Jejak Perjuangan Melawan Belanda, Brandan Jadi Lautan Api Selama 3 Hari, Kilang Minyak Diledakkan

Pangkalan Brandan, yang berada di wilayah Kabupaten Langkat, Sumut, menjadi saksi sejarah perjuangan pasukan RI dan rakyat mempertahankan Kemerdekaan.

Editor: Juang Naibaho
HO
Dokumentasi peristiwa Brandan Bumi Hangus pada 13 Agustus 1947. 

Para pejuang berkumpul di Teluk Aru, dan menyatukan kekuatan untuk mempertahankan Pangkalan Brandan. Jadi, batas pertempuran pejuang dengan tentara Belanda saat itu adalah di Markas Sigebang.

Pada 8 Agustus 1947, tentara Belanda sudah melancarkan serangan ke Pangkalan Brandan. Belanda menembakkan meriam dari Tanjungpura ke arah Brandan.

Kemudian, pada 11 Agustus 1947, para pejuang berhasil menangkap seorang kaki tangan Belanda, bernama Hafiz. Setelah diinterogasi, diperoleh informasi bahwa Belanda akan melakukan serangan untuk menaklukkan Pangkalan Brandan dan Pangkalan Susu.

Serangan yang bertujuan menguasai pangkalan minyak ini rencananya dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 1947.

Salah satu rencana Belanda adalah melancarkan serangan lewat laut.

Mayor Rawi, salah satu pimpinan pasukan RI di Langkat, menyiapkan prajurit dan laskar-laskar pejuang yang ada di Brandan. Namun, pasukan Mayor Rawi berhasil didesak mundur.

Untuk menghambat pasukan Belanda, akhirnya para pejuang menghancurkan jembatan Titi Panjang dan jembatan Pelawi. Hal ini agar pasukan Belanda tidak masuk ke Brandan.

Di sisi lain, ketika itu pimpinan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), serta Komandan Keamanan Tambang Minyak dan Perkeretaapian Bersama, Mayor Nazaruddin berkumpul di kantor Telkom yang menyatu dengan kantor PJKA, tepatnya di depan kantor Koramil.

Dalam pertemuan itu, disimpulkan bahwa Pangkalan Brandan tidak dapat dipertahankan lagi karena Belanda juga akan menyerang dari laut.

Akhirnya Mayor Nazaruddin memutuskan bahwa Pangkalan Brandan harus dibumihanguskan. Tambang atau kilang minyak harus dibakar agar tak jatuh ke tangan Belanda. Rencananya, Brandan dibumihanguskan pada 13 Agustus 1947 dini hari.

Satu hari sebelumnya, Kota Pangkalan Brandan harus sudah dalam keadaan kosong. Penduduk harus mengungsi lebih kurang 3 Km dari kawasan Brandan. Maka terjadilah gelombang pengungsian ke arah Besitang, Kuala Simpang (Aceh), Langsa, dan seterusnya.

Pada 13 Agustus dini hari, Mayor Nazaruddin berserta anggotanya dan pejuang membakar rumah-rumah di Brandan. Termasuk kilang-kilang minyak diledakkan. Walhasil, Pangkalan Brandan menjadi lautan api selama 3 hari.

Peristiwa Brandan Bumi Hangus ini diabadikan lewat lagu oleh Muchtar Lubis.

Lagu berjudul ‘Brandan Bumi Hangus’ itu merupakan kenangan Muchtar Lubis saat turut mengawal pengungsi dari Brandan ke Bukit Kubuh Besitang. Dari atas bukti itulah, ia memandangi lautan api di Pangkalan Brandan.

Sementara itu, sejarawan Sumut yang juga dosen USU, Suprayitno, mengatakan peristiwa Brandan Bumi Hangus (BBH) pada tanggal 13 Agustus 1947 karena Belanda tidak mengakui Kemerdekaan Indonesia, dan ingin menjajah kembali.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved