Penyakit Langka Difteri Muncul di Medan, Ini 3 Cara Penularannya yang Perlu Diwaspadai
Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Nurul Arifah Ahmad Ali meninggal akibat difteri September lalu dan menimbulkan kekhawatiran.
Penulis: Ayu Prasandi |
TRIBUN-MEDAN.com - Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Nurul Arifah Ahmad Ali meninggal akibat difteri September lalu dan menimbulkan kekhawatiran penularan penyakit yang sempat dinyatakan punah itu.
Penyakit difteri atau infeksi serius pada hidung dan tenggorokan ditularkan melalui melalui percikan ludah, kontak erat, dan melalui kontak kulit yang terbuka.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr Restuti Hidayani Saragih, SpPD, mengatakan, penularan infeksi difteri dapat melalui percikan ludah, yaitu saat bersin tidak mengenakan masker atau ketika batuk tidak menutup dengan tisu maka bisa mengenai wajah orang yang ada di depan kita.
“Kalau misalnya yang bersin atau batuk adalah penderita difteri dan kita terkena kemungkinan bisa tertular difteri, sehingga perlindungan yang harus dipakai pada saat berkontak dengan pasien difteri atau suspect difteri adalah masker bedah atau masker biasa,” ujarnya.
Baca: Buntut Mahasiswa FK USU Meninggal Diduga karena Difteri, 10 Mahasiswa Lain Diperiksa Kesehatannya
Ia menuturkan, yang kedua penularannya bisa dengan kontak erat yaitu semua orang yang melakukan interaksi dengan penderita difteri atau suspect difteri.
“Contoh kontak erat adalah yang satu rumah dengan pasien, satu asrama, satu kelas mulai dari dosen, guru, teman satu ruangan atau satu permainan, dokter atau tenaga kesehatan yang merawat pasien,” tuturnya.
Ia menjelaskan, kontak erat akan didata oleh Dinas Kesehatan kemudian akan di follow-up dan diberi pencegahan dengan memberikan obat antibiotik selama tujuh hari dan kemudian diberi vaksinasi serta akan diperiksa pusat tenggorokannya.
“Hal tersebut dilakukan untuk melihat jika kontak erat terkena atau tertular difteri tersebut.
Jika kontak erat ini bergejala difteri maka dokter ahli akan menentukan apakah dia secara klinis difteri atau bukan,” jelasnya.
Baca: 6 Pasien Difteri di RSUP H Adam Malik Diperbolehkan Pulang
Ia menerangkan, untuk kontak erat biasanya orang yang tidak bergejala difteri namun berpotensi menularkan dan untuk mewaspadai hal tersebut maka harus dilakukan pencegahan dengan melakukan beberapa pemeriksaan.
“Yang ketiga melalui kulit yang terbuka dan biasanya ini jarang terjadi.
Manusia hampir sebagian besar melalui saluran pernafasan,” terangnya.
SUMUT KLB DIFTERI
Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara (Sumut) menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sumatera Utara (USU).
Hal tersebut dilakukan setelah meninggalnya seorang mahasiswi FK USU yang bernama Nurul Arifah Ahmad Ali karena difteri tersebut.
Kepala Dinkes (Kadinkes) Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan, mengatakan, status KLB tersebut akan dicabut jika kondisi benar-benar sudah aman.
“Iya benar, itu KLB. Kalau difteri dan beberapa penyakit, begitu ada kasus langsung ditetapkan KLB.
Status KLB tersebut akan dicabut kalau sudah benar-benar aman,” ujarnya, Selasa (24/9/2019).
Ia menjelaskan, pihaknya sudah dan sedang melakukan penyelidikan epidemiologi untuk memastikan apakah itu benar difteri atau terkonfirmasi kuman difteri.
“Dinkes Sumut sudah melakukan tindakan Outbreak Response Immunization (ORI) dengan mengimunisasi orang-orang yang kontak dengan korban selama di Medan,” jelasnya.
Ia menerangkan, korban juga sempat pulang ke Kuala Lumpur serta sempat pergi ke Selangor pada 13 sampai 15 September 2019, dan balik ke Indonesia dengan riwayat demam.
"Jadi kami sudah imunisasi orang-orang yang kontak dengan korban.
Dan, imunisasi sudah dilakukan terhadap 290 orang yang mayoritas mahasiswa FK USU,” terangnya.
Ia mengungkapkan, saat ini, Dinkes Sumut juga belum tahu dimana korban tepatnya terkena virus difteri tersebut.
Sebelumnya diberitakan Mahasiswa USU meninggal terjangkit difteri, sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik.
Kondisi mahasiswi USU atas nama Nurul Arifah Ahmad Ali saat datang ke RSUP H Adam Malik dalam kondisi lemah dengan leher membengkak.
Mahasiswi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sumatera Utara (USU) tersebut dirawat di RSUP H Adam Malik setelah mendapatkan rujukan dari Rumah Sakit USU pada tanggal 19 September 2019 sekitar pukul 18.30 WIB.
“Sebenarnya saat pertama kali masuk, belum confirm pasiennya menderita difteri, jadi kami masih sebut suspect difteri karena hasil swab dari Jakarta belum keluar hasilnya,” ujar Kasubbag Humas RSUP H Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak, saat dihubungi Tribun Medan, Selasa (24/9/2019).
Ia menjelaskan, hanya saja, secara klinis memang kondisi pasien yang merupakan warga negara Malaysia tersebut sudah mengarah ke difteri.
“Sejak tanggal 13 September pasien sudah punya keluhan demam, sewaktu masih berada di Kuala Lumpur. Kemudian dia kembali ke Indonesia dan tanggal 17 September berobat ke RS USU dan langsung rawat inap. Karena kondisinya tidak membaik, dirujuk ke RSUP H Adam Malik pada tanggal 19 September 2019,” jelasnya.
Ia menerangkan, ketika sampai di RSUP H Adam Malik, kondisi mahasiswi berusia 20 tahun tersebut lemah, sesak napas dan leher bengkak.
“Di RS Adam Malik, pasien langsung dirawat di ruang isolasi. Penanganan terhadap pasien suspect difteri langsung dilakukan, diberikan obat, terapi cairan, pengambilan sampel swab hidung dan tenggorokan,” terangnya.
Ia menuturkan, kondisi pasien pada tanggal 20 September yaitu mulut sulit dibuka, tidak bisa menelan, kondisi lemah, dan leher sebelah kiri bengkak.
“ RSUP H Adam Malik juga telah memberikan Anti Difteri Serum (ADS) kepada mahasiswi semester 5 tersebut,” tuturnya.
(pra/tribun-medan.com)