KORBAN TEWAS di Wamena jadi 26 Orang, 22 Orang Pendatang, Kapolri Ungkap Pemicu dan Dalang Rusuh

"Sebanyak 26 orang meninggal dunia, 22 orang adalah masyarakat Papua pendatang," kata Tito Karnavian dalam konferensi pers

Editor: Tariden Turnip
AFP/VINA RUMBEWAS
KORBAN TEWAS di Wamena jadi 26 Orang, 22 Orang Pendatang, Kapolri Ungkap Pemicu dan Dalang Rusuh. Kondisi saat sebuah bangunan terbakar menyusul aksi berujung ricuh di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019). 

Akan tetapi, polisi masih mengantisipasi agar situasi tak lagi memanas.

"Kami waspada sehingga kami menambah pasukan," kata Kapolri.

"Tadi pagi kami menambah pasukan lagi, tak perlu disebutkan berapa yang penting kita perkuat keamanan di sana," tuturnya.

Informasi terbaru korban tewas terus bertambah menjadi 27 orang.

Kondisi warga yang mengungsi di markas Polisi Militer pasca-kerusuhan Wamena pada pagi ini, Selasa (24/9/2019).
Kondisi warga yang mengungsi di markas Polisi Militer pasca-kerusuhan Wamena pada pagi ini, Selasa (24/9/2019). (KOMPAS.com/ JOHN ROY PURBA)

Hal itu diketahui setelah aparat keamanan menemukan beberapa korban tewas saat membersihkan puing-puing bangunan yang dirusak dan dibakar massa di Kota Wamena.

"Korban sudah 27 orang meninggal, hari ini 9 orang kita temukan," ujar Komandan Kodim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto, saat dihubungi melalui telepon, Selasa (24/9/2019).

Untuk korban luka-luka, sambung Candra, jumlahnya mencapai 70 orang.

Menurut dia, sebagian besar korban mengalami luka bakar.

"Ada yang luka bakar, terkena batu, kena panah," katanya.

Candra memandang jumlah korban tewas akibat kerusuhan tersebut masih akan bertambah karena lokasi yang belum dibersihkan masih cukup luas.

"Masih akan bertambah karena ini merata sampai daerah-daerah pedalaman mereka beraksi juga," terangnya.

DIPICU HOAKS 

Kapolri Tito mengakui, kerusuhan di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019), salah satunya disulut oleh isu rasisme guru terhadap muridnya di salah satu sekolah di Wamena.

"Di SMA PGRI, ada isu seorang guru yang sedang mengajar menyampaikan kepada muridnya, 'kalau berbicara, keras'," ujar Tito dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Politik Hukum Keamanan, Jakarta, Selasa (24/9/2019).

"Tapi terdengar oleh sang muridnya 'kera' sehingga muncul lagi (isu), si pelajar itu bilang ke orang lain 'saya dikatakan', mohon maaf, 'kera'. Padahal, yang dimaksud (guru) adalah 'jangan bicara keras'," kata dia.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved