Sintor dan 19 Kerbaunya Mati Mendadak Tersambar Petir, Alasan Halilintar Begitu Berbahaya

seorang pria penggembala bersama 19 ekor ternak kerbau mati seketika akibat sambaran petir saat hujan turun pada malam hari.

suluhsumatera.com
Sintor Habeahaan penggembala kerbau tewas tersambar petir saat disemayamkan di rumah duka 

Dari sisi kekuatan, tegangan petir pun sangat besar. Tegangan listrik yang bisa ditoleransi manusia 20 miliampere.

Sementara tegangan yang dihasilkan petir bisa mencapai 26.000 ampere.

Bagi petir, membunuh manusia adalah perkara mudah.

Mengapa sambaran petir sangat fatal, padahal terjadi dalam waktu singkat?

Sambaran petir telah menjadi penyebab kematian pada 4.000 orang di dunia setiap tahun. Angka ini sudah dikurangi 90 persen dari korban yang selamat.

Padahal, sambaran petir terjadi begitu cepat dan jumlah listrik yang mengalir pada tubuh sangat kecil.

Mary Ann Cooper, seorang dokter gawat darurat yang telah pensiun dan peneliti petir, berkata kepada CNN 25 Mei 2017 bahwa mayoritas listrik dari sambaran petir mengalir di luar tubuh dalam efek flashover.

Listrik yang mengalir di luar tubuh ini bisa bereaksi dengan keringat atau tetesan air hujan pada kulit.

"Volume air memuai ketika diubah menjadi uap. Jadi jumlah kecil pun bisa menyebabkan ledakan uap. Reaksi ini benar-benar meledakkan baju Anda," ucapnya.

Cooper yang pernah menulis sebuah studi mengenai luka akibat sambaran petir sekitar empat dekade lalu berkata bahwa kehilangan kesadaran adalah efek yang paling sering ditemukan dalam laporan 66 dokter yang menjadi data penelitiannya.

Kemudian, sekitar satu pertiga korban juga mengalami kelumpuhan sementara pada lengan dan kaki mereka.

Sementara itu, efek yang lebih berbahaya adalah ketika aliran listrik menghentikan jantung.

Untungnya, Chris Andrews, seorang dokter dan peneliti petir di University of Queensland, Australia, berkata bahwa jantung memiliki alat pacu alami yang akan mereset dirinya sendiri.

Sebaliknya, masalah terbesar menurut Andrews adalah ketika petir mematikan area otak yang mengontrol pernapasan.

Dia berkata bahwa bagian tubuh ini tidak bisa mereset dirinya sendiri sehingga persediaan oksigen korban akan terjun bebas dan membuat jantung terserang kembali.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved