Ini Cuitan Tajam Profesor LIPI soal Polisi Taliban vs Polisi India di KPK, Format Baru Macan Ompong

Polemik revisi UU tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan terpilihnya lima pimpinan KPK periode 2019-2023, semakin memanas.

Editor: Juang Naibaho
KOMPAS.com/ABBA GABRILLIN
Logo Komisi Pemberantasan Korupsi di Gedung Baru KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (22/2/2016). 

Simak cuitan Syamsuddin Haris terkait KPK.

@sy_haris Sep 11: Saya sdh baca. Ini bukan revisi tapi pembentukan UU baru krn hampir semua pasal diubah. KPK format lama dibubarkan dan dibentuk KPK baru yg macan ompong. Cc:
@PDI_Perjuangan @Gerindra @Golkar5 @NasDem @DPP_PKB @PDemokrat @PKSejahtera @Fraksi_PAN @DPP_PPP

@sy_haris Sep 13: Lengkap sdh skenario pelumpuhan @KPK_RI. Pak @jokowi mbiarkan capim yg diduga cacat integritas lolos ke DPR, bahkan kemudian dipilih sbg Ketua KPK. Pada saat bersamaan Presiden setuju mbahas usul revisi UU KPK dari DPR. Mereka lupa, di atas Presiden & DPR ada rakyat yg berdaulat.

@sy_haris· Sep 13: Ketika aspirasi dan hati nurani publik (tentang pentingnya integritas komisioner serta independensi lembaga antikorupsi) ternyata sekadar menjadi alas kaki kekuasaan. Hidup para oligark, hidup koruptor.

@sy_haris 23h: Skor Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2018 berada di angka 38, meningkat satu poin dibanding 2017, atau diperingkat 89 dari 180 negara. Itu artinya, kita butuh @KPK_RI yg kuat, independen & bebas dari intervensi lembaga lain. Apa jadinya jika KPK lumpuh?

Baca: Rossi dan Marquez Berseteru Lagi di GP San Marino, Begini Komentar Keduanya

Baca: Tim Promosi Norwich City Bikin Kejutan, Tumbangkan Manchester City 3-2

Sementara itu, penyidik Senior KPK Novel Baswedan juga pernah merespons soal adanya isu Polisi Taliban Vs Polisi India di antara kalangan penyidik.

Diberitakan Tribunnews.com, Novel Baswedan sempat dituding berpaham radikal karena sering mengenakan celana cingkrang dan memelihara jenggot.

"Kaitannya dengan apa disebut Taliban? Kaitannya dengan apa disebut radikal? Justru ketika seseorang mempunyai jenggot seperti saya, kadang menggunakan celana yang sedikit sesuai dengan sunah rasul, terus dipermasalahkan," ucap Novel bingung di Gedung Merah Putih KPK, Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (20/6/2019).

Menurutnya, pihak-pihak yang menudingnya seperti itu kurang pengetahuan.

Novel menganggap ketika orang kurang pengetahuan, maka haruslah diberitahu.

"Tokoh-tokoh agama yang harus memberitahu orang bersangkutan. Tapi ketika ada perilaku saya ada yang disebut Taliban, saya justru pingin tahu perilaku yang mana, apakah menangkap koruptor dan kemudian tidak kompromi itu disebut radikal? Disebut Taliban?" tanya Novel.

Dia pun tak masalah disebut radikal, asal berkaitan dengan pemberantasan korupsi.

"Kalau begitu disebut enggak masalah apa buat saya. Memang penting apa dikatakan apapun. Sekarang persepsinya apa? Kalau persepsinya adalah ternyata menangkap koruptor dan tidak kompromi dengan koruptor, saya ikhlas disebut radikal," katanya.

Novel pun tak ambil pusing jika stigma radikal dan Taliban melekat pada dirinya, asal tetap berkaitan pada pemberantasan korupsi.

Katanya, ia tidak sedang melakukan pencitraan.

Halaman
123
Sumber: Warta kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved