Breaking News

Kisah Bandit Legendaris Kusni Kasdut, Perampok Emas Rp 2,5 M dan Nekat Baku Tembak di Kantor Polisi

Nama Kusni Kasdut memang mencuat pada era 1960 sampai 1980. Bahkan menjadi buah bibir masyarakat di seluruh negeri.

Editor: Juang Naibaho
Kompas.id
Kusni Kasdut 

Agar orang-orang yang ada di museum tak curiga, kelompok itu berkeliling seolah menikmati benda-benda yang ada. Saat penjaga mulai lengah, mereka merangsek ke lantai atas di ruang pusaka.

Budi dan Sumali mengalihkan perhatian penjaga pintu ruangan tersebut dengan segudang pertanyaan. Sementara Kasdut dan Herman masuk ke ruangan tersebut. Akan tetapi, alangkah kagetnya mereka melihat ada dua penjaga lain yang bertugas dalam ruang pusaka itu.

"Tutup Mulut!, Kalau tidak...," kata Kasdut sembari menodongkan senjata kepada dua orang tersebut. Dua penjaga itu lalu ditangani Herman.

Kasdut bergerak cepat. Berbekal sebuah obeng besar, ia membobol lemari pajangan emas berlian. Namun, seolah sadar apa yang sedang terjadi, dua penjaga yang dari tadi bersama Herman berteriak.

Kasdut merogoh emas berlian yang ada di hadapannya lalu memasukkannya ke dalam kaus kaki yang tadi disiapkan Herman. Tanpa menunggu lama, ia bergegas keluar ruangan dan memberi sinyal kepada Budi dan Sumali tanda waktunya pergi.

Setiba di mobil dan menghidupkan mesin, kembali terdengar teriakan dari lantai atas.

Kasdut panik, tetapi hanya bisa menunggu ketiga rekannya itu turun. Setelah beberapa menit yang serasa seabad, tiga orang itu turun. Kasdut menginjak gas dalam-dalam meninggalkan lokasi itu.

"Teriakan apa yang tadi? tanya Kasdut kepada Herman.

Ternyata kedua penjaga itu ditusuk Herman, tetapi ia tidak bisa memastikan apakah dua orang tersebut masih bernapas atau tidak.

Di tengah perbincangan itu, Kasdut menghentikan mobil. Ia meminta rekan-rekannya itu kabur naik becak berdua-dua. Mereka kembali ke rumah di kawasan Slipi.

Setelah pencurian tersebut, Sumali dan Herman mencari orang yang hendak membeli perhiasan yang mereka curi. Mulanya mereka mencoba menjual emas permata itu kepada seseorang bernama Baba, kenalan Sumali. Namun, istri Baba yang meladeni mereka tak sanggup membelinya, menjualkan pun tidak.

Sekitar seminggu kemudian, mereka akhirnya bertemu seseorang bernama Broto Kamal. Ia tinggal di sebuah rumah di kawasan Kyai Maja, Jakarta Selatan. Namun, bukan Broto Kamal yang akan membantu menjualkan barang curian itu, melainkan seorang wartawan bernama Ahar Murtono.

Ahar tinggal di Surabaya. Mendengar kata Surabaya, Kasdut bersemangat. Sebab, istrinya tinggal di kota itu.

Ia berangkat sendirian ke Surabaya berbekal surat pengantar dari Kamal. Setelah menyampaikan maksudnya kepada Ahar, Kasdut pun menjadwalkan bertemu seminggu sekali dengan orang itu. Pertemuan itu guna menginformasikan mengenai penjualan emas berlian.

Suatu hari, saat Kasdut pergi ke rumah Ahar, ia disambut senyuman. Saat melihat hal itu, Kasdut bertanya apakah emas itu sudah terjual.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved