Demi Mencegah Covid-19 Meluas, Keluarga Sastrawan Sapardi Meminta Kerabat tak Hadir ke Pemakaman

Pihak keluarga Sapardi Djoko Damono memohon doa kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mendoakan almarhum.

KOMPAS.com/ANDI MUTTYA KETENG PANGERANG
Sapardi Djoko Damono diabadikan usai acara peluncuran novel Hujan Bulan Juni karyanya di Gramedia Central Park, Jakarta Barat, Minggu (14/6/2015) sore. 

Saat kecil, Sapardi masuk di Sekolah Rakyat (SR) Kasatriyan yang berada di lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta.

Setelah tamat SR, ia melanjutkan di SMP II yang lokasinya di wilayah Mangkunegaran.

Kemudian masuk ke SMA II Solo, setekah lulus masuk ke Universitas Gajah Mada (UGM) mengambil jurusan Sastra Barat Fakultas Sastra dan Kebudayaan.

Ia pernah memperdalam pengetahuan tentang humanities di University of Hawaii, Amerika Serikat, pada 1970—1971.

Sejak masuk sekolah, ia sudah bergelut dengan dunia sastra. Ia sering ikut mengisi majalah dinding.

Memiliki Bakat Lain

Selain menulis puasi, Sapardi juga sebagai penulis. Ia belajar melukis dari sahabatnya bernama Jeihan.

Persahabatan dengan Jeihan membuka jalan terciptanya patung Sapardi telanjang yang secara khusus diciptkan sang pelukis untuk pameran lukisan Jeihan di Jakarta pada 29 Juli 2005.

Pernah lukisannya dilelang untuk amal bersama dengan beberapa pelukis lainnya. Dari situ, Sapardi mempunyai perhatian yang sangat beragam.

Bahkan, Sapardi pernah menyutradarai pentas drama, antara lain Petang di Taman karangan Iwan Simatupang.

Sapardi juga memberikan arahan kepada mahasiswa baru. Arahan itu terutama berkisar tentang bagaimana cara membawakan puisi yang baik.

Sapardi, beberapa kali sering naik pentas untuk membawakan peran tatkala bergabung dengan teater Rendra pimpinan WS Rendra.

Dari berbagai kemampuan berkesenian yang dimiliki oleh Sapardi, seperti menari, menabuh gamelan, main gitar, menggambar, main drama dan menjadi sastrawan, hanya bidang sastra yang menonjol.

Ia bukan hanya dikenal sebagai penyair papan atas di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Sajak-sajaknya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Sapardi Djoko Damono juga dikenal sebagai dosen, pengamat sastra, kritikus sastra, dan pakar sastra.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved