Mengenang Jejak Soekarno di Parapat, Kirim Surat Lewat Tulang Paha Ayam Agar Tak Diketahui Belanda
Jejak sejarah perjuangan Sang Proklamator Soekarno atau Bung Karno di masa kolonial Belanda, tak bisa dilepaskan dari Kota Parapat, Simalungun, Sumut
Menurut Mangasi, seperti yang diceritakan kakeknya, selama hampir 2 bulan aktivitas dan kegiatan Presiden Soekarno dikawal ketat oleh tentara Belanda.
Belanda benar-benar merasa khawatir terjadi lagi kebocoran informasi hingga kepada para pejuang RI.

Setelah 1 bulan Soekarno berada di Parapat, barulah Sang Proklamator bisa berkomunikasi dengan gerilyawan Indonesia melalui Oppung Tindaon dan Buka Sinaga.
Informasi kepada gerilyawan disampaikan melalui makanan dan sayur-sayuran.
Soekarno meminta Oppung Tindaon untuk membawakan makanan paha ayam.
Setelah selesai makan, Soekarno membersihkan tulang paha ayam.
Tak disangka ternyata itu merupakan taktik Soekarno agar bisa menyelipkan surat di bagian dalam tulang tersebut.
Setelah itu, Soekarno memberitahukan kepada Oppung Tindaon dan Buka Sinaga bahwa dari sisa makanan tulang paha ayam itu, terdapat sebuah surat untuk disampaikan kepada gerilyawan Indonesia.
Begitu juga ketika Presiden Sukarno jalan-jalan di luar rumah.
Ia meminta tolong kepada Buka Sinaga dibawakan sayur kangkung.
Dari batang kangkung itulah Soekarno memasukkan surat untuk diberikan kepada gerilyawan Indonesia.
• Jejak Perjuangan Melawan Belanda, Brandan Jadi Lautan Api Selama 3 Hari, Kilang Minyak Diledakkan
• Viral Seorang Pelajar SMP Disebut Berubah Menjadi Seekor Anjing, Hingga Dikuburkan Hidup-hidup
• Terkait Kasus Djoko Tjandra, Tommy S Ikut Terjerat dan Jadi Tersangka, Diduga Sebagai Pemberi Uang
Setelah beberapa kali komunikasi lancar dan informasi sampai kepada prajurit TNI, kemudian diutus pasukan TNI untuk menjemput Presiden Soekarno di Parapat.
Prajurit TNI kemudian bergerak mengepung Parapat, baik dari daratan maupun melalui Danau Toba.
Tetapi, pergerakan tersebut ditahan oleh Perdana Menteri RI, Sutan Sjahrir dengan alasan mau dipindahkan ke Bangka.
Akhirnya Soekarno dibawa ke Bangka pada awal 1949, dan di situlah dia dipertemukan dengan pemimpin-pemimpin lainnya, antara lain Bung Hatta.