kelaminnya mengenai pahaku. Aku panik dan melompat dari tempat tidur bergegas ke arah pintu, keluar dan berlari ke lantai bawah.
Tribun : Lantas siapa yang pertama anda temui?
Mawar : Aku bingung apa yang harus kulakukan. Kemudian bertanya ke resepsionis apakah teriakan dari kamar atas akan terdengar ke bawah dan mereka bilang tidak akan dengar. Sambil mondar mandir dan menelepon mamaku dan bilang akan pulang. Aku takut. Tapi aku juga harus bersikap biasa aja. Aku harus tenang dan gak boleh nangis. Aku gaboleh ketahuan. Mamaku pun menyuruhku untuk segera pulang. Tak lama setelah itu HS meneleponku menayakan aku dimana
Tribun : Lalu apa yang anda lakukan?
Mawar : Kubilang aku harus pulang karena Bapaktuaku meninggal. Alasanku diragukan namun aku tak peduli. Dia menawarkan mengantar sampai ke pinggir jalan raya untuk mengambil bus sembari menyodorkan uang Rp 100 ribu sebagai ganti ongkos
Tribun : Setelah itu apakah anda menerima uang tersebut?
Mawar : Uang itu akhirnya kuterima karena dia tidak memperbolehkan aku pulang sebelum menerima uang itu
Tribun : Apakah hanya anda saja yang menerima perlakuan serupa dari pelaku?
Mawar : Tidak, kami ada tiga orang yang diduga menerima perlakuan yang sama, modusnya juga penelitian
Mawar : Kampus ingin berita ini tidak keluar,kami diminta menjaga nama baik kampus.Kami diberikan ultimatum, saya diminta untuk tidak dendam dengan siapapun
Tribun : Apakah hanya itu respons dari pihak kampus yang anda terima?
Mawar : Bahkan ada oknum dosen yang memegang jabatan di kampus itu. Dia hanya simpatik di depan kami saja di bepakang mereka menjelek-jelekkan. Bahkan dia memberikan alasan bahwa seorang korban mereka nilai genit, memiliki tubuh yang menggairahkan
Tribun : Apa yang membuat anda berani berbicara dengan media?
Mawar : Awalnya aku menunggu skripsiku kelar agar kasus ini tidak mengganggu skripsiku. Aku berani ngomong ini karena telah kutahan beberapa lama
Tribun : Bagaimana respons orang-orang terdekat anda?
Mawar : Banyak yang menilai aku berlebihan. Namun menurutku ini agar korban lain mau berbicara.Jangan dibungkam siapapun dan demi apapun. Menurut saya ini merugikan mental, psikologis kami kaum perempuan. Salah satu korban mengaku kepadaku ditekan di kampus
(cr19/Tribun-Medan.com)