8 Warga Binaan Pemasyarakatan Tanjung Gusta Terjangkit HIV/AIDS, Diduga karena Hubungan Seksual

HIV merupakan virus yang menginfeksi manusia dan menyerang sistem kekebalan tubuh, membuatnya menjadi tidak bisa bekerja efektif seperti seharusnya.

voicewaves.org
8 Warga Binaan Pemasyarakatan Tanjung Gusta Terjangkit HIV/AIDS, Diduga karena Hubungan Seksual. HIV. 

8 Warga Binaan Pemasyarakatan Tanjung Gusta Terjangkit HIV/AIDS, Diduga karena Hubungan Seksual

TRIBUN-MEDAN.com-Terdapat 8 narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IA Tanjung Gusta Medan  terjangkit penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV/AIDS).

HIV merupakan virus yang menginfeksi manusia dan menyerang sistem kekebalan tubuh, membuatnya menjadi tidak bisa bekerja efektif seperti seharusnya.

Jika HIV adalah virus yang menyebabkan infeksi, AIDS adalah kondisi atau sindrom. Terinfeksi HIV bisa membuat seseorang mengalami AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome).

Hal ini disampaikan Kalapas Tanjung Gusta Medan, Frans Elias Nico kepada Tribun, Sabtu (13/7/2019) lalu di Lapas Tanjung Gusta

"Memang ada. Siapa yg bilang nggak ada? Pokoknya lebih dari 10 orang kumpul, jangankan di Lapas, di tempat lain pasti ada. Ada, sekitar 7 atau 8 kalau tidak salah, karena saya sendiri belum cek," ungkapnya.

Untuk itu dijelaskan Nico para penderita HIV/AIDS ini diberikan blok untuk dilakukan rehabilitasi dan pengobatan.

Baca: Bank Mandiri Jamin Uang Nasabah Hilang dalam Rekening Akan Kembali Lagi dalam 3 Jam

Baca: Nasabah Syok Saldo Hilang dalam Rekening, Pihak Bank Mandiri: Kami Mohon Maaf

Baca: Agar Bisa Beli iPhone X, Mahasiswi Eca Rekayasa Dirinya Diculik dengan Tebusan Rp 25 Juta

"Karena itu kita ada blok rehab disini. Jadi blok rehab itu, selain untuk persiapan kita untuk anak-anak yang bebas bersyarat. Kita siapin memang, terus kita konsuling mereka (penderita HIV/AIDS), memberi pemahaman ke mereka. Jadi kita pisah, kita kasih pemahaman bahwa HIV itu bukan penyakit menular, yang menular itu malah hepatitis, A, B, C. Malah C itu berbahaya, C itu tempat duduknya pun, tempat makannya pun menular. Tapi kalau HIV,  sepanjang dia tidak ada luka, tidak akan menular," bebernya.

Ia membeberkan bahwa salah satu penyebab terjangkitnya HIV/AIDS du Lapas Tanjung Gusya ini adalah perilaku seks yang menyimpang karena over kapasitasnya tahanan.

"Over kapasitas ini dapat menyebabkan penyimpangan seksual oleh narapidana sendiri. Penyimpangan seksual itu pasti ada, dari zaman Adam itu. Yang namanya Homoseksual itu ada, kita inikan budaya timur, itu salah. Penularan HIV dan homoseksual pasti ada, karena apa? manusia ini loh. Misalnya dia sudah 20 tahun disini, dia bertemu dengan orang-orang itu. Pasti ada. Kita gak bisa menghapus dengan aturan, kita hanya bisa membatasinya dan mengarahkan saja, janganlah kalau bisa," ungkapnya.

Ia menyebutkan dalam dunia kesehatan untuk mengantisipasi terjadinya penyakit ini adalah dengan menggunakan alat pengaman berupa kondom.

Baca: Ali Yusuf Siregar Membuka Rakor TPID Kabupaten Deliserdang Bulan Juli 2019

Baca: Curhat Dituduh Manipulasi Fotonya Kelewat Cantik, Caleg Evi Apita: Foto Presiden Aja Diedit

Baca: Wanita Muda Beli Mobil Seharga Rp 234 Juta Pakai Uang Palsu yang Dicetak Sendiri di Rumah

Nico menyadari bahwa cara antisipasi ini akan dipandang negatif oleh masyarakat.

"Kalau dari sisi medis, untuk mengurangi penularan HIV/AIDS dengan kondom. Namun belum kita lakukan, sedang kita koordinasi. Karena itu nantinya berarti Lapas melegalkan homoseksual. Daripada HIV? Ada 3000an orang disini, dan komunikasi seksualitas itu tidak bisa dihindari. Ada beberapa dokter disini kita sosialisasikan tentang menggunakan kondom untuk mengurangi penyakit seksual, kelamin, HIV," tegasnya.

Bahkan Nico menyebutkan dirinya sudah pernah melakukan antisipasi ini saat menjabat di Kasi Binadik LP Cipinang.

"Saya lagi mau mencoba kotak p3k itu coba masukkan kondom di dalam. Saya waktu di Cipinang saya masukkan kondom disitu. Walaupun banyak kontroversi disitu. Karena orang kalau lihat kondom itu ibarat lihat gajah, dipandang dari beberapa sudut, ada yang lihat dari ekor dan lainnya," tuturnya.

Baca: Warga Tepi Pantai Desa Dilanda Kepanikan Usai Isu Tsunami Berantai dalam Pesan WA

Baca: FKUB Kabupaten Bungo Belajar Kerukunan Umat Beragama dengan Pemko Medan

"Karena Saya sudah bosan tuh ngelayani orang narkotika di Cipinang, Nusakambangan, ngurusin lapas narkotika terus. Nah ini yang kadang-kadang pemahaman orang, kalau HIV itu menular, berbahaya tidak bisa tersembuhkan, karena antibodi merekakan berkurang," pungkas Nico.

Sementara, Kabid Pembinaan Lapas Tanjung Gusta Medan, Peristiwa Sembiring membenarkan bahwa ada 8 orang warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang telah terjangkit HIV/AIDS.

Ia merincikan bahwa dari 8 napi tersebut, 6 telah tertular dari luar Lapas dan 2 lainnya tertular ketika berada di Lapas.

"WBP nya itu ada 8 orang. Yang terkena HIV setelah di dalam itu 2 orang, yang 6 orang memang sebelumnya udah ada," ungkapnya.

Terhadap 8 narapidana tersebut ia mengungkapkan bahwa dilakukan pengobatan yang intensif yang seluruhnya dibiayai oleh pemerintah.

Baca: Nasabah Bank Mandiri Syok, Uang di Rekening Tiba-tiba Hilang, Ini Tanggapan Manajemen

Baca: Korban Begal Minta Polisi yang Menyamar jadi Emak-emak Sikat Begal yang Beraksi di Fly Over Amplas

"Mereka berdelapan tetap mengkonsumsi obat HIV, seperti kontrol sama dokter kita. WBP kami fasilitasi pengobatan dan nggak dibebani ke mereka, semua ditanggung pemerintah. WBP yang terinfeksi kita berikan arahan, konseling. Mereka sering ketemu medis kita, mereka biasanya dikasih obat tiap hari. Mungkin obat untuk 2 hari dikasih satu hari. Karena WBP nggak boleh pegang banyak obat meskipun resep dokter," ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa kedelapan narapidana tersebut seluruhnya adalah tersangkut narkotika. "Yang 8 orang ini, narkotika umumnya," jelasnya.

Terkait dengan penularan disebabkan oleh penyimpangan seksual, Peristiwa menyebutkan bahwa pihaknya tak bisa memastikan dengan akurat karena pasti dilakukan tersembunyi.

"Yang dua ini, kita gak bisa jelaskan kenapa bisa terjangkit. Kalau dibilang masalah suntikan, di Lapas nggak ada. Mereka nggak pernah pakai itu. Kalaupun ada penyimpangan seksual, pasti tersembunyi. Saya tidak bisa prediksi karena ini semua dilarang," tegasnya.

Terkait nama-nama narapidana, ia menyebutkan bahwa hal tersebut tidak dapat dipublikasikan karena kode etik.

"Nama-namanya kami minta maaf, itu kode etik gak boleh kami kasitau. Itu untuk menjaga kekuatan mereka, jangan sampai minder kalau diketahui temannya. Kami ga boleh sembarangan kasitahu namanya," pungkasnya

Masih Sedikit Yang Terdeteksi

Over kapasitasnya jumlah tahanan disebutkan Pengamat Kesehatan Sumut Dr. Umar Zein bisa mempermudah terjangkitnya HIV/AIDS di Lapas Tanjung Gusta Medan.
Karena penyimpangan seksual sesama laki-laki tersebut mempermudah menularnnya HIV/AIDS di dalam Lapas.
"Jumlah narapidana yang over kapasitas memang menjadi faktor mempermudah terjadinya penyimpangan seksual. Apalagi memang sudah ada kelainan kelainan perilaku sebelumnya, jadi memang bisa, dipaksa juga bisa, berperilaku karena saling membutuhkan juga bisa. Jadi itu tidak hanya di Lapas dimana saja bisa," jelasnya.
Seperti dijelaskan Dokter dari Fakultas Kedokteran UISU timbulnya Virus ini yaitu melalui cairan tubuh seperti darah, air mani, dan cairan vagina. 
Penularannya terjadi melalui hubungan seks dengan orang yang mengidap HIV/AIDS tanpa menggunakan kondom, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, dan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang sedang dikandung.
 
Baginya angka 8 dari sekitar 3200 narapidana adalah angka perbandingan yang kecil. Baginya bila petugas memang benar-benar melakukan tugasnya pasti akan ditemukan lebih banyak dari angka tersebut.
 
Hal tersebut dikatakan Dr. Zein karena pendekteksian dini penderita HIV/AIDS adalah hal yang sangat penting untuk mencegah virus tersebut untuk tumbuh.
 
"Kalau 8 narapidana itu masih sikit itu, coba diperiksa 3000an itu semua. Kalaunya kalau 10 persen saja coba diperiksa mungkin 300 orang itu. Kalau hanya 20 orang diperiksa ya hanya 8, coba 3000 itu semua diperiksa mungkin sampai 300 itu," jelasnya.
 
"Jadi semakin aktif petugasnya mendeteksi pasti akan sebanyak jumlahnya itu. Tidak perlu ditutup-tutupi, karena ketika diketahui sejak dini hal tersebut akan membantu untuk penanggulangan dan pengobatan," tambahnya.
 
Hal ini juga didukung karena memang peningkatan penyimpangan seksual Homo semakin tinggi. "Jadi peningkatan homo seksual meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bukan hanya di lapas, dimana-mana saja komunitas bisa saja terjadi, tempat pendidikan juga bisa terjadi," tegasnya.
 
Dr. Zein membenarkan bahwa secara pola pikir pencegahan HIV/AIDS dalam dunia kesehatan adalah menggunakan kondom (alat kontrasepsi).
 
"Sekarang bercerita kondom, konotasi di masyarakat kita seperti akan melegalkan seks bebas. Tapi itukan alat pelindung, perbuatan itu tidak bisa lagi dihindari. Daripada terinfeksi lebih baik malah kita pakai pengaman. Kondom itukan sarung, yang disarungi itunya yang masalah, kita memandang bendanya seolah2 kita melegalkan seks bebas. Tetapi untuk mencegah HIV ya efektif hanya memakai kondom ya kalau bisa memang tidak melakukan. Itu pola pikir dari segi kesehatan, kalau dari budaya dan agama ya tidak boleh," ungkapnya.
 
Baginya, para narapidana yang lainnya tidak perlu ketakutan berlebihan atau bahkan antipati dengan para penderita HIV/AIDS di Lapas. 
 
"Yakan kalau hanya hubungan sosial tidak menular, menularnya kan dari hubungan seksual dan darah serta asi. Jadi dengan berinteraksi sosial dengan penderita seperti bersentuhan, makan bersama ataupun udara itu tidak akan menularkan. Bahkan sekarang AIDS sudah bisa diobati jadi kita bisa langsung berikan pengobatan tidak menunggu dia ada keluhan-keluhan lagi," tutupnya.
 

(vic/tribunmedan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved