Human Interest Story

Pantang Menyerah, Penyandang Disabilitas Berkarya dengan Melukis dan Berwirausaha

Sejak usia 17 tahun, anak kedua dari empat bersaudara ini kehilangan kedua kaki dan tangannya karena kecelakaan kerja.

Penulis: Array A Argus |
TRIBUN MEDAN/ARRAY A ARGUS
Ahmad Prayoga, penyandang disabilitas yang mahir dalam melukis saat ditemui di kediamannya, Jumat (21/5/2021). Selain melukis, Yoga juga membuka wirausaha sirup bunga telang. 

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN - Ahmad Prayoga adalah satu dari sekian banyak penyandang disabilitas di Sumatera Utara, khususnya di Kabupaten Deliserdang. Sejak usia 17 tahun, anak kedua dari empat bersaudara ini kehilangan kedua kaki dan tangannya karena kecelakaan kerja. Meski memiliki keterbatasan fisik, namun lelaki kelahiran 10 April 1998 ini pantang meminta-minta. Dia lebih memilih berwirausaha, dan menekuni kemampuannya melukis. 

Saat ditemui www.tribun-medan.com di kediamannya Jalan Makmur Pasar VII, Gang Sidorukun Angrek 27, Kecamatan Percut Seituan, Yoga, sapaan akrabnya, tengah beristirahat di ruang tengah. Dia duduk bersama dua adik kembarnya Retno dan Ratna. Melihat ada tamu yang datang, Yoga berpindah duduk. Sang adik kemudian buru-buru berdiri membukakan pintu dan mempersilakan awak media masuk. Kala bertemu, Yoga tersenyum lebar. Dia begitu senang ada tamu yang mengunjungi. 

"Beginilah sehari-hari bang, kadang melukis, kadang jalankan usaha," kata Yoga, Jumat (21/5/2021) sore. Sembari berbincang, Yoga kemudian mempersiapkan alat lukisnya. Kebetulan hari itu dia ingin mengisi kekosongan waktu di rumah. Dengan berjalan ngesot, Yoga mendekati lemari kaca yang ada di ruang tengah. Dia memasukkan kepalanya ke sela lemari, mengambil kertas, cat dan kuas. Satu persatu alat lukis itu dipindahkannya dengan mulut ke lantai. Melihat Yoga kesulitan, kedua adik kembarnya sigap membantu. 

Ratna dan Retno menyiapkan tripod khusus untuk melukis. Keduanya juga memisahkan cat berbagai warna ke dalam wadah plastik warna putih, yang menempel pada bagian kaki tripod. Sambil bergegas melukis, Yoga pun bercerita bagaimana dia kehilangan anggota tubuhnya. Pada Mei 2015 silam, kecelakaan kerja terjadi. Kala itu Yoga masih duduk di bangku kelas II SMK Muhammadiyah Aek Kanopan, Labuhanbatu Utara (Labura). Di waktu senggangnya sekolah, Yoga ikut bersama temannya untuk bekerja mengelas besi. 

"Waktu itu ada pembangunan rumah. Jadi saya ikut mengelas besi untuk dipasang di lantai dua," kata Yoga.

Dia mengatakan, saat kerja dirinya tidak memakai alas kaki. Ketika besi ditegakkan di lantai dua, tak disangka benda padat berukuran sekira satu meter itu menyentuh kabel telanjang. Sontak, aliran listrik mengalir ke besi yang dipegang Yoga. Tubuh Yoga kejang dan kemudian berasap. 

"Tegangan listriknya cukup tinggi. Saya sempat lengket tak bisa melepaskan diri," kata Yoga.

Hampir 10 menit memegang besi yang dialiri listrik, Yoga terpental. Kondisi tangan dan kakinya gosong. Dia kemudian dilarikan ke rumah sakit umum yang ada di Aek Kanopan. Sayangnya, fasilitas di rumah sakit itu sangat minim. Yoga hanya diberi saleb, padahal kondisi tangan dan kakinya sudah melepuh penuh luka bakar. Lantaran lukanya cukup parah, Yoga pun dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Adam Malik Medan. Di sana, Yoga kemudian menjalani amputasi. Pilihan pahit itu terpaksa diambil karena khawatir luka di kaki dan tangannya menyebar dan mengenai saraf tubuh yang lain. 

"Waktu itu tangan dan kaki sudah luka parah," katanya menghela nafas dalam-dalam.

Di awal amputasi, anak pasangan Dwi Sri Rahayu dan Sugiono ini sempat hilang harapan. Di usianya yang muda, Yoga harus kehilangan kaki dan tangannya. Namun, harapan baru kembali muncul. Saat itu Yoga dibantu oleh Yayasan Smiling Kids Foundation. Di yayasan ini pula, Yoga diajari melukis. Segala kebutuhannya untuk belajar difasilitasi oleh yayasan yang turut mengayomi anak-anak penderita kanker. 

"Di yayasan itu lah kemampuan melukis saya tumbuh," katanya.

Tak lama berbincang, Yoga pun mulai menunjukkan kebolehannya melukis. Sambil mengigit pensil, Yoga mengguratkan gambar dasar di kertas warna putih. Selanjutnya, dia kemudian mengambil kuas, lalu menempelkannya ke cat dan mewarnai gambar dasar yang dibuatnya di awal. 

"Kalau saya biasanya membuat lukisan dasar terlebih dahulu, setelah itu baru ditambahi warna," katanya.

Yoga bilang, dia lebih memilih aliran realisme dalam melukis. Dirinya ingin menggambarkan berbagai peristiwa yang ada sehari-hari. Bukan cuma itu saja, Yoga juga mampu menggambar sketsa wajah. Hasilnya pun cukup mencengangkan. Meski melukis dengan mulut, namun karya yang diciptakannya tampak nyata. 

"Kalau ada yang ingin dilukis wajahnya, saya bisa. Cuma itu butuh waktu yang cukup panjang," kata Yoga.

Dengan kondisi keterbatasan fisiknya, Yoga harus betul-betul memperhatikan detail dari lukisannya itu. Tak jarang, satu lukisan yang dihasilkan bisa memakan waktu tiga sampai lima jam. Bahkan, kata Yoga, untuk menggambar sketsa wajah manusia seperti aslinya, dia butuh waktu seharian duduk di depan kanvas. Pada momen itu pula, cucuran keringat pun mengalir deras dari dahinya. Baju yang dipakai Yoga sering basah. Bahkan, karena terlalu lama duduk melukis dengan mulut, bagian leher Yoga kerap terasa pegal lantaran kepalanya bergerak terus-menerus. 

"Alhamdulillah ada juga yang suka dengan lukisan saya," katanya.

Tak jarang, beberapa lukisan Yoga dibeli oleh masyarakat untuk dijadikan kenang-kenangan. Hal ini pula yang menjadikannya tambah semangat untuk menekuni bidang melukis. Sementara itu, Putri, relawan Yayasan Smiling Kids mengatakan bahwa Yoga termasuk sosok yang inspiratif. Yoga sering diundang sebagai pembicara di tiap acara yang diadakan Yayasan Smiling Kids. 

"Yoga sering jadi motivator. Dia cerita bagaimana perjuangannya setelah mengalami kecelakaan kerja," kata Putri. Bagi anak-anak penderita kanker yang ada di Yayasan Smiling Kids, kisah Yoga ini menjadi penambah semangat baru anak-anak. Yoga sering memotivasi anak-anak agar tidak hilang harapan. Putri bilang, kehadiran Yoga cukup membantu menambah kepercayaan diri anak-anak pengidap kanker. 

Ahmad Prayoga saat menunjukkan kebolehannya melukis di atas kertas, Jumat (21/5/2021). Yoga melukis menggunakan mulut.
Ahmad Prayoga saat menunjukkan kebolehannya melukis di atas kertas, Jumat (21/5/2021). Yoga melukis menggunakan mulut. (TRIBUN MEDAN/ARRAY A ARGUS)

Berwirausaha Sirup Herbal

Selain menekuni bidang melukis, Yoga saat ini disibukkan dengan usaha penjualan sirup herbal, makanan cemilan dan parfum. Khusus sirup herbal, Yoga bersama teman-temannya meracik kembang Telang atau Clitoria Ternatera menjadi minuman antibodi penambah imun tubuh. Yoga bilang, bahwa manfaat bunga telang ini sangat banyak. Satu diantara manfaatnya adalah mengantisipasi pertumbuhan kanker. 

"Bunga telang ini juga bagus untuk penderita sariawan," katanya.

Yoga pun sempat mempersilakan awak media mencicipi sirup tersebut. Secara kasat mata, sirup bunga telang ini berwarna ungu. Karena sari pati bunga telang diracik bersama jeruk kasturi, rasanya ada sedikit asam, namun segar ketika dicampur dengan air dingin. Yoga bilang, tiap bulan dirinya bisa menjual puluhan botol sirup bunga telang. Harga satu botol sirup bunga telang dibanderol seharga Rp 30.000.

"Kemarin ada yang pesan 24 botol. Rencananya mau dikirim ke Jepang," kata Yoga.

Secara pribadi, dia sangat bersyukur sirup bunga telang ini bisa bermanfaat bagi orang banyak. Apalagi, kata dia, sirup bunga telang itu bisa dicicipi masyarakat luas, khususnya warga asing. "Alhamdulillah sejauh ini usahanya lumayan lancar," kata Yoga.

Untuk bahan baku bunga telang, Yoga biasanya membeli dari para pembudidaya di Jalan Bromo, Lorong Amal, Kota Medan. Kebetulan, kata dia, pembudidaya bunga telang ini bagian dari anggota UMKM Pemprov Sumut.  "Paling sekarang ini tinggal urus izin dari BPOM saja. Karena mengurus izin kan perlu biaya juga," terang Yoga.

Dari hasil penjualan sirup bunga telang ini pula, Yoga bisa menabung. Uang yang didapat digunakan untuk pengembangan usaha, dan juga untuk rencana pengurusan izin edar di BPOM. "Mudah-mudahan usaha saya ini menghasilkan rezeki yang halal," kata Yoga.

Bagi masyarakat yang ingin mencicipi atau membeli produk bunga telang ini bisa langsung menghubungi Yoga di nomor 083165483422. Atau bisa langsung berkunjung ke rumah Yoga yang ada di Jalan Makmur Pasar VII, Gang Sidorukun Angrek 27, Kecamatan Percut Seituan.

(ray/tribun-medan.com) 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved