Update Covid19 Sumut 18 Juli 2020

Ini Kata Ahli Epidemiologi Soal Rapid Test

Jika hari ini seseorang melakukan rapid test dan hasilnya negatif, akan lebih baik lagi diperiksakan di hari kesepuluh.

Tribun Medan
Petugas mengambil sampel darah Rektor USU Runtung Sitepu (kanan) saat tes diagnostik cepat COVID-19 (Rapid Test) secara 'drive thru' di halaman Rumah Sakit USU, Medan, Sumatera Utara, beberapa waktu lalu. 

TRI BUN-MEDAN.Com, MEDAN - Ahli Epidemiologi Dr Putri C Eyanoer mengatakan rapid test sebenarnya tidak efektif untuk mendeteksi apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak.

Pasalnya, ia menjelaskan rapid test hanya mendeteksi antibodi.

Rapid test dipakai untuk screening, bukan untuk membuktikan apakah seseorang terinfeksi atau tidak.

"Kalau untuk pasti itu lebih kepada swab test yang diperiksakan dengan PCR. Rapid test ini sebenarnya untuk melihat ada tidaknya antibodi di dalam tubuh seseorang yang terinfeksi. Jadi infeksi itu tidak selalu harus karena covid-19, memang rapid test yang beredar ini disebutkan spesifik untuk covid-19," katanya, Sabtu (18/7/2020).

Heboh Potret Jenazah Covid-19 Dibungkus Plastik, Hasil Jepretan Fotografer, Pesannya Mengiris Hati

Dijelaskannya, Covid-19 memiliki masa inkubasi selama 14 hari. Artinya, jika hari ini seseorang melakukan rapid test dan hasilnya negatif, akan lebih baik lagi diperiksakan di hari kesepuluh.

Karena menurutnya, hasil negatif bukan berarti tidak ada virus. Virus tersebut sudah masuk ke dalam tubuh, hanya saja dia tidak memberikan reaksi sehingga hasil rapid test nya negatif.

Belum Semua Rumah Sakit di Medan Berlakukan Tarif Rapid Test Sesuai Edaran Kemenkes

Persyaratan penerbangan yang mengharuskan dilengkapi dengan surat hasil rapid test juga dirasa tidak cocok. Namun, ia mengatakan hal tersebut sudah merupakan kebijakan dari pemerintah.

"Sebenarnya enggak cocok dan itu bukan baru sekarang diberitahukan. Dari awal-awal sudah tahu, tapi kalau demikian kebijakan pemerintah mau dibuat apa," katanya.

Kendati demikian, melakukan rapid test bukan tidak ada gunanya. Paling tidak, menurut Dr Putri, rapid test memastikan orang tersebut jika misalnya negatif, pada saar dia diperiksa artinya orang tersebut tidak terinfeksi apa pun.

Namun untuk keefektifan dalam melakukan perjalanan, Dr Putri mengatakan, jika hari ini seseorang melakukan rapid test dan hasilnya negatif, lalu lusa dia melakukan perjalanan. Bisa jadi pada hari ketiga orang tersebut sudah terinfeksi Covid-19 dan tidak ketahuan.

Ia pun tidak menampik jika sekarang rapid test dijadikan ladang bisnis baru. Hal ini dikarenakan kebutuhan orang mengenai hasil test tersebut.

"Makanya sekarang banyak orang yang melakukannya dengan liar. Tapi untuk kepentingan perjalanan karena diwajibkan ada surat bebas rapid dan surat sehat mau tak mau terpaksa ke rumah sakit. Karena surat itu kan yang bisa mengeluarkan hanya dokter," katanya.

TERKINI Biaya Rapid Test Covid-19, 2 Rumah Sakit di Kota Medan Lakukan Penyesuaian Tarif

Saat ini pun maskapai penerbangan sudah banyak yang menyediakan rapid test. Namun Dr Putri mengatakan tidak tahu bagaimana justifikasi yang mereka kerjakan.

"Apa yang mereka kerjakan dan justifikasinya itu apa saya tidak tahu.
Jadi sekarang kan memang tidak dipungkiri bahwa karena kebutuhan rapid test ini menjadi bisnis juga," ujarnya.

Mengenai harga, Dr Putri mengatakan kisaran harga bahan-bahan rapid test memang antara Rp 135 ribu hingga Rp 150 ribu.

Namun adanya biaya jasa dokter yang menjadikan harga rapid test beragam.

"Ya harganya memang di kisaran Rp 135 ribu sampai Rp 150 ribu. Tetapi saya lihat masing-masing rumah sakit masih menambahkan di atas harga tersebut sebagai jasa dokternya. Nah jasa dokternya itulah yang bervariasi sehingga harganya di lapangan juga bervariasi," ujarnya. (yui/tri bun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved