Jokowi 12 Kali Kunjungi Papua, 6 Pedekatan yang Diharapkan Berbeda dengan Pelaksanaan di Lapangan
12 Kali Kunjungi Papua, Jokowi Heran Pedekatan yang Dia Harapkan Berbeda dengan Pelaksanaan di Lapangan.
12 Kali Kunjungi Papua, Jokowi Heran Pedekatan yang Dia Harapkan Berbeda dengan Pelaksanaan di Lapangan.
////
TRIBUN-MEDAN.COM - Presiden Jokowi mengundang berdialog lebih dari 35 pemipin redaksi media massa nasional di istana negara, Selasa (3/9) siang.
Presiden didampingi Menteri Sekretaris Negara, Pratigno, melayani diskusi mulai sekitar pukul 11.30 hingga pukul 12.55 WIB.
Tiga tema pokok yang dibahas, yakni situasi terkini menyangkut gejolak di Papua, keputusan pemindahan Ibu Kota RI dari Jakarta ke Kalimantan Timur, dan menyangkut polemik pemilihan calon pimpinan KPK.
Mengenai Papua, Jokowi mengaku heran terkait keamanan yang terusik kerusuhan beruntun di Papua barat, yakni Senin, 19 Agustus di Manokwari dan Sorong, lanjut di Fakfak 21 Agustus.
Gejolak massa kemudian terjadi di Deiyai, Papua, pada Rabu (28/8/2019) dan 29 Agustus di Jayapura.
Ia mengaku masyarakat Papua masih sangat percaya terhadap pendekatan yang dilakukan presiden.
"Sebenanya trust ada. Buktinya, 99 persen (hasil Piplres 2019, suara Jokowi-Ma'ruf 99,66 persen di Papua, Red) itu muncul. Namun karena ada satu itu (kerusuhan, Red), maka semua proses panjang itu jadi hilang," kata Jokowi saat berdialog dengan para pemimpin redaksi.
Saat dialog, mendengar pertanyaan-pertanyaan dari para pemimpin redaksi, Jokowi mengaku ada sesuaatu keheranan bagini.
"Saya menangkap ada persepsi di masyarakat, antara Jokowi dan Jakarta ada perbedaan. Jadi ada kesan yang saya tangkap, pendekatan Jokowi dengan pendekatan Jakarta, berbeda," katanya.
Tribun Network mencatat, Jokowi sampai tiga kali menyebut adanya persepsi yang berbeda di masayarakat tersebut.
"Pelaksanaan di lapangan kadang berbeda dengan apa yang saya tafsir dan inginkan. Jadi yang saya tangkap, di masyarakat ada persepsi, pendekatan Jokowi dengan pendekatan Jakarta, berberda. Ini yang ingin saya sambung," kata Jokowi menandaskan.
Namun dia tidak menjelaskan mendetail, apa maksud perbedaan antara pendekatan yang dia lakukan dengan 'Jakarta'.
Dia juga tidak mengurai 'Jakarta' yang dimaksud, apakah merujuk pada satu institusi atau lembaga.