Fakta-fakta Ledakan Dahsyat Lebanon, Mirip Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki, Ribuan Orang Luka-luka
Presiden Donald Trump mengatakan telah diberi informasi, mengenai peristiwa ledakan yang terjadi di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020).
Ini adalah bencana nasional," ujar Abboud seperti dikutip CNN.
Presiden Libanon Michel Aoun mengatakan "tidak dapat diterima" bahwa 2.750 ton amonium nitrat disimpan di gudang selama enam tahun tanpa langkah-langkah keamanan, menurut pernyataan yang dipublikasikan di akun Twitter kepresidenan.
Aoun juga berjanji bahwa mereka yang bertanggung jawab akan menghadapi "hukuman paling keras" dan mengatakan keadaan darurat dua minggu harus diumumkan.

Beirut luluh lantah diguncang dua ledakan dahsyat Selasa (4/8/2020) (afp)
Senada Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab telah berjanji bahwa mereka yang bertanggung jawab atas ledakan besar di pelabuhan Beirut, yang menewaskan puluhan orang dan melukai ribuan lainnya, akan dimintai pertanggungjawaban.
"Apa yang terjadi hari ini tidak akan berlalu tanpa pertanggungjawaban," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa.
"Mereka yang bertanggung jawab atas bencana ini akan membayar harganya."
Penyebab pasti ledakan yang dirasakan di seluruh ibukota itu tidak segera jelas, tetapi para pejabat mengatakan itu bisa dikaitkan dengan "bahan peledak" yang disita dan disimpan di gudang "selama bertahun-tahun".
Diab, dalam pidatonya, menjanjikan pengumuman tentang "gudang berbahaya ini yang telah ada selama enam tahun, sejak 2014."
Perdana menteri juga meminta bantuan internasional untuk membantu Libanon, yang sudah berjuang dengan krisis ekonomi terburuk dan wabah koronavirus yang melonjak.
"Saya mengirim permohonan mendesak ke semua negara yang adalah teman dan saudara lelaki dan cinta Libanon, untuk berdiri di sisinya dan membantu kami mengobati luka yang dalam ini," kata Diab.
Asal usul 2.750 ton amonium nitrat
Sebelum ledakan, warga Beirut, tidak sadar ada 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di hanggar di pelabuhan kota.
Kargo amonium nitrat tiba di Libanon pada September 2013, dibawa kapal kargo Rhosus, Rusia yang memakai bendera Moldova.
Rhosus menurut informasi dari situs pelacakan kapal, Fleetmon, sedang menuju dari Georgia ke Mozambik.
Rhosus terpaksa berlabuh di Beirut setelah menghadapi masalah teknis di laut, menurut pengacara yang mewakili awak kapal.