Pengamat Kesehatan Minta Warga tak Khawatir Soal Flu Singapura, Cukup Minum Obat dan Istirahat
Flu Singapura merupakan penyakit yang menular dan penularannya terjadi melalui udara atau pernafasan sehingga cukup berbahaya
Penulis: Ayu Prasandi |
Waspada, Virus Flu Singapura Menyebar di Kota Medan, Banyak Anak Kecil Terjangkit
Flu Singapura tampaknya mulai menyebar di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut). Di beberapa kecamatan diketahui ada sejumlah anak yang terjangkit penyakit ini.
Penyakit flu Singapura adalah infeksi menular yang disebabkan oleh virus. Dimana, penyakit ini menyerang anak-anak.
Penyakit flu Singapura ini juga dikenal dengan penyakit mulut dan kaki Hand, Foot and Mouth Disease (HFMD) yang memiliki ciri-ciri seperti bintik-bintik berair, demam tinggi, dan sariawan di dalam mulut, tangan, serta kaki.
Semula anak perempuannya yang terkena, kemudian menular ke abangnya. Kecurigaan terkena flu singapura muncul setelah anak sepupunya diduga kena cacar air, tapi dirinya tidak melihat secara langsung cacar airnya itu seperti apa.
"Mereka awalnya main-main biasa. Sehari berselang kemudian besoknya anak saya demam tinggi. Terus nampak keluar satu binyik merah. Aku kira awalnya cacar air. Tapi kok cacar air agak-agak gede dan tumbuhnya hanya ditelapak tangan, kaki, lutut dan bibir serta badan bagian perut," kata Nita, Rabu (10/7/2019).
"Anak yang paling kecil awalnya yang kena. Habis itu besoknya tertular ke abangnya. Gejalanya deman panas sampai 39 derajat celsius. Pas sudah keluar semua bintik merah yang seperti ruam berisi air lalu demamnya turun. Tapi enggak sampai pecah bahkan sampai sekarang masih ada bekasnya. Jadi anak saya tiga hari demam terus seminggu kemudian baru kempes bintik merahnya. Karena waktu bintik merah itu ada, dia mijak pun agak sakit," sambungnya.
Nita menjelaskan bahwa dari semua bintik merah yang ada di tubuh anaknya yang diduga terjangkit virus flu singapura itu, tidak ada satupun bintik yang pecah. Karena bintik merah itu agak tebal dan setelah seminggu dia kempes sendiri.
Saat kejadian itu, karena suhu panas anaknya tinggi, Nita yang khawatir langsung membawa anaknya untuk berobat ke klink dekat rumah.

Tapi saat itu, pihak dokter klinik tidak menyimpulkan anaknya terkena flu singapura tapi diduga terkena cacar air. Dokter berikan obat deman, terus ada obat bubuk campurlah ada berapa jenis.
"Kan waktu di bawa ke klinik itu belum diketahui pasti. Karena masih sedikit benjolan merah yang keluar di bagian tangan di jari jempolnya melentung," ujarnya.
"Nah sudah seminggu berlalu masih ada sisa-sisa bekas melentungnya itu. Terus saya lihat temam ada bikin status. Dia foto kondisi anaknya sama persis dengan sakit anak saya. Disitu teman itu, bilang ibu-ibu harap diwaspadai. Ini bukan cacar air. Terus aku japri dia nanya emangnya apa. Terus dia bilang itu cacar monyet (flu singapura) dia bilang gitu. Karena banyak yang bilang itu cacar air. Tidak, karena cacar biasanya tidak ada keluar di telapak tangan dan kaki. Dia nggak ada keluar, tapi ini ruam semua. Waktu itu aku fotokan terus dia bilang sama persis. Tapi saat ini anakku sudah sembuh, bintik merahnya sudah kempes tinggal bekas-bekasnya yang masih ganti kulit," urainya.
Nita menceritakan saat anaknya alami flu singapura itu, anaknya rewel dan tidak mau makan, susah tidur dan berat badannya juga turun sangat drastis.
Karena sebelum terkena flu singapura berat badan anak Nita sekitar 20 Kg, tapi setelah sembuh berat badannya berkurang jauh hingga sekarang beratnya tinggal 15 Kg.
" Dia enggak mau makan. Minum pun enggak. Paling mesti dipaksa baru mau, itupun dikit makannya," ujarnya.