Mantri Patra Tulis Surat Sebelum Temui Ajal di Pedalaman Papua, Kehabisan Obat dan Tak Ada Jemputan
Mantri Patra meninggalkan surat yang ditulis saat dia berkelut dengan sakit sebelum meninggal dunia di pedalaman Papua
"Baju Putih Kering Berkeringat. Inilah kalian, baju putih berkeringat yang dihiasi debu.
Meski tampak menjijikkan dengan pekerjaanmu saat kalian mendekati mereka
Hanya doa yang selalu kalian haturkan pada Tuhan di setiap gersang tanah hujan. Keringat kalian ada bagi mereka, untuk mereka.
Sambil sesekali merayu kepada Tuhan, kapan semua berakhir, namun tugas dan tanggung jawab berpihak pada kalian.
Dengan tingkah laku dan jiwa yang mencintai mereka, jiwa yang tidak berdosa, di tinggal sakit.
Kalian datang dengan harapan semua sehat.
Bandir pohon menjadi bantal bagi kalian.
Tanpa menghaturkan sepatah kata pun.
Kalian berjalan menembus rimba.
Tidak ada kata sungut di bibir.
Kalian tetap berharap baju putih adalah teman setia di mana keringat itu ada.
Biar semua orang menatap kalian, biar semua orang betah dengan kalian.
Kalian tahu asal kalian tinggi menjangkau langit tak pasti.
Tetapi di sela-sela doa terdengar...
Tuhan.. kami mau mereka rasa tangan kami.
Tuhan kami mau mereka rasa damai kerja kami, kami tak tuntut banyak.
Berikan kami kesehatan dan umur panjang biar bisa berkarya."

Tokoh Papua Berduka
Salah satunya adalah tokoh masyarakat Papua, Hendrik Mambor, yang menulis ucapan duka citanya di unggahan Facebooknya pada 21 Juni 2019.
"#Dedikasimu patut dicontohi #Motivasikerjamu patut diteladani dan dihargai.
"Mantri /Petugas Medis #PATRA KEVIN MANGOLO JAUHARI, mewakili Lembaga Masyarakat Adat Kabupaten Teluk Wondama dan seluruh Pejuang Pemekaran Kabupaten Teluk Wondama kami hanya bisa mengucapkan penghargaan atas dedikasimu dan jerih lelahmu bagi masyarakat secara khusus masyarakat di Pedalaman Udik Simo Kampung Oya Distrik Naikere Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat."
"Sebuah kampung terpencil yg untuk menjangkaunya kampung/desa ini dari titik ujung jalan dengan akses kendaraan harus dilanjutkan lagi dengan berjalan kaki 3-4 hari."
"Meninggal karena kehabisan obat, faktor utama kesulitan transportasi."
"Kami tak mampu membalas jasa baikmu. Hanya iman dan percaya kami bahwa Tuhan yang akn membalasnya dgn anugerah kemuliaan sorgawi bagimu. Turut berduka cita yang dalam atas terpanggilnya mantri Patra Kevin Mangolo Jauhari. Keluarga diberi kekuatan dan ketabahan. Doa dan hormat," tulis Hendrik Mambor.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Mantri Patra, Meninggal dalam Kesendirian Saat Bertugas di Pedalaman Papua "