Keluarga Pensiunan Polisi Bangkit Sembiring Dianiaya Sekelompok OTK, Polres Kerahkan 4 Tim Pemburu
Keluarga pensiunan polisi, Bangkit Sembiring (59) dianiaya sekelompok orang tak dikenal bersebo di rumahnya di Dusun Lau Kersik.
TRIBUN-MEDAN.com-Keluarga pensiunan polisi, Bangkit Sembiring (59) dianiaya sekelompok orang tak dikenal bersebo di rumahnya di Dusun Lau Kersik, Desa Bukit Lau Kersik, Kecamatan Gunung Sitember, Kabupaten Dairi, Jumat (31/5/2019) dini hari lalu.
Ia beserta istri dan tiga anaknya dibacok dan dipukuli mengunakan parang dan linggis secara membabi buta. Peristiwa itu terjadi saat mereka sekeluarga sedang tidur sekitar pukul 03.00 WIB.
Akibatnya, Bangkit beserta istri dan satu anaknya, Ristiani br Samosir (49) dan Abraham Sembiring (10), mengalami luka bacok dan terpaksa dilarikan ke RSUD Sidikalang.
Namun, diduga karena fasilitas RSUD Sidikalang tidak memadai, perawatan Bangkit dan Abraham dirujuk ke RSUP H Adam Malik Medan.
Humas RSUP H Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak membenarkan perihal ini.
"Bangkit Sembiring masuk tanggal 31 Mei 2019 jam 20.44 WIB, dengan kondisi mengalami luka benda tajam di bagian kepala. Sudah dioperasi tanggal 1 Juni 2019 kemarin dan saat ini masih menjalani perawatan intensif pasca-operasi," ujar Rosa, Senin (3/6/2019).
"Sedangkan, anaknya bernama Abraham Sembiring masuk tanggal 1 Juni 2019 sekitar jam 02.00 WIB, dengan kondisi yang sama. Sudah menjalani operasi juga dan saat ini masih dalam dirawat intensif di ICU anak," imbuh Rosa.
Dua anak Bangkit lainnya yang juga berada di rumah saat malam kejadian, Semangat Sembiring (20) dan Maria Keke br Sembiring (17), mendapat pemukulan dan mengalami luka-luka. Keduanya kini tengah menjaga ibu mereka di ruang rawat RSUD Sidikalang
Kasubbag Humas Polres Dairi, Iptu Donni Saleh mengatakan, Polsek Tigalingga telah menerima laporan korban dan tengah menyelidiki kasus ini.
Dikatakannya, Kapolres Dairi telah membentuk empat tim untuk membantu personel Polsek Tigalingga memburu komplotan penganiaya Bangkit Sembiring sekeluarga.
"Masih penyelidikan. Nanti kalau para pelaku sudah tertangkap, kita kabari," ujar Donni, Senin (3/6/2019).
Sebelumnya, saat ditemui Tribun Medan di IGD RSUD Sidikalang, Bangkit mengaku tengah berselisih paham terkait masalah tanah dengan seseorang bermarga S dan seorang lagi berinisial ST.
Sebelumnya pun mereka pernah mendapat penyerangan. Namun, berbentuk perusakan.
"Saya masih ingat, tanggal 5 April 2018. Rumah dan mobil pikap kami dilempari pakai batu," kata Bangkit, Jumat (31/5/2019) lalu.
Ia mengatakan, dirinya dengan pria bermarga S terlibat sengketa tanah warisan. Sementara, ST berperan sebagai otak pelaku perusakan rumah dan mobil pikapnya. Antara S dan ST, masih ada hubungan kekerabatan.
Dikatakan Bangkit lagi, kasus tersebut sudah ia laporkan ke polisi dan sudah tahap P-21. Namun sayang, pelaku bebas berkeliaran alias tidak ditahan kejaksaan.
Bangkit berharap, polisi dapat segera mengungkap kasus ini dan menangkap komplotan yang menyerang keluarganya.
"Saya tidak mencurigai mereka (ST dan S). Hanya karena kamu tanya, saya jawab," ucap mantan Kapospol Pardomuan Polsek Bunturaja ini mengakhiri.
Diberitakan sebelumnya, satu keluarga di Dusun Lau Kersik, Desa Bukit Lau Kersik, Kecamatan Gunung Sitember, Kabupaten Dairi, dibacok dan dipukuli secara membabi buta mengunakan parang dan linggis oleh komplotan pria bersebo, Jumat (31/5/2019) dini hari.
Peristiwa ini terjadi saat keluarga tersebut sedang tidur, sekitar pukul 03.00 WIB.
Ristiani br Samosir, saat ditemui Tribun Medan di ruang rawat RSUD Sidikalang menuturkan, dini hari itu ia bersama anak bungsunya, Abraham, tidur di lantai ruang tengah rumah. Dua anaknya yang lain berada di kamar tidur masing-masing.
Sekitar pukul 03.00 WIB, Ristiani kaget mendengar suara pintu didobrak. Sejurus kemudian, pintu berhasil terbuka dan gerombolan bersebo membawa parang dan linggis masuk.
Gerombolan tersebut selanjutnya berjalan mendekati posisi Ristiani dan Abraham dan langsung membacok kepala dan badan keduanya.
"Mereka enggak ada berucap apa-apa. Begitu masuk, langsung dibacok kami," ungkap Ristiani.
Selanjutnya, dua anak Ristiani yang lain keluar dari kamar masing-masing. Maria ditendang perutnya hingga terjerembab ke lantai, sedangkan Semangat dipukul menggunakan linggis. Namun, setelah sempat kena pukul linggis, Semangat berhasil mengelak dan merebut linggis tersebut, kemudian memukul balik anggota gerombolan yang memukulnya.
"Aku rasa ada sekitar lima orang yang membacok kami itu. Mereka pakai penutup muka. Saat itu, mereka enggak ada bersuara (bicara-red) apapun," ungkap Ristiani lagi.
Ristiani mengatakan, usai membacok dan memukul mereka, sebagian anggota gerombolan tersebut keluar dan menyerang suaminya yang tidur di kabin mobil pikap mereka yang berada di teras rumah.
Bangkit Sembiring mengatakan, dirinya juga tak menyangka penyerangan tersebut. Ia baru terbangun setelah tubuhnya menerima bacokan parang.
"Sebelum aku dibacok, mereka memukul kedua pintu mobil pikap terlebih dahulu. Setelah kacanya pecah, barulah pintu dibuka, lalu aku dibacok," tuturnya.
Usai membacok, gerombolan bersebo tersebut kabur menggunakan mobil minibus ke arah Desa Liang Kendit.
"Ada satu anakku yang selamat. Dia sempat melawan anggota gerombolan itu. Kata anakku itu, mereka kabur ke arah Liang Kendit pakai mobil," ucap Bangkit. (cr16/tribun-medan.com)