Breaking News

News Video

Umat Hindu di Medan Sambut Hari Raya Kuningan dengan Khusyuk, Wujud Syukur Diberi Keberkatan

Suasana hikmat begitu terasa dalam perayaan Hari Raya Kuningan di Pura Agung Raksa Buana, Jalan Polonia No. 216, Polonia, Kecamatan Medan Polonia.

Editor: M.Andimaz Kahfi

Umat Hindu di Medan Sambut Hari Raya Kuningan dengan Khusyuk, Wujud Syukur Diberi Keberkatan

TRI BUN-MEDAN.com, MEDAN - Suasana hikmat begitu terasa dalam perayaan Hari Raya Kuningan di Pura Agung Raksa Buana, Jalan Polonia No. 216, Polonia, Kecamatan Medan Polonia, Sabtu (26/9/2020).

Amatan Tribun Medan, tampak puluhan umat hindu mengikuti rangkaian pelaksanaan hari raya kuningan dengan khusyuk yang dipimpin oleh Romo Mangku, Suroto yang duduk di sebuah pendopo.

Di hadapan Romo Mangku, tampak beberapa sarana-sarana sebagai pelengkap ibadah dalam perayaan Kuningan, di antaranya rerangkaian alam seperti buah kelapa, bunga-bunga, air, jajanan pasar, hingga kemenyan dan dupa.

"Proses agama Hindu ini mengenakan suatu sarana, apa yang disampaikan oleh pemangku mengacu tentang ketuhanan dengan menggunakan simbol-simbol dari rerangkaian alam seperti buah kelapa, bunga-bunga yang melambangkan keharuman.

Filosofinya itu harum pemangku, harum umatnya, harum semuanya, itulah nilai-nilai Hindu," ungkap Suroto kepada Tribun Medan.

Perayaan Kuningan ini jatuh pada hari Saniscara (Sabtu), Kliwon, wuku Kuningan yang dilaksanakan setiap 210 hari dengan menggunakan perhitungan kalender Bali.

Dalam pelaksaan nya, Hari Raya ini sebagai bentuk pemujaan terhadap turunnya para dewa dan leluhur ke bumi.

Berkenaan dengan pemujaan tersebut, maka dari itu, pelaksanaan ibadah perayaan Kuningan ini tidak lewat dari tengah hari atau pukul 12 siang.

Hal ini dikarenakan sebelum siang hari energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu (Panca Mahabutha) mencapai klimaksnya.

Ketua Suka Duka Pura Agung Raksa Buana, I Wayan Dirga Yasa mengungkapkan bahwa sebelum Perayaan Kuningan juga turut dilakukan Perayaan Galungan 10 hari sebelumnya.

I Wayan menjelaskan bahwa dalam perayaan Galungan, umat Hindu berjuang untuk melawan segala bentuk keburukan dari diri sendiri.

"Perayaan Galungan merupakan pertempuran antara Dharma dan Adharma yaitu kebaikan dan keburukan.

Namun secara filosofis yaitu pertempuran kepada diri kita sendiri dan pertempuran ini dimenangkan oleh Dharma yang selalu jaya.

10 hari kemudian diperingati Hari Raya Kuningan. Prinsipnya kalau Hari Raya Galungan kita sudah dapat melawan sifat Adharma yaitu keburukan dan berada pada sifat-sifat Dharma, selanjutnya yaitu mencapai kebahagiaan dan keberkatan," ungkap I Wayan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved