Bak Mimpi di Siang Bolong, Benny Wenda Minta Bantuan Sampai Rayu Inggris dan PBB Mediasi Papua Barat
Ketua ULMWP Benny Wenda juga menyebut tentang warga Papua Barat yang melarikan diri dari desa mereka dan pengerahan pasukan setan ke Nduga.
TRIBUN-MEDAN.com - Ketua ULMWP Benny Wenda yang menyatakan diri Presiden Sementara Papua Barat meminta PBB dan Pemerintah Inggris untuk campur tangan dalam urusan KKB Papua dan Papua Barat .
Permintaan kepada PBB dan Inggris tersebut sejalan dengan peringatan keras yang dikeluarkan Ketua ULMWP Benny Wenda tentang Operasi Militer besar-besaran segera terjadi di Papua Barat dan soal KKB Papua .
Selain itu, Ketua ULMWP Benny Wenda juga menyinggung tentang internet yang diputus di Papua Barat dan menuding Indonesia menyembunyikan pembunuhan dan pembataian atas pemutusan internet tersebut.
Ketua ULMWP Benny Wenda juga menyebut tentang warga Papua Barat yang melarikan diri dari desa mereka dan pengerahan pasukan setan ke Nduga.
Baca juga: KKB Papua Ladeni 400 Pasukan Setan Perang Terbuka di Hutan Nduga, Mengaku tak Mundur Selangkah Pun
Berikut pernyataan lengkap Benny Wenda yang dikirim ke Tribunpekanbaru.com ( grup Tribun-Medan.com) dan dimuat di situs UMLWP :
Saya mengeluarkan peringatan keras ini kepada dunia: operasi militer besar-besaran Indonesia, beberapa yang terbesar dalam beberapa tahun, akan segera terjadi di Papua Barat.
Internet terputus, ratusan tentara lagi dikerahkan, dan kami menerima laporan bahwa warga sipil Papua Barat melarikan diri dari desa mereka di Kabupaten Intan Jaya, Puncak Jaya, dan Nduga.
Presiden Indonesia telah memerintahkan 'penumpasan' di Papua Barat.
Baca juga: KKB Sangat Keji, Bakar Sekolah hingga Puskesmas di Ilaga Papua, TNI-Polri Berjuang Membasmi Mereka

Ketua parlemen Indonesia mengatakan bahwa mereka akan 'membahas masalah hak asasi manusia nanti'.
Baru minggu lalu 400 tentara spesialis baru, yang dikenal sebagai 'pasukan setan', dikerahkan ke Kabupaten Nduga, di mana lebih dari 50.000 orang telah mengungsi sejak Desember 2018.
Matikan internet persis seperti yang terjadi pada Agustus-September 2019, ketika Indonesia menghentikan operasi.
Menutup akses ke dunia luar untuk menyembunyikan pertumpahan darah dan pembantaiannya.
Baca juga: SETELAH DIGEBUK Suami, Artis Rupawan Bertubuh Seksi Ini Datangi Komnas Perlindungan Perempuan
Sepertinya ini akan menjadi operasi militer terbesar di Papua Barat sejak akhir 1970-an.
Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), pasukan elit TNI AL, dikerahkan.
Saya sendiri menyaksikan akibat dari operasi militer ini ketika saya masih kecil, melihat desa saya dibom dan keluarga saya terbunuh.