Penderitaan Satu Desa Diisolasi karena 1 Warga Tewas PDP Corona, Dikucilkan dan Uang pun Tak Laku

Mau beli kebutuhan ditolak. Mereka tidak terima uang kami. Katanya gara-gara virus corona. Mereka mungkin takut tertular.

Penulis: Alija Magribi | Editor: Juang Naibaho
HO
Pemberian sembako kepada sejumlah keluarga di Nagori Bangun Pane oleh sanak keluarga mereka yang merantau di kota orang. 

Laporan Wartawan Tri bun-Medan/Alija Magribi

TRI BUN-MEDAN.com, SIMALUNGUN - Kebijakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Simalungun yang dipimpin Bupati Simalungun JR Saragih mengisolasi Nagori Bangun Panei, Kecamatan Dolog Masagal, menimbulkan masalah baru bagi warga di sana.

Desa tersebut diisolasi sejak adanya seorang warga yang meninggal berstatus Pasien Dalam pengawasan (PDP) Covid-19.

Kebijakan yang sempat dianggap menjadi solusi persoalan tersebut, ternyata justru menimbulkan masalah sosial yang baru bagi warga di sana.

Pasalnya, setelah desa itu disolasi, terjadi perlakuan tak wajar oleh warga dari luar Nagori Bangun Panei.

Kehidupan desa yang semula ramah dan saling peduli, kini berubah.

Mereka tak hanya terisolasi secara ruang gerak.

Bahkan interaksi ekonomi warga desa itu pun tak lagi diterima.

Uang warga Nagori Bangun Panei bahkan tak laku lagi di luar desa tersebut.

Alasannya, warga desa tetangga menolak uang dari warga Nagori Bangun Panei, dengan dalih khawatir tertular virus Corona.

“Sedih. Mau beli kebutuhan ditolak. Mereka tidak terima uang kami. Katanya gara-gara virus corona. Mereka mungkin takut tertular. Padahal sebenarnya kami adalah korban kebijakan yang kami sendiri tak tahu kepastian status kesehatan kami saat ini," keluh warga.

Tak sampai di sana, kebijakan pemerintah kabupaten tersebut kurang memperhitungkan dampak sosial dan ekonomi maupun psikologis terhadap 300-an kepala keluarga yang berdomisili di desa tersebut.

Jaberlison Saragih, seorang warga Nagori Bangun Panei, ketika dihubungi wartawan menyatakan bahwa hal yang terjadi saat ini merupakan imbas dari kebijakan yang diambil pemerintah.

"Efek negatif dari kejadian kemarin, warga merasa terkucil dari Nagori lain. Ekonomi dan psikis sedikit banyaknya terganggulah, pengepul hasil tani yang setiap harinya lalu lalang, untuk saat ini tidak bersedia menampung," terangnya.

Lebih jauh Jaberlison menyampaikan harapan mereka menunggu tindakan Pemkab atau instansi terkait.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved