Kelompok Masyarakat Desa Silo Baru Sulap Kawasan Hutan Mangrove Jadi Tempat Wisata

Hutan mangrove di kawasan Desa Silo Baru memiliki banyak tanamannya yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi panganan dan oleh-oleh khas.

TRIBUN MEDAN/MUSTAQIM
SALAH satu sudut wisata mangrove di kawasan Desa Silo Baru, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan yang dikunjungi masyarakat, Sabtu (12/9/2020). 

TRI BUN-MEDAN.com, KISARAN - Sekelompok masyarakat yang bermukim di Desa Silo Baru, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan, memanfaatkan kawasan mangrove menjadi lokasi objek wisata baru.

Di lokasi tersebut telah bangun jalan setapak menggunakan limbah kayu yang ada di lokasi tersebut menuju bibir pantai, terdapat juga kolam pembudidayaan ikan, kepiting dan beberapa hewan lainnya.

Dan rencananya akan turut terdapat fasilitas warung apung dan rumah pohon yang bisa dijadikan lokasi spot foto instagrammable.

Bahkan pengunjung bisa melihat laut lepas dari kawasan tersebut.

Berdirinya lokasi wisata baru itu mendapat dukungan penuh oleh Kepala Desa Silo Baru, Ahmad Sofyan. Ia menyebutkan yang melatarbelakangi kelompok masyarakatnya mengubah kawasan mangrove menjadi tempat wisata lebih mendongkrak potensi ekonomi.

Paripurna DPRD dan Pemkab Langkat Sahkan 7 Perda, di Antaranya Wisata Mangrove

Menurutnya, hutan mangrove di kawasan Desa Silo Baru memiliki banyak tanamannya yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi panganan dan oleh-oleh khas yang bisa dibawa pulang pengunjung.

"Yang melatarbelakangi, kelompok berpikir bagaimana hutan kemitraan ini menjadi sebuah daya dongkrak ekonomi, sehingga mereka berpikir untuk membuat wisata mangrove dan alhamdulillah berkat kerja keras masyarakat lokasi ini mulai dikenal luas di Kabupaten Asahan," kata Sofyan, Sabtu (12/9/2020).

"Dan kami berharap wisata mangrove ini hadir sebagai nuansa baru wisata di sumut yang akan menyajikan beberapa produksi dari tanaman mangrove seperti dodol dari mangrove, sirup, keripik yang akan menjadi ciri khas dan oleh-oleh untuk dibawa pulang, di samping juga kekayaan hasil pantai," jelasnya.

Untuk bisa sampai di lokasi wisata hutan mangrove di Desa Silo Baru ini, pengunjung barus menempuh jarak sekitar 30 kilometer dari Kota Kisaran, Kabupaten Asahan atau memakan waktu kurang lebih 30-45 menit.

Yagasu Ajak Warga Medan Tanam Pohon dan Susur Mangrove Sicanang Belawan

Akses jalan dari Desa Silo Laut menuju lokasi wisata hutan mangrove pun masih perlu banyak pembenahan, karena masih berupa tanah keras.

Setiap pengunjung yang ingin menikmati lokasi wisata tersebut disarankan untuk mengendarai sepeda motor, lantaran minim lahan parkir kendaraan roda empat dan akses jalannya yang masih sempit.

Ketua Kelompok sekaligus pencetus wisata mangrove di Desa Silo Baru, Paimun menyebutkan ide mendirikan lokasi wisata ini setelah dirinya beberapa kali melakukan kunjungan ke sejumlah daerah di Indonesia yang memiliki wisata hutan mangrove.

Pengunjung yang datang di tempat lokasi itu bisa menikmati udara segar dari kawasan wisata mangrove di sana.

"Terinspirasi saat studi banding. Jadi saya bahas dengan kelompok untuk buat hal yang sama. Mulai kami buat tata ruangnya sejak tahun 2014. Pelan-pelan kami bangun secara swadaya," ungkap Paimun.

Ia pun mengakui bahwa lokasi wisata mangrove ini belum sempurna, baru sekitar 20 persen pengerjaan, akibat kendala biaya.

Ia berkeinginan lokasi wisata hutan mangrove di Desa Silo Baru ini bisa menjadi wisata edukasi, wisata alam, wisata kuliner yang bisa dikunjungi masyarakat dalam satu tempat.

Ratusan Wisatawan Berkunjung, Ekowisata Mangrove Sicanang Butuh Lahan Parkir yang Memadai

"Rencananya jalan setapak itu dibuat letter U. Ini baru 20 persen. Nanti ada tempat mancing dan banyak lagi. Tapi kalau ada yang mau investasi, silakan saja, kami pun terbuka," sebutnya.

Seorang pengunjung Wa Ode mengaku mengapresiasi dengan inisiatif masyarakat kelompok desa yang kreatif mengubah kawasan hutan mangrove menjadi lokasi wisata.

Meski baru pertama kali berkunjung, ia mengaku kagum dengan fasilitas yang ada.

"Saya baru kali ini datang, dapat info dari keluarga suami. Kalau saya pendapatnya sederhana di masa pandemi ini sebuah desa bisa menyajikan suasana wisata lokal yanf bisa dinikmati masyarakat lokal dan di luar desa tentu, sebagai masyarakat saya mengapresiasi. Tadi juga ada kreativitas pembuatan dodol dan lainnya. Apalagi kadesnya juga punya harapan banyak tentang tempat ini," ujarnya.(ind/tri bun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved