WHO Mendesak Penyelidikan Ulang Kasus Corona di Setiap Negara, Terkait Penemuan Terbaru di Prancis

WHO mendesak negara-negara di dunia untuk menyelidiki kasus awal kemunculan virus corona (Covid-19) negara masing-masing.

Editor: AbdiTumanggor
Kenzo TRIBOUILLARD / AFP
Pekerja medis mengenakan gigi pelindung mereka sebelum bekerja di unit untuk pasien yang terinfeksi coronavirus COVID-19 di Rumah Sakit Erasme di Brussels. 

Tingkat pengangguran resmi di bulan Maret melonjak dari titik terendah bersejarah dari 3,5 persen menjadi 4,4 persen, dengan 701.000 orang kehilangan pekerjaan.

April - Mei ini akan jauh lebih buruk, dengan beberapa ekonom memproyeksikan kehilangan pekerjaan bagi 30 juta orang dan tingkat pengangguran 18 persen.

Krena semakin banyak bisnis melaporkan data mereka, kehilangan pekerjaan di bulan Maret diharapkan akan direvisi lebih tinggi juga.

Sebagai perbandingan, kehilangan pekerjaan selama krisis keuangan global pada 2008 dan 2009 mencapai 8,6 juta orang dan tingkat pengangguran mencapai 10 persen.

Banyak bisnis yang terpaksa tutup untuk menahan penyebaran COVID-19 mungkin tidak bertahan

Bahkan di antara pekerja yang masih bekerja, banyak yang melihat jam kerja mereka berkurang.

"Sekarang jelas ekonomi jatuh lebih cepat daripada yang diperkirakan siapapun," kata Diane Swonk, kepala ekonom di Grant Thornton, kepada AFP.

Pekan lalu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell memperingatkan tentang kerusakan yang masih ada yang disebabkan oleh penutupan sementara.

Dia mengatakan: “Butuh waktu lama untuk kembali ke tingkat pengangguran yang lebih normal."

 TERUNGKAP Motif dan Kronologi Pembunuhan dan Mutilasi Elvina (21) di Perumahan Mewah di Medan

 Mahasiswa S2 Jurusan Marketing yang Dijuluki Crazy Rich Surabaya Ini Bagikan Kardus Berisi Uang

Petugas medis  RS Brooklyn New York
Petugas medis RS Brooklyn New York (afp)

Cari Utang Rp 45.300 Triliun

Kemudian, Amerika Serikat menyatakan bakal mencari utang sebesar 3 triliun dollar AS atau setara sekira Rp 45.300 triliun (kurs Rp 15.100 per dollar AS) pada kuartal II 2020.

Ini adalah rekor tertinggi utang yang dicari pemerintah AS. Penyebabnya adalah paket-paket stimulus penyelamatan terkait virus corona menggerogoti anggaran pemerintah.

Dilansir dari BBC, Selasa (5/5/2020), angka tersebut lima kali lipat lebih tinggi dari rekor kuartalan sebelumnya.

Angka ini melebihi utang yang dicari pemerintah AS saat krisis keuangan tahun 2008.

Adapun sepanjang tahun 2019, Negeri Paman Sam tersebut menarik utang sebesar 1,28 triliun dollar AS.

Sementara itu, beberapa waktu lalu, pemerintah AS menyetujui paket penyelamatan terkait virus corona sebesar 3 triliun dollar AS.

Ini termasuk pendanaan untuk sektor kesehatan dan bantuan tunai langsung.

Secara total, utang pemerintah AS saat ini hampir mencapai 25 triliun dollar AS atau setara sekira Rp 377.441 triliun.

Paket stimulus teranyar yang dirilis pemerintah AS untuk penanganan dan penyelamatan ekonomi dari virus corona setara sekira 14 persen dari produk domestik bruto (PDB) AS.

Pemerintah juga memperpanjang deadline pembayaran pajak yang seharusnya pada 15 April.

Diskusi sedang berlangsung tentang bantuan lebih lanjut, meskipun beberapa politisi Partai Republik telah menyatakan keprihatinan tentang tingginya pengeluaran yang menyebabkan melambungnya utang AS.

AS akan menarik utang dengan menjual obligasi pemerintah (US Treasury).

Secara historis, obligasi pemerintah AS menikmati tingkat bunga yang relatif rendah karena dipandang sebagai risiko yang relatif rendah oleh investor di seluruh dunia.

Tetapi bahkan sebelum virus corona, beban utang negara telah naik ke tingkat yang menurut banyak ekonom berisiko untuk pertumbuhan jangka panjang, karena negara menghabiskan lebih banyak dari yang dibutuhkan.

Kantor Anggaran Kongres AS bulan lalu memperkirakan defisit anggaran akan mencapai 3,7 triliun dollar AS tahun ini, sementara utang nasional melonjak di atas 100 persen dari PDB.

Investor dari negara-negara asing secara historis juga merupakan pemegang utang AS dengan jumlah signifikan. Jepang, Cina, dan Inggris berada di urutan teratas pada Februari 2020.

Alan Blinder, profesor ekonomi dan kebijakan publik di Princeton University menyatakan, untuk saat ini tren suku bunga rendah menunjukkan minat investor untuk obligasi AS tetap tinggi. (*)

Artikel telah tayang di Serambinews.com dengan judul:Suram dan Semakin Parah: AS Menghadapi Lonjakan Pengangguran dan Imbas Virus Corona, Pemerintah AS Cari Utang Rp 45.300 Triliun

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved