Keluarga Pelaku Brahim Aoussaoui Angkat Bicara, Sempat Berkabar Ingin Bermalam di Depan Katedral
Kepada televisi Al Arabiya, saudaranya mengatakan bahwa Brahim memberi kabar ingin bermalam di depan katedral.
TRIBUN-MEDAN.com - Pascainsiden teror di Gereja yang menewaskan 3 orang, keluarga pelaku angkat bicara tentang aktivitas terakhir pelaku sebelum melakukan serangan di Basilika Notre Dame de Nice, Prancis.
Pelaku bernama Brahimi Aoussaoui, warga Tunisia berusia 21 tahun.
Kepada televisi Al Arabiya, saudaranya mengatakan bahwa Brahim memberi kabar ingin bermalam di depan katedral.
"Dia juga mengirim foto gedung itu. Dia meneleponku ketika tiba di Prancis", dilansir Daily Mail, Jumat (30/10/2020).
Saat tahu, adiknya adalah dalang peristiwa tersebut, pria bernama Yacine ini mengaku terkejut.
Keluarga Aoussaoui berbicara kepada media dari sebuah lingkungan kumuh di Tunisia, tepatnya di daerah Bouhajla, Tunisia.
Baca juga: Penyerangan Terhadap Ulama yang Sedang Ceramah Kembali Terjadi, Pelaku Berhasil Ditangkap Polisi

Baca juga: Terduga Pelaku Penusukan Ustaz Muhammad Zaid Maulana Mengaku Mabuk Tuak saat Ditangkap Polisi
"Apa yang kami lihat dalam gambar tersebut (rilis polisi) adalah dia, putra kami," kata perwakilan mereka, dilansir Tribunmedan.com dari Tribunnewswiki.com
Sementara dari Kota Sfax Tunisia, ibu pelaku, dengan mata berlinang air mata, menyebut anaknya sempat menghubungi melalui telepon.
Ketika mengetahui foto anaknya tersebar luas, ibu bernama Kmar ini tak kuasa menahan tangis.
Ia terkejut mendengar putranya adalah pelaku penusukan.
Lebih jauh lagi, dirinya tak tahu apa yang sang anak rencanakan.
Baca juga: Ciri-ciri Suami yang Sedang Berselingkuh, Mudah Marah, Tak Bergairah hingga Selalu Jaga Jarak

Baca juga: Ashanty Ungkap Rahasia Azriel di Depan Sarah Menzel, Tak Kuasa Menahan Rahasia Terpendam
"Kamu itu tak bisa bahasa Prancis, kamu tak punya kenalan siapa pun di sana, mengapa kamu pergi ke sana?" kata sang ibu seraya mengingat perkataan di telepon kepada anaknya jauh sebelum insiden terjadi.
Diketahui pelaku tengah berjuang untuk mendapatkan pekerjaan tetap sebelum berencana meninggalkan negara asalnya yakni Tunisia.
Sebelum ke Prancis, pelaku melakukan 'berbagai pekerjaan' serabutan, kata seorang tetangga.
Sementara itu juru bicara pengadilan Tunisia mengatakan Brahim tidak diklasifikasikan sebagai seorang militan garis keras sebelum meninggalkan negaranya.