Hal yang Terjadi saat Sarwo Edhie, Sang Penumpas PKI Bertemu Anak DN Aidit di Pelantikan Wanadri
Sarwo Edhie, ayah dari Ani Yudhoyono itu, memeluk Ilham Aidit, dengan Kawah Upas, Gunung Tangkubanparahu, menjadi saksi bisunya.
"Dengan tangannya yang besar, dia (SBY) memegang paha kiri saya dan dia bilang kita harus menyelesaikan masa lalu, namun dengan cara yang arif," kata Ilham.
Ketika itu, kata Ilham, SBY yang berbaju batik dan berpeci, diapit oleh Aa Gym yang bersorban, sementara Ilham yang mengenakan kemeja lengan panjang.
Pemegang Wangsit yang Disingkirkan Penguasa
Menurut Salim Said dalam Menyaksikan 30 tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto (2016), nasib Sarwo senaas dua "king maker" (sosok yang membuat orang lain jadi raja) lainnya, yakni Letnan Jenderal Kemal Idris dan Mayor Jenderal HR Dharsono.
Sarwo, yang ketika itu jadi Panglima Kodam Bukit Barisan (1967-1968), diisukan hendak mengkudeta Soeharto.
Setelah jadi Pangdam di Medan, Sarwo dikirim ke Papua untuk memimpin Kodam Cendrawasih—daerah yang rawan keamanan karena aktivitas Organisasi Papua Merdeka (OPM). Di situ Sarwo pernah nyaris terbunuh dalam sebuah perjalanan.
Pada 1970, Sarwo dijadikan Gubernur Akabri, sebuah posisi tanpa pasukan tempur yang kuat.
Setelah 1978, Sarwo "di-dubes-kan" ke Korea Selatan dan kemudian ditunjuk untuk menjabat Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri.
Setelah itu, ia menjadi anggota DPR sebagai wakil Golkar. Posisi-posisi itu makin menjauhkannya dari pucuk kekuasaan Indonesia.
Setelah dirinya meninggal, barulah salah satu menantunya, Susilo Bambang Yudhoyono, berhasil jadi Presiden pada 2004.
Letjen TNI Sarwo Edhi Wibowo Danjen RPKAD (Kopassus) Pembasmi PKI
-Letjen TNI Sarwo Edhie Wibowo yang berperan membasmi PKI tepat setelah G30S/PKI terjadi.
Tak cuma membasmi PKI, Letjen TNI Sarwo Edhie Wibowo juga berhasil menemukan lokasi jasad para korban G30S/PKI.
Melansir dari Wikipedia, Sarwo Edhie Wibowo merupakan seorang komandan jenderal RPKAD (sekarang Kopassus).
Letnan Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 25 Juli 1925 dan meninggal di Jakarta, 9 November 1989 pada umur 64 tahun.