Polemik Insentif Honorer
Nakes Honorer Tetap Berjuang di tengah Pandemi Covid 19, Nyawa Jadi Taruhan kendati Gaji Tertahan
Selain itu, mereka juga belum menerima gaji selama dua bulan terakhir dan BPJSnya juga belum dibayar setahun terakhir.
Penulis: Fredy Santoso | Editor: Randy P.F Hutagaol
Meski demikian, apapun risikonya tetap ia lakoni karena itu merupakan pilihannya. Sebuah profesi yang mulia karena bisa menolong orang lain.
Akan tetapi, ia dan rekan-rekan perawat honorer lainnya juga tetap berpikir realistis, apalagi soal penghasilan.
Mereka mengeluhkan soal hak-haknya yang hingga kini belum jelas arahnya. Gaji yang seharusnya menjadi sumber penghidupan kadang telat mereka terima.
Untuk memenuhi semua kebutuhan keluarganya tak jarang mereka harus bekerja keras mencari pekerjaan sampingan.
Seperti yang di katakan Marlina, ia menjajakan pakaian jadi untuk membantu perekonomian keluarganya.
Atau seperti yang dilakukan rekannya, yang harus menjalani pekerjaan di dua tempat bekerja sekaligus. Pagi hingga sore di Rumah Sakit, lalu lanjut bekerja di tempat praktek seorang dokter.
"Gaji kami 1.500.000. Itu tidak rutin keluar dalam satu bulan. Dari suami ataupun bekerja sampingan, seperti menjual pakaian jadi atau bekerja sampingan di tempat praktek dokter," katanya.
Walaupun kondisi keuangan kacau-balau karena gaji yang sering telat tetapi kewajiban merawat pasien tetap ia lakoni dengan setulus hati.
Ia berharap dengan pengabdiannya, keluarga dan dirinya diberi kesehatan dan kekuatan.
"Mudah-mudahan dengan kami merawat pasien tersebut keluarga kami jadi lebih sehat, diri kami jadi lebih kuat dan dijauhkan dari penyakit. Sekarang ini kami bekerja lebih ikhlas dan dengan setulus hati saja." Tutupnya.
(Cr25/ Tribun-medan.com)