Erupsi Gunung Sinabung Senin Siang, Dua Kecamatan Gelap Gulita Selama Setengah Jam

Erupsi Gunung Sinabung yang terjadi pada Senin (10/8/2020) menyebabkan dua kecamatan di Kabupaten Karo gelap gulita.

Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Juang Naibaho
T RI BUN-MEDAN.com/Maurits Pardosi
Suasana saat debu vulkanik dari Gunung Sinabung menyelumuti Desa Naman Teran pada Senin (10/8/2020) pada pukul 10.31 WIB 

Laporan Wartawan Tribun Medan/Muhammad Nasrul

TRIBUN-MEDAN.com, NAMANTERAN - Erupsi Gunung Sinabung yang terjadi pada Senin (10/8/2020) menyebabkan dua kecamatan di Kabupaten Karo gelap gulita.

Pasalnya, pada erupsi kali ini Gunung Sinabung memuntahkan dua kali material vulkaniknya berupa awan panas.

Dua kecamatan yang mengalami gelap ini, ialah di Kecamatan Namanteran dan Kecamatan Berastagi.

Untuk letusan pertama, erupsi terjadi pada pukul 10.16 WIB

Sinabung memuntahkan abu vulkanik dengan tinggi kolom abu mencapai 5.000 meter di atas puncak.

Berselang beberapa saat, tepatnya pukul 11.17 WIB Sinabung kembali bergejolak.

Pada letusan kedua ini, tercatat tinggi kolom abu vulkanik mencapai 2000 meter.

"Ya benar untuk hari ini sudah dua kali erupsi, tadi sekitar pukul 11.17 WIB kembali erupsi dengan tinggi kolom abu mencapai 2000 meter," ujar pengamat Gunung Sinabung Armen Putra.

Menurut informasi yang didapat, untuk di Kecamatan Namanteran hampir rata mengalami kondisi tertutup abu vulkanik.

Sedangkan untuk di Kecamatan Berastagi, kawasan yang terdampak paling parah di seputar simpang Desa Doulu.

Seorang warga Kecamatan Namanteran, Naik Sitepu, mengatakan, sebelum terjadi erupsi, dirinya sempat mendengar suara gemuruh dari dalam gunung. Saat itu, Naik Sitepu sedang berada di ladang.

"Pas erupsi tadi saya lagi di ladang, terus ada suara gemuruh dari gunung. Pas saya lihat, enggak lama langsung keluar abunya," ujar Naik, saat ditemui di Desa Namanteran, Kecamatan Namanteran.

Naik menjelaskan, abu yang membubung tinggi itu berlangsung cukup cepat.

Banyaknya abu yang keluar dari perut Gunung Sinabung membuat kondisi di desanya gelap seperti malam hari.

"Tinggi langsung abunya, terus karena tebalnya sampai enggak nampak lagi apa-apa, seperti sudah malam," katanya.

Ketika ditanya intensitas abu yang menutupi cahaya matahari itu, Naik menjelaskan jika kondisi itu berlangsung cukup lama, kurang lebih sekitar setengah jam.

"Lama juga itu gelapnya, ada mungkin setengah jam lebih," ucapnya.

Warga lainnya yang juga dari desa serupa, Soni Leonardo Milala mengatakan hal yang tak jauh berbeda.

Ia menjelaskan, pada saat erupsi pertama dan kedua tadi bahkan kondisi di desanya mengalami gelap gulita.

Tebalnya abu vulkanik yang membubung tinggi membuat sinar matahari tidak dapat tertembus.

"Gelap kali tadi di sini bang, belum siang tadi itu sudah seprti pukul 20.00 WIB, soalnya apapun enggak nampak lagi," katanya.

Amatan www.tribun-medan.com, di desa tersebut warga sekitar juga sudah mulai melakukan pembersihan secara mandiri.

Mulai dari menyapu abu vulkanik dengan alat seadanya, hingga melakukan penyemprotan dengan menggunakan mesin semprot yang biasa digunakan untuk menyemprot lahan pertaniannya.

(cr4/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved