Pengungsi Rohingya Sebut Keinginan Rayakan Malam Tahun Baru di Lapangan Merdeka

Pada malam pergantian tahun baru, puluhan anak-anak pengungsi Rohingya selalu berkumpul di lapangan tempat pengungsian.

Penulis: Liska Rahayu | Editor: Juang Naibaho
TRIBUN JAKARTA/JEPRIMA
Suasana pesta kembang api pada perayaan Tahun Baru. 

Pengungsi Rohingya Sebut Keinginan Rayakan Malam Tahun Baru di Lapangan Merdeka

Laporan Wartawan Tribun Medan/Liska Rahayu

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Pada malam pergantian tahun baru, puluhan anak-anak pengungsi Rohingya selalu berkumpul di lapangan tempat pengungsian.

Mereka berdiri sambil mendongakkan kepala ke langit, melihat cahaya kembang api yang dinyalakan oleh warga sekitar.

Saat kembang api menyala, mereka berteriak kegirangan. Senang melihat keindahan di malam pergantian tahun baru.

Hal inilah yang diceritakan Muhammad Nur (30), seorang etnis Rohingya yang menjadi imigran dari Arkhan, Myanmar, yang mengungsi ke Indonesia sejak 2011 silam.

Nur menyebutkan, kebiasaan itu dilakukan para pengungsi Rohingya pada momen malam pergantian tahun.

Menurut dia, para pengungsi Rohingya sebenarnya ingin ikut merayakan malam pergantian tahun bersama warga lokal yang merayakan tahun baru di Lapangan Merdeka atau di tempat lain.

Namun, keinginan itu tak mungkin terwujud. Sebab, ada aturan yang melarang imigran keluar tempat pengungsian setelah pukul 10 malam.

Kendati demikian, melihat dari tempat pengungsian pun, kata Muhammad Nur, anak-anak pengungsi Rohingya sudah merasa senang melihat kembang api meletus pada malam pergantian tahun.

AKHIRNYA Vanessa Angel Umumkan Identitas Sang Suami, Febri Ardiansyah (Bibi), Sudah Direstui Ortu

Tabrakan Laga Kambing di Jalan Lintas Tebing-Siantar, 11 Orang Luka-luka

Kepada Tribun Medan, Senin (30/12/2019), Muhammad Nur membagikan cerita semasa kecil di tempat asalnya saat pergantian tahun.

Ketika itu, ia turut merayakan tahun baru dengan menyalakan kembang api.

Namun kini, melihat dari tempat pengungsian di Hotel Pelangi Jalan Jamin Ginting, Medan, bagi Muhammad Nur sudah sangat menyenangkan.

"Kalau dulu waktu masih kecil, di sana, jam 12 malam itu orang ramai merayakan. Semua orang merayakan, tanpa memandang agama apapun. Ya merayakannya pakai kembang api, pakai gas warna-warni. Pokoknya meriah," katanya.

Selama berada di tempat pengungsian, Nur mengatakan tidak pernah ada acara merayakan tahun baru. Biasanya para pengungsi hanya akan berkumpul dan melihat kembang api yang dinyalakan warga saja.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved