Human Interest Story
Kisah dr Fransiscus Ginting Lawan Covid-19, Suapi Pasien, Ajak Olahraga hingga Menari Poco-Poco
KEPALA Rumah Sakit Darurat Covid-19 Martha Friska, dr Fransiscus Ginting, punya trik khusus melayani pasien yang terpapar virus corona.
Penulis: Victory Arrival Hutauruk | Editor: Juang Naibaho
"Sebenarnya problem yang sangat berat bagi pasien dan keluarga, bahwa kemudian pasien ini juga menjadi sangat ketakutan dengan kesendiriannya. Jadi siapa yang bisa menggugah para pasien ini untuk percaya diri bahwa dia dirawat dengan baik diperhatikan dengan baik, dicintai dengan baik, itu kuncinya ya tenaga medis itu sendiri," ungkapnya.
"Karena apabila status sosial satu status psikologi pasien ini tidak baik, secara ilmiah ini akan membahayakan semua. Karena sistem imunnya tidak akan banyak bekerja banyak, apabila pasien tidak percaya bisa disembuhkan," tambah dr Fransiscus.
Fransiscus menceritakan beberapa pengalaman di mana pasien ketakutan hingga tidak mau diajak berbicara.
Entah bagaimana, muncul ide di benak Fransiscus. Ia datang dan mengajak pasien untuk berdoa bersama.
"Kemarin ada pasien kiriman dari rumah sakit swasta posisinya sudah sangat berat, dia punya sakit jantung, juga sakit gula dan sebagainya. Awalnya diajak bicara nggak mau, lalu saya masuk dan saya ajak dia berdoa. Sekarang (pasien) ini sudah pulang," terangnya.
Ia juga menjelaskan bahwa pihaknya menggunakan tenaga psikog klinis untuk mengetahui keadaan psikologi para pasien.
"Jadi itulah kenapa di Rumah Sakit Martha Friska kita juga menggunakan psikolog klinis. Jadi interaksi dengan semua pasien membuat perubahan, yaitu memberikan semangat kepada pasien dan mereka sangat luar biasa senang,” imbuhnya.
Fransiscus mengakui bahwa bekerja mengangani pasien di rumah sakit khusus Covid-19 lebih aman dibandingkan tempat rujukan lain yang tidak diketahui kondisi pasiennya.
"Jadi seluruh perawat kita juga menggunakan APD dan ketika saya melakukan itu semua saya sudah aman untuk tidak terpapar Covid-19 karena kita sudah memakai APD yang benar.
Karena ini adalah rumah sakit semua pasiennya adalah PDP dan positif sehingga menggunakan APD.
Sebenarnya lebih berbahaya daripada dokter yang merasa pasiennya tidak Covid-19 sehingga dia tidak pakai APD padahal pasiennya Covid," tegasnya.
Ia mengungkapkan hingga hari ini belum ada pasien yang meninggal di RS Martha Friska. Ia berharap target zero mortality di RS Martha Friska bisa terwujud hingga berkahirnya wabah virus corona ini.
"Sampai sekarang kematian di rumah sakit ini masih nol, jadi pada saat saya di rumah sakit saya mengumpulkan semua petugas dan dengan target zero mortality. Ketika petugas medis telah melakukan semuanya dengan maksimum, artinya semua harus diperiksa semua harus diberikan obat, mendatangi pasien degan baik dengan senyuman, kalau kita gagal itu karena kehendak Allah," tuturnya.
Ia mengungkapkan tanggung jawab seorang tenaga medis penanganan Covid-19 harus bekerja dengan hati, tidak bisa hanya memantau dari layar saja.
"Tapi kalau kita tidak melihat pasien ke dalam, tidak berinteraksi dengan pasien, tidak memberikan obat dan kemudian meninggal menjadi pertanyaan pada saat ini karena kelalaian," tuturnya.