Lewati Natal dan Tahun Baru di Jepang, Deby Nata Kristi Rindukan Momen Bersama Keluarga
Jika biasanya momen Natal dan Tahun Baru dimanfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga, maka tidak dengan Deby Nata Kristi.
TRIBUN-MEDAN.com - Jika biasanya momen Natal dan Tahun Baru dimanfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga, maka tidak dengan Deby Nata Kristi. Perempuan asal Kabupaten Karo Sumut ini, terpaksa menghabiskan Natal dan Tahun baru di Jepang karena bekerja.
Meski demikiam, melewatkan natal dan tahun baru di Jepang, memiliki kesenangan dan kesedihan tersendiri bagi Deby. Senangnya karena Jepang adalah negara impiannya sejak lama dan sedihnya karena tidak bisa melewatkan momen tersebut bersama keluarga seperti biasa.
"Pesta tahun baru di Jepang dan Indonesia sangatlah berbeda, jadi saya sangat enjoy. Namun disisi lain sedih nggak bisa kumpul sama keluarga, enggak bisa makan makanan Indonesia," katanya.
Sudah satu tahun berada di Jepang, momen yang paling dirindukan Deby di natal dan tahun baru adalah saat kumpul dan kebaktian bersama keluarga dan saling bermaaf-maafan.
"Saya rindu makan lomok-lomok dan arsik. Di Jepang tidak ada makanan yang kaya akan bumbu seperti keduanya. Bahkan makanan pedas juga sulit ditemukan," katanya.
Selama di Jepang, perempuan yang masih berumur 24 tahun itu, mengaku merasakan perbedaan pola hidup yang signifikan terutama di waktu, tehnologi dan kebiasaan makan.
"Di Jepang orang-orangnya sangat ontime termasuk untuk menunggu kereta, pertemuan, nunggu bus, dan lainnya. Kalau di Indonesia dulu saya kenal istilah jam karet, tapi disini semua harus ontime, bahkan harus datang di awal waktu," katanya.
Selain masalah waktu, Deby juga merasakan perubahan dalam segi makanan, jika biasanya masakan Sumut identik dengan masakan yang kaya bumbu dan pedas, namun di Jepang Deby mengaku sulit menemukannya.
Selain itu katanya Jepang sangatlah maju dalam segi tehnologi, semua sudah menggunakan mesin, baik itu pusat perbelanjaan, pendidikan, dan hiburan.
"Semua serba otomatis, dan disini saya sudah terbiasa makan menggunakan sumpit dan minum teh. Sangat jarang makan pake air putih. Selain itu di Jepang semua warga harus memilah sampah, untuk satu botol saja harus dipilah ke tiga tong sampah," tutur perempuan Karo tersebut.
Selain upacara minum teh, menjelang tahun baru Deby dan rekan lainnya juga mengikuti tradisi Hanami. Dijelaskannya Hanami merupakan momen menikmati keindahan bunga sakura bermekaran.
"Biasanya sambil minum osake, makan makanan ringan dan berbincang di bawah pohon sakura. Terus ada tradisi hanabi atau menikmati pesta kembang api, biasanya di musim gugur. Tapi dari semua tradisinya, yang paling saya suka dari masyarakat Jepang adalah etika mereka berbicara, selalu berkata tolong, maaf, dan permisi," katanya.
Deby berharap anak muda Indonesia dapat mencotoh kebiasaan positif masyarakat Jepang yang tidak oernah menyia-nyiakan waktu, disiplin dan modern.
"Banyak sekali hal positif yang bisa ditiru dari Jepang. Terutama kebiasaan ontime, kemajuan tehnologi dan cara mereka bersikap ke oranglain," katanya.
(cr21/tribun-medan.com)