Karantina Seru Tanpa Bergantung Gawai, Komunitas Petra Ajak Masyarakat Lirik Permainan Tradisional

Selama wabah Covid-19, warga yang menjalankan karantina mandiri sangat tergantung pada gawai (gadget).

HO
Anggota komunitas Permainan Tradiosional bermain kelereng dengan anak-anak. Petra ingin mengangkat harkat permainan tradisional. 

MEDAN, TRIBUN - Selama wabah Covid-19, warga yang menjalankan karantina mandiri sangat tergantung pada gawai (gadget).

Bisakah anda membayangkan tetap terhibur di rumah tanpa menggunakan gawai?

Komunitas Permainan Tradisional (Petra) meyakini bahwa masyarakat khususnya kelompok anak-anak dan remaja dapat melakukan kegiatan melepas kejenuhan mengandalkan permainan tradisional yang pernah populer di masa lampau.

Ketua Petra, Sidiq Zae mengungkapkan ada beragam permainan tradisional yang dapat dimainkan saat pembatasan fisik (physical distancing).

"Permainan tradisional tidak hanya untuk berkegiatan ramai saja, namun dapat juga dilaksanakan saat di rumah. Saya merekomendasikan seperti congklak, gateng atau bola pantul, engklek dan lompat tali yang tidak memerlukan banyak orang untuk bermain," ungkap Sidiq, Kamis (2/4/2020).

Permainan congklak merupakan permainan yang tepat ketika melakukan physical distancing. Permainan tradisional ini dimulai ketika salah seorang pemain mengambil biji congklak yang terdapat pada satu dari tujuh lubang yang tersedia.

Sidiq menjelaskan bahwa dalam melakukan permainan tradisional di rumah seperti congklak juga dapat meningkatkan sistem motorik dan imajinasi sehingga dapat menghilangkan kebosanan.

"Permainan ini bisa melatih kerja otak, berpikir, melatih sistem motorik anak, mengajak anak untuk berimajinasi, dan bisa menamani mereka biar tidak bosan deh!" tuturnya.

Saat ini permainan tradisional sudah cukup jarang ditemukan apalagi di kawasan kota yang semuanya serba teknologi. Banyak para generasi millenial justru yang tidak mengenal permainan tradisional yang menjadi primadona bagi para generasi 90an, seperti petak umpet, egrang ataupun lompat karet.

Berangkat dari keinginan untuk mengembalikan kejayaan permainan tradisional didirikanlah komunitas Petra.
Sidiq Zae mengungkapkan bahwa ia ingin melalui komunitas ini, masyarakat yang sudah lupa cara memainkannya dapat kembali mengenal permainan tersebut.

Berjalan setahun komunitas ini, Petra saat ini rutin mengadakan kegiatan roadshow dengan bekerjasama dengan pihak kampus dan pemerintahan desa, diantaranya Unimed, beberapa kepala desa, dan komite permainan rakyat dan olahraga Sumatra Utara untuk melakukan kegiatan rutin dalam sebuah event diantaranya Anthropology Festival of Culture tahun 2019 lalu.

Sidiq juga menuturkan bahwa ia dan komunitas lainnya rutin mengadakan main bareng permainan tradisional bersama anak-anak dan warga sekitar yang bekerjasama sama pemerintahan desa setempat untuk menyemarakkan kegiatan mereka.

"Kami sering mabar (main bareng) waktu kumpul mingguan. Kami juga sering diskusi mengenai bagaimana kita itu harus mengenal dan menggali permainan tradisional, mempelajari bagaimana cara memainkannya dan membuatnya," jelas Sidiq.

Sidiq mengungkapkan banyak pengalaman seru yang ia dapatkan bersama Petra diantaranya melakukan roadshow keliling kota Medan. Ia menjelaskan bahwa dalam melakukan kegiatan tersebut, ia mengajak kembali orang-orang yang pernah memainkan permainan tersebut saat masih anak-anak.

"Keseruannya itu misalnya saat buat alat permainan atau main layang-layang bareng. Kami juga mengisi event baik di kampus ataupun di taman. Kami mendemonstrasikan permainan tradisional dan mengajak warga Medan bagaimana mereka dulunya sudah pernah main dan sekarang tidak pernah lihat, jadi lebih mengajak untuk main bareng sambil bernostalgia," ungkap Sidiq. 

Batal Beraksi di Sumut Fair

Petra berusaha sebenyak mungkin tampil untuk mempromosikan permainan tradisonal.

Salah satu event yang mereka tunggu adalah Sumut Fair 2020 yang akhirnya ditunda sampai waktu yang belum ditentukan.

"Kami rencana mau isi acara di Sumut Fair tahun ini. Namun dengan kondisi saat ini semua di-cancel, kita ya turuti saja kebijakan dari pemerintah untuk kebaikan bersama," tutur Ketua Petra, Sidiq Zae Sidiq.

Menurutnya, ada sekitar seratus permainan tradisional yang ingin mereka promosikan pada publik.

"Banyak permainan tradisional yang sudah mulai langka. Kalau kita perdalam lagi ada 100 lebih permainan yang sangat langka seperti lempar batu, patok lele, lompat tali, congklak, ketapel bandring banyak lagi permainan yang dulu itu seru namun sekarang sudah jarang," ungkapnya.

Komunitas Petra sendiri saat ini beranggotakan 35 orang dengan memiliki koleksi 15 permainan tradisional diantaranya enggrang, meriam bambu, dan gasingan.

Sidiq juga optimis bahwa melalui Petra ini, ia berharap dapat melestarikan beragam permainan tradisional yang sempat jaya pada masanya kepada masyarakat generasi milenial.

"Saya selalu optimis dengan adanya komunitas berharap lebih dikembangkan dan dikenal banyak orang juga dukungan yang menjadikan komunitas permainan tradisional tetap ada. Bagaimana kita selalu ada di tengah keramaian untuk mengenalkan permainan yang pernah ada," pungkas Sidiq. (cr13)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved