Kisah Bandit Legendaris Kusni Kasdut, Perampok Emas Rp 2,5 M dan Nekat Baku Tembak di Kantor Polisi

Nama Kusni Kasdut memang mencuat pada era 1960 sampai 1980. Bahkan menjadi buah bibir masyarakat di seluruh negeri.

Editor: Juang Naibaho
Kompas.id
Kusni Kasdut 

"Sabar Bung Waluyo, sabar" sahut Ahar.

Ahar lantas menjelaskan bahwa ia baru bisa menjual sebagian kecil dari emas berlian tersebut seharga Rp 3.250.000. Kabar itu membuat Kasdut senang. Dari penjualan itu, ia memberikan kepada Ahar Rp 250.000.

Pulang dari rumah Ahar, Kasdut langsung mengajak Sumiyati, istrinya, ke pasar. Istrinya itu dibelikan pakaian dan perhiasan baru. Tetapi, uang itu tidak ia pakai semuanya. Sebanyak Rp 2 juta ia simpan dalam sebuah koper yang terkunci rapat.

Ia lalu mengirim surat ke Jakarta untuk memberitahukan kepada teman-temannya bahwa sebagian barang curian itu telah laku. Akan tetapi, ternyata itu terakhir kalinya Kasdut mendapatkan uang penjualan emas itu.

Selama dua bulan, setiap minggu ia terus pergi ke rumah Ahar.

Pada suatu hari, saat ia ke rumah Ahar, pria itu tidak ada. Yang ia temui justru istri Ahar yang tengah bicara dan seorang pria yang ternyata polisi dari Jakarta.

Saat itu Kasdut juga berpura-pura jadi polisi asal Mabak yang tengah menyelidiki kasus pencurian yang dilakukannya sendiri. Tetapi penyamaran itu justru jadi bumerang. Polisi bernama Ilin itu ternyata jauh-jauh dari Jakarta untuk menangani kasus Kasdut.

Karena menangani kasus yang sama, Ilin mengajak Kasdut ke kantor polisi bersama-sama naik becak. Di tengah-tengah perjalanan, Kasdut minta berhenti sebentar untuk membeli rokok. Akan tetapi, niat sebenarnya adalah mengambil tasnya yang berisi pistol.

Namun, Ilin lebih cepat. Ia langsung menodong Kasdut dan menggiringnya ke kantor Reskrim Semarang. "Kusni Kasdut, Pak," kata Ilin kepada tiga polisi yang ada di gedung Reskrim tersebut.

Dari tiga polisi itu, Kasdut mengetahui bahwa semua rekannya, baik di Jakarta maupun Semarang, sudah lebih dahulu ditangkap. Tetapi, ia berbohong dengan mengaku tidak mengenal satu pun orang yang disebut polisi, kecuali Ahar.

Setelah interogasi singkat itu, seorang polisi bernama Tukimin meminta Kasdut membongkar isi tasnya. Akan tetapi, itu jadi sebuah kesalahan. Dalam tas itu isinya adalah pistol dan sebuah granat.

Kasdut melawan dengan mengumbar tembakan. Terjadilah baku tembak saat itu meski tak ada korban.

Memanfaatkan situasi yang ricuh, Kasdut berusaha lari. Ketika tiba di sebuah ruangan, ia bertemu dua orang polisi. Salah satu polisi itu bernama Sutono, yang sedang mengetik.

Kasdut menembak Sutono tiga kali hingga tewas. Kasdut terus berusaha kabur sampai tiba di depan kantor Reskrim. Ia lantas menaiki sebuah becak. "Cepat ke Bojong," kata Kasdut kepada tukang becak tersebut.

Tukang becak itu heran karena Bojong adalah tempat di mana mereka berada saat itu, tetapi ia tetap mengayuh becaknya. Ia membawa Kasdut tepat ke gerbang kantor polisi. Kondisi itu membuat Kasdut panik dan melompat dari becak dan menyetop sebuah mobil pickup.

Namun, sopir pickup itu justru ketakutan mendengar suara tembakan yang bersahut-sahutan. Sopir itu lantas kabur dari mobilnya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved