Breaking News

TRIBUNWIKI

3 Buku Suku Batak Legendaris di Literacy Coffee, Ada Kitab Tertua yang Paling Dilestarikan

Ada 3 buku batak terlegendaris yang bisa menjadi rekomendasi bacaan terutama bagi Anda yang suka membaca buku sejarah.

TRIBUN MEDAN/ ANGEL
Batak Inspigraph 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Membaca buku menjadi salah satu aktivitas yang bisa dilakukan terutama di masa pandemi yang mewajibkan untuk berkegiatan di rumah saja. 

Tribun-Medan.com merangkum ada 3 buku batak terlegendaris yang bisa menjadi rekomendasi bacaan terutama bagi Anda yang suka membaca buku sejarah.

Buku sejarah yang wajib kamu baca di Litercary Coffee Medan, Kota Medan, antara lain : 

Baca juga: Macaroni Schotel, Makanan Jaman Kolonial Belanda yang Populer, Berikut Cara Membuatnya

1. Batak Inspigraph

Batak Inspigraph
Batak Inspigraph (TRIBUN MEDAN/ ANGEL)

Berikut tentang Batak Inspigraph:

Sekilas tentang Batak Inspigraph, Inspigraph merupakan singkatan dari inspiring photograph (fotografi yang mengilhami). Ini indom baru yang diciptakan oleh penulis untuk merujuk sebuah kategori foto potret. 

Subjek foto dalam inspigraph adalah figur-figur yang memiliki kisah hidup unik dan mengilhami.

Dasar pemilihan mereka? Bebas saja. Berdasarkan kesamaan/komunitas bangsa, suku, wilayah profesi, kampus, hobi dan yang lain.

Mengapa mengangkat sosok orang batak?

Waktu itu 25 Agustus 1993, saya berkesempatan melihat pameran foto karya fotografer Amerika, Herb Ritts di Hamilton Gallery, London, Inggris.

Ritts menampilkan foto-foto notorious (terkenal karena sisi negatifnya) para selebriti dunia.

Entah kenapa, di tempat yang jauh itu saya teringat orang Batak. Saya ingin memotret orang Batak.

Tidak bermaksud menampilkan sisi negatif orang Batak, tetapi justru sebaliknya, Batak yang inspiratif.

Baca juga: DITERKAM BUAYA saat Mancing, Warga Heboh Cari Jasad Karsiti, Polisi Turun ke Lokasi

2. Warisan Leluhur Yang Terancam Punah

Warisan Leluhur Yang Terancam Punah
Warisan Leluhur Yang Terancam Punah (TRIBUN MEDAN/ ANGEL)

Berikut tentang Batak warisan leluhur yang terancam punah :

Menurut penelitian The Watt Family Foundation di Amerika Serikat, leluhur suku Batak berasal dari Afrika.

Merek meninggalkan Afrika sekitar 50.000 tahun yang lalu dan mengembara sebagian ke Eropa sebagian lagi ke Mongolia, Cina, India, Pakistan dan Asia Tenggara.

Dari Asia Tenggara mereka meneruskan perjalannya ke Filipina, Taiwan Kalimantan dan Sumatera Utara. Kelompok yang menetap di Sumatera Utara itulah yang menjadi leluhu suku Batak.

Mereka tinggal di perkampungan kecil, dimana terdapat sekitar 10-15 rumah.

Rumah Toba atapnya melengkung seperti pelana kuda sedang rumah di Karo berbentuk kerucut, semakin ke atas semakin lancip.

Di puncak atap tertinggi diikatkan kepala kerbau lengkap dengan tanduknya.

Rumah di Toba dihias dengan ukiran, patung dan gorga bewarna merah, hitam dan putih.

Tetapi sekarang rumah peninggalan leluhur tersebut sudah menghilang, karena generasi yang datang belakangan lebih suka tinggal di rumah "modern", demikian juga ukiran dan hiasan rumah berupa patung sudah lenyap berpindah ke tangga penjual barang antik.

Suku Batak-Toba sangat percaya kepada roh leluhur yang selalu menjaga dan melindungi mereka.

Oleh karena itu diciptakanlah patung leluhur, supaya mereka dengan mudah dapat berhubungan.

Baca juga: Lokomotif Tua, Saksi Sejarah Kereta Api Medan

Untuk menjaga supaya penghuni kampung tidak diserang roh jahat atau roh alam, diukir patung Pangulubalang yang bertugas menjaga dan memusnahkan musuh, yang datang menyerbu.

Sekarang patung-patung itu sudah sirna karena setelah agama masuk.

Bukan hanya patung yang menghilang, tulisan Batak yang diwariskan leluhur tidak dikenal lagi oleh generasi yang lebih muda.

Pada hal dahulu para dukun menuliskan ajarannya dalam Buku Pustaha yang terbuat dari kulit kayu yang dikeringkan.

Demikian juga Tunggal Panuluan, tongkat penuh dengan ukiran, sekarang sudah sinar di makan zaman.

Hampir semua Warisan Peninggalan Leluhur sudah terancam punah, yang tersisa hanya kisanya.

Baca juga: Dua Perempuan Sadis yang Bunuh dan Gantung Portan Tumanggor di Pohon Kopi Ternyata Sering Ngutang

3. Kitab Padan Na Robi

Kitab Padan Na Robi
Kitab Padan Na Robi (TRIBUN MEDAN/ ANGEL)

Kitab ini merupakan satu diantara buku kitab tertua yang dilestarikan oleh Literacy Coffee, Kota Medan.

Padan Na Robi dituliskan oleh P. Johannsen pada 1929, Dalam kitab tersebut tertulis :

Padan Na Robi hinabatakon ni P. Johannsen.
The Old Testament translated out of the original tongues into Batak (Toba) the language of Batak in the island of Sumatra.

Photographically reproduced by the British & Foreign Bible Society from the 1894 edition.

(Cr9/Tribun-Medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved