Kisah Komunitas Yahudi di Tanah Papua hingga Mengenal Lebih Dekat Komunitas Yahudi di Nusantara

Di tanah Papua ada salah satu komunitas Yahudi itu tinggal. Namun, identitasnya cukup samar.

Editor: AbdiTumanggor
AFP/GETTY IMAGES VIA BBC NEWS INDONESIA
Mengenal Sejarah Komunitas Yahudi di Indonesia 

Mereka masih menggunakan Alkitab dengan Perjanjian Baru disobek sampai mereka dapat membeli gulungan Taurat mereka sendiri.

Selain telah memutuskan untuk memilih Yahudi, Diane dan Harun juga punya impian yang sama seperti kebanyakan orang Yahudi lain, yaitu berimigrasi ke Tanah yang Dijanjikan.

Mereka percaya bahwa komunitas Yahudi seperti mereka paling bahagia di Israel.

Menurut mereka, nantinya, Israel juga bisa menjadi tempat di mana mereka menciptakan bahasa Indonesia mereka sendiri di masyarakat.

Sementara memupuk impian untuk berimigrasi ke Israel, komunitas ini terus mendidik diri sendiri dan anak-anak mereka.

Bagaimana keluarga Harun dan Diane telah menerapkan pendidikan Yudaisme kepada anak-anak tergambar dalam perilaku mereka.

Dikisahkan, saat berada di dalam mobil, putri tertua Diane, Venezuela, mengingatkan si bungsu, Shulamith, untuk mengucapkan berkah sebelum kudapan sore harinya berupa cupcake Hello Kitty.

Elisheva Wiriaatmadja

Elisheva Wiriaatmadja kembali menganut agama nenek moyangnya, setelah bertahun-tahun menjalani pencarian spiritualitas. (VIA BBC NEWS INDONESIA).

Mengenal Sejarah Komunitas Yahudi di Indonesia

Sementara itu, dilansir dari BBC News Indonesia, Penganut Yudaisme di Indonesia sudah ada sejak jaman Belanda, namun sampai saat ini hanya ada satu sinagoga di Indonesia yaitu di Sulawesi Utara.

Di dalam Sinagoga Shaar Hashamayim di Tondano Barat Sulawesi Utara pada Sabtu siang pertengahan Desember 2017 lalu, tampak satu keluarga, sepasang suami istri dan seorang anaknya, tengah beribadah.

Ibadah Sabat di Sinagoga kali ini hanya diikuti oleh empat orang; Rabbi Yaakov Baruch yang memimpin ibadah, dan Manuel Sadonda bersama istri dan seorang anaknya.

Mereka duduk terpisah, karena tempat duduk perempuan dan laki-laki batasi dengan menggunakan sebuah "sekat" atau pembatas.

Dalam beberapa doa yang dipanjatkan, Rabbi dan Manuel terlihat menggunakan Tallit, kain ibadah yang dipakai orang Yahudi.

Baca juga: Arkeolog Temukan Peninggalan Istana Menghadap Yerusalem, Dekorasi Batu dalam Bentuk Dua Bintang Daud

Baca juga: Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Akhirnya Dibuka, Ratusan Umat Muslim Langsung Salat Subuh Berjamaah

Yaakov mengatakan ibadah Yahudi lebih banyak dilakukan di rumah, sedangkan setiap hari Sabtu, ibadah dapat dilakukan di Sinagoga beratap merah yang didirikan sejak 13 tahun.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved