TRIBUNWIKI
Mengenal Simpang Jodoh dan Kuliner Rujak Ulek Legendaris
Rujak ulek yang mayoritas penjualan kaum hawa ini menjadi semakin populer dan telah masuk dalam salah satu daftar kuliner favorit di Medan.
Kondisi Tembung mulai berubah sejak perusahaan Deli Maatschappij membuka perkebunan di sana pada 18 Mei 1875.
Di mana, JB Droste sebagai administrator pertama perusahaan perkebunan.
Sekitar 14 tahun kemudian, jabatan JB Droste digantikan oleh HCM Brouwer Ancker.
Dengan dibukanya perkebunan, memperkerjakan ratusan orang dengan status kontrak.
Baca juga: JAWABAN Desiree Tarigan Layangkan Gugatan ke Ibu Angkat, Begini Kisah Sebenarnya
Hingga luas perkebunan berkembang menjadi 3000 bidan dan laba yang dihasilkan pada masa itu.
Pada 1905, Deli Maatschappij menyatukan perkebunan Timbang Deli dan Perkebunan Bandar Klippa dengan luas tanah konsesi sebesar 5.000 bidang tanah.

Sejak perkebunan itu dibuka, aktivitas masyarakat semakin berkembang.
Permukiman mulai padat dan ada satu kegiatan saat orang-orang kampung menghabiskan malam akhir pekan dengan berkumpul di simpang pasar VII yang kini dikenal Simpang Jodoh.
Ramainya muda mudi yang dulunya berkumpul di persimpangan, mulai dilirik para pedagang kecil yang menjajakan makanan salah satunya rujak ulek yang hingga kini masih bertahan.
Baca juga: Derita Peternak di Tengah Kenaikan Harga Pakan, Minta Pemerintah Buka Kran Impor Jagung
Sekitar tahun 2015, pemerintah daerah memberi fasilitas berupa steling rujak. Di mana mengganti tempat jualan para pedagang menjadi lebih baik.
Dari dahulu hanya sebuah meja kecil dengan lampu sentir.
Baca juga: JAM Tayang Siaran Persija Vs PSM, Prediksi Leg Kedua, Macan Kemayoran Siap Tebus Kesalahan
Kini makanan lebih higienis dan diterangi lampu listrik di setiap kiosnya.
Tidak hanya itu, pemerintah daerah juga telah melakukan pelebaran Jalan dan beberapa ruas parkir untuk para pembeli rujak yang menunggu pesanan.
(mft/tribun-medan.com)