INILAH Sosok Sujito, Otak Penembakan Mara Salem Harahap, Bos KTV dan Mantan Calon Wali Kota
Pelaku adalah seorang pengusaha/ pemilik Ferrari Kafe, Bar and Resto bernama Sujito (S), anggotanya Yudi (Y) dan seorang oknum aparat berinisial A.
Penulis: Alija Magribi |
TRIBUN-MEDAN.com - Kasus penembakan seorang pimpinan media online lokal di Siantar, Mara Salem Harahap (42) akhirnya terungkap.
Pelaku adalah seorang pengusaha/ pemilik Ferrari Kafe, Bar and Resto bernama Sujito (S), anggotanya Yudi (Y) dan seorang oknum aparat berinisial A.
Pengungkapan kasus dipimpin langsung oleh Kapolda Sumut Irjen pol Panca Putra Simanjuntak, didampingi Pangdam I/BB Mayjen TNI Hassanudin dan jajarannya di Mapolres Pematangsiantar, Kamis (24/6/2021) sore.
Kapolda dalam paparannya menyampaikan terungkapnya kasus ini setelah melakukan pemeriksaan terhadap 57 saksi, CCTV di sejumlah tempat korban dan para pelaku dan hasil uji laboratorium forensik dan balistik.
"Modus operandi yang dilakukan oleh pelaku dan motif adalah tumbuhnya rasa sakit hati oleh S selaku pemilik pemilik kafe dan resto terhadap korban yang selalu memberitakan peredaran narkotika di tempatnya," kata Kapolda.
Namun demikian, korban Marsal Harahap juga justru meminta sejumlah uang sebagai syarat tak akan memberitakan hal yang buruk di lokasi usaha milik Sujito.
"Korban meminta uang sejumlah Rp 12 juta/bulan dan perharinya meminta 2 butir ekstasi, bisa dibayangkan teman teman?," kata Kapolda.
Atas sikap korban, Sujito kemudian kesal dan merasa perlu memberi pelajaran kepada korban.
Sujito kemudian memanggil Yudi yang merupakan humas di lapak usahanya untuk menyusun rencana memberi pelajaran terhadap korban.
"Saudara S meminta Y memberikan pelajaran kepada korban. Tersangka S bertemu Y serta bersama saudara A di jalan seram bahwa Siantar. Di mana saudara S menyampaikan kepada Y dan A kalau begini orangnya cocoknya ditembak," terang Kapolda.
Kapolda menyampaikan atas dasar tersebut Yudi selaku humas menindaklanjuti. Makanya dibicarakan lah tindakan untuk memberi pelajaran.
Proses ini diawali dari pertemuan Yudi dan AS di wilayah Siantar untuk menindaklanjuti permintaan Sujito tersebut.
Adapun korban sebelum kejadian sempat minum minum tuak di kedai milik Ibu Ginting di salah satu daerah di Siantar. Korban kemudian juga sempat kencan dengan seorang perempuan di Siantar Hotel.
Kapolda menyebut, saat itu Yudi dan AS hendak mendatangi korban Mara Salem Harahap di rumahnya, Huta VII, Nagori Karanganyar, Kabupaten Simalungun. Namun korban tak ada di rumahnya.
"Sekitar pukul 22.30. tersangka Y kembali menuju arah Kota Pematangsiantar. Di perjalanan mereka berselisih dengan mobil korban. Dan selanjutnya tersangka Y dan saudara A ini berbalik arah mengikuti mobil korban," katanya.
"Y mengemudi sepeda motor dan A melakukan penembakan yang mengenai bagian kaki korban di sebelah kiri paha atas. Dan mengenai hasil outopsi, tembakan mengenai tulang kaki korban. Pada akhirnya tulang patah dan mengenai pembuluh arteri. Maka mengeluarkan darah yang secara deras," tambah Kapolda.
Kapolda mengatakan para pelaku dijerat dengan Pasal 340 subsidair 338 Jo Pasal 55-56 KUHP tentang pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman terberat pidana mati atau pidana penjara seumur hidup.
Perlu diketahui, Sujito sendiri selain dikenal sebagai pemilik tempat hiburan malam, juga dikenal sebagai eks Calon Wali Kota Pematangsiantar pada tahun 2015.
Siapa Sujito ?
Pemilik Ferrari Hotel N KTV, S, ditetapkan sebagai salah satu tersangka pembunuhan wartawan Mara Salem Harahap.
Ia diduga memerintahkan seorang oknum aparat TNI dan seorang humas di Ferrari Hotel N KTV. S atau Sujito adalah bekas Bakal Calon Walikota Pematangsiantar pada 2016 silam.
Sujito mencalonkan diri dari jalur calon perseorangan dan menamakan tim pemenanganmnya Tim Sujito-Djumadi (SUJUD).
Sujito dan pasangannya Djumadi mendapatkan nomor urut satu dalam undian di KPU Pematangsiantar.
Salah satu momen Sujito di muka publik adalah saat acara Debat Penajaman Visi Misi Calon Walikota dan Wakil Wali Kota Pematangsiantar di Sapadia Hotel 12 November 2016.
Para bakal calon ditanyakan tentang ikon kota Pematangsiantar yang kemudian dihubungkan dengan pengembangan sektor wisata.
Seorang paslon menekankan potensi patung Dewi Kwan Im dengan statusnya sebagai patung Dewi Kwan Im terbesar di Asia Tenggara.
Sujito memiliki pandangan yang berbeda. Ia mengatakan akan membangun Tugu Raja Sangnaualuh sebagai identitas budaya yang asli dari kota Siantar.
“Ketika Sujito-Djumadi nanti dikaruniai oleh yang maha kuasa, diberkati menjadi pasangan Wali kota Pematangsiantar, bukan (patung) Dewi Kwan Im yang kita buat ikon, karena Dewi Kwan Im orang sudah kenal itu adalah tertinggi di Asia Tenggara. Kita akan membangun Patung Raja Sangnaualuh, sepanjang 25 meter tingginya untuk Ikon Kota Pematangsiantar supaya orang bisa mengenal sejarah asli kota Siantar,” kata Sujito pada saat itu.
Namun, langkah Sujito menjadi Walikota Pematangsiantar gagal usai Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) mengumumkan hasil pindai Formulir C1 dimana Paslon Hulman Sitorus-Hefriansyah memperoleh persentase jumlah suara terbanyak yaitu 55,03 persen kemudian disusul oleh Wesley Silalahi-Sailanto dengan jumlah perolehan 23,69 persen, Teddy Robinson Siahaan-Zainal Purba 17,55, dan Sudjito 3,7 persen di posisi bontot.
Tak Kebelet Jadi Wali Kota
Pasangan Calon Wali Kota Pematangsiantar, Sujito-Djumadi menyampaikan bahwa mereka tidak memiliki persiapan khusus menjelang pelaksanaan Pilkada Kota Pematangsiantar besok, 16 November 2016.
"Enggak ah, persiapan-persiapan khusus. Kami prinsipnya biarlah gajah-gajah bertarung, tapi kami yang kancil lari kencang," ujar Sujito melalui sambungan telepon, Selasa (15/11/2016)
Ia menuturkan bahwa pemantapan saksi yang bertugas untuk mereka di TPS saat Pilkada berlangsung, sudah jauh hari mereka persiapkan.
"Udah kemarin-kemarin kami mantapkan saksi-saksi kami. Cuma yah bedalah saksi-saksi kami sama calon yang lain. Kami cuma bisa kasih uang makan dan beli rokoklah. Kalau calon lain kan besar," ujarnya.
Lanjut Sujito, dirinya mau membangun Kota Pematangsiantar, sehingga dirinya tidak terlalu bernafsu seperti pasangan calon yang menjadi pesaingnya.
"Saya kan mau bangun Siantar. Bukan mau jadi Wali Kota. Enggak kebelet jadi Wali Kota kok kita seperti yang lain," ujar Sujito tertawa.
Saat ditanya apakah dirinya sudah siap kalah? Sujito menjabarkan bahwa dia sejak mencalon sudah siap untuk menang dan siap untuk kalah.
"Saya ini kan kalau kalah (seperti) seri. Karena saya tetap karyawan STTC. Kalau yang lain kan tahulah bagaimana. Kalau menang ya jadi Wali Kota saya," ujar Sujito.
Ia menyampaikan bahwa dirinya tidak melakukan persiapan-persiapan semacam jamu-menjamu orang menjelang Pilkada. Menurutnya lebih baik emberikan sembako kepada anak yatim piatu.
"Enggak ada syukuran-syukuran. Mendingan saya kasih sama anak yatim sembako daripada syukuran-syukuran. Yang bisa saya janjikan sekarang adalah. Kalau saya menang. Saya akan sumbangkan satu rumah untuk satu kecamatan dari uang pribadi saya," ujarnya.
(ryd/alj/tribun-medan.com)
