Kisah Saddam Husein, Dilahirkan Perut Ibu yang Miskin, 16 Tahun Berubah Jadi Kepala Geng Jalanan
Ayahnya meninggal sebelum ia dilahirkan. Ibunya, Sabha, merasa tidak mampu menghidupi Saddam kecil.
Kudeta adalah penggulingan tiba-tiba dan kekerasan dari pemerintah yang ada oleh sekelompok kecil.
Prasyarat utama kudeta adalah kendali atas semua atau sebagian angkatan bersenjata, polisi, dan elemen militer lainnya.
Tidak seperti Revolusi, yang biasanya dicapai oleh sejumlah besar orang yang bekerja untuk perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang mendasar, kudeta adalah pergantian kekuasaan dari atas yang hanya menghasilkan penggantian tiba-tiba dari pejabat pemerintah yang terkemuka.
• Selain Anti Kritik, Perangai Raja Thailand Suka Foya-foya Bersama Selir Seksi Daripada Urus Rakyat
Kudeta jarang mengubah kebijakan sosial dan ekonomi fundamental suatu negara, juga tidak secara signifikan mendistribusikan kembali kekuasaan di antara kelompok politik yang bersaing.
Ketika masih kecil, kawan-kawannya mengenal Saddam sebagai bocah yang suka berkelahi dan suka menggertak yang lemah.
Tidak aneh, ketika berusia 16 tahun, ia sudah memimpin sebuah geng jalanan.
Pamannya, Khairallah Tulfah pula yang pertama kali menceritakan padanya tentang kisah para pemimpin besar Irak dan Arab seperti Raja Babilonia Nebuchadnezzar dan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser.
• Pakar Australia Soroti Gaya Kepemimpinan Jokowi, Bukan Seperti Presiden Tapi Walikota di Istana

Said K. Aburish menulis, masa kecil Saddam penuh dengan penderitaan karena keluarganya miskin.
Sebagai bocah laki-laki, ia harus mencuri sehingga keluarganya dapat makan.
Ia mencuri telur, ayam, dan barang-barang kecil lainnya.
Hingga usia 10 tahun, ia masih belum bisa membaca.
• Beda Nasib Bocah di Wonogiri Diburu Foto, Anak Albino di Tanzania Dimutilasi, Tubuh Dianggap Bertuah
Saddam mendengar bahwa sepupunya dapat membaca dan menulis, karena itu ia minta pada pamannya agar diperbolehkan untuk belajar membaca dan menulis.
Menurut AH Shahab dalam buku Di Balik Wajah Saddam, ketika berusia 18 tahun, Saddam pindah ke Baghdad untuk sekolah.
Namun, di ibu kota negara ini ia lebih banyak menaruh perhatian pada aksi-aksi revolusioner, mondar-mandir di jalan raya dengan pistol gelapnya yang selalu diselipkan di balik bajunya, ketimbang menaruh perhatian pada sekolah.