PFI Desak RSJ Prof Ildrem Tindak Tegas ASN dan Sekuriti yang Ajak Wartawan Berantam
Peristiwa ini terjadi usai para awak media melakukan peliputan vaksinasi COVID-19 terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), Selasa (29/6/2021) pagi.
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Pewarta Foto Indonesia (PFI) Kota Medan menyayangkan tindakan dari oknum Aparatur Sipil Negara (ASN) dan sekuriti Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof Dr Muhammad Ildrem, Medan yang mengintimidasi dan mengajak jurnalis untuk berduel.
Peristiwa ini terjadi usai para awak media melakukan peliputan vaksinasi COVID-19 terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), Selasa (29/6/2021) pagi.
Ketua PFI Medan Rahmad Suryadi menuntut agar manajemen RSJ memberikan sikap tegas kepada para oknum tersebut.
Sehingga kejadian itu tidak terulang lagi kepada para jurnalis yang tengah melakukan tugasnya.
“Sungguh ini perbuatan yang memalukan. ASN tersebut telah mencoreng citra dari RSJ. Peristiwa ini harus disikapi dengan bijak oleh manajemen. Harus ada tindakan tegas supaya ada efek jera terhadap oknum tersebut,”ujar Rahmad, Rabu (30/6/2021).
Harusnya, kata Rahmad, ASN selaku abdi negara bisa memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Apalagi ASN dan sekuriti itu bertugas pada instansi pelayanan publik.
“Kita menyangkan kejadian ini. Kami menilai ini adalah bentuk pelanggaran terhadap jurnalis yang sedang bertugas,” katanya.
Rahmad pun mendesak supaya manajemen RSJ melakukan evaluasi terkait ulah oknum pegawainya. Kejadian ini sesungguhnya malah membuat citra RSJ Muhammad Ildrem menjadi buruk sebagai lembaga pelayanan publik.
“Oknum ASN dan sekuriti tersebut harus dievaluasi kinerjanya. Manajemen juga harus memahami jika para jurnalis dilindungi undang-undang dalam menjalankan tugasnya,” tegasnya.
Ada pun kejadian tersebut bermula saat para jurnalis melakukan tugas jurnalistik di RSJ tersebut. Mereka meliput proses vaksinasi COVID-19 ODGJ. Selesai melakukan peliputan, para jurnalis berniat untuk pulang. Namun tiba-tiba mereka didatangi oleh ASN bernama Wahyu A Kaban dan sekuriti.
Peristiwa ini juga sempat terekam oleh lensa sejumlah jurnalis lainnya. Bahkan, video intimidasi itu kini viral di linimasa media sosial. Risky Cahyadi, jurnalis Tribun Medan menjadi salah satu korban intimidasi dan upaya perampasan kamera. Saat itu dia bersama sejumlah jurnalis lainnya di sana.
Wahyu mempertanyakan soal izin peliputan kepada mereka. Para jurnalis pun sudah menjelaskan jika mereka sudah mendapatkan izin dari Direktur RSJ Ria Novida Telaumbanua.
“Saat keluar dari gedung, kami diadang sama ASN itu. Dia malah mempertanyakan izin kami. Sudah kami jelaskan, tapi ASN itu malah bertindak arogan,” ujar Kiki, sapaan akrabnya.
Setelah mendengar jawaban dari para jurnalis, ASN itu malah bertindak arogan. Nada bicaranya pun meninggi. Bahkan Wahyu berupaya merampas ponsel yang digunakan Kiki untuk merekam video.
“Gak usah kau liput-liput,” ujar Wahyu sambil berupaya menarik kamera milik Kiki.
Jurnalis lainnya pada saat itu ikut membela Kiki.
“Kamera saya beberapa kali berupaya untuk dirampas. Saya terus mempertahankannya. File gambar saya liputan juga diminta untuk dihapus. Yah karena kami sudah dapat izin,” ungkapnya.
Wahyu pun malah menantang jurnalis untuk berduel. Tindakannya pun semakin arogan. Tiba-tiba, seorang pegawai perempuan keluar dari dalam rumah sakit. Dia menjelaskan kepada Wahyu, jika para jurnalis sudah mendapatkan izin dari Direktur RSJ. Wahyu kemudian masuk ke dalam rumah sakit.
Setelah Wahyu masuk, giliran seorang sekuriti yang bikin ulah. Sekuriti arogan itu malah menantang jurnalis untuk berduel.
“Ayok lepas baju dinas kita yok,” ujar Sekuriti bernama Rahmat itu sambil membuka seragamnya.
Ombudsman: Kayak Orang Sakit Jiwa dan Narkobaan
Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara (Sumut) mengatakan PNS dan satpam RSJ Prof. Ildrem yang mengajak duel wartawan seperti orang gangguan jiwa dan mengonsumsi narkoba.
"Itu pegawai kok ada preman di RSJ Prof. Ildrem. Sudah kayak orang gangguan jiwa dan mengonsumsi narkoba itu," kata Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sumut, Abyadi Siregar kepada Tribun Medan, Selasa (29/6/2021).
Hak itu disampaikan setelah menonton video yang beredar terkait PNS dan Satpam RSJ Prof. Ildrem yang bertindak arogan.
"Dari video itu memang arogan sekali. Kayaknya bukan pegawai. Seharusnya dia beretika dan tidak mengajak berantam," sebutnya.
Dia mengaku sangat kecewa ada unsur pemerintah yang bertindak demikian. Menurutnya, pegawai yang bersikap seolah preman tidak pantas ditempatkan di bagian pelayanan.
Sebab, orang yang tempramental tidak bagus untuk melayani publik. Karena seharusnya pegawai memberikan pelayanan kepada masyarakat. Terlebih, RSJ Prof. Ildrem berada di bawah naungan pemerintahan provinsi Sumut.
"Untuk orang seperti itu harus ada sanksi agar tidak ditempatkan yang berhubungan dengan publik. Itu harusnya bersikap ramah, bertata krama, dan sopan santun. Bukan seperti yang di video itu," tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, Pegawai Rumah Sakit Jiwa Prof Ildrem bertindak arogan tantang duel wartawan.
Pegawai bernama Wahyu Kaban itu bahkan merampas alat kerja awak media yang diundang peliputan vaksinasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Mulanya, awak media bersiap-siap untuk pulang, dan mengambil gambar pendukung suasana gedung RSJ Prof Ildrem.
Tiba-tiba saja Wahyu Kaban datang menarik lengan fotografer Tribun Medan Riski Cahyadi.
Sontak, Riski bertanya apa maksud Wahyu Kaban.
"Kami diundang liputan. Tiba-tiba dia datang ingin merampas kamera saya dan mengajak berkelahi," kata Riski, Selasa (29/6/2021).
Saat Wahyu Kaban berusaha menyerang Riski, sejumlah jurnalis lain yang sama-sama ikut liputan berusaha melerai.
Namun, Wahyu Kaban makin beringas bak kesetanan.
"Maksud mu apa? Ayo kantor-kantor," kata Wahyu Kaban sambil menarik lengan Riski.
Melihat itu, rekan sesama jurnalis meminta Wahyu Kaban tidak bersikap arogan.
Bukannya malah tenang, Wahyu Kaban kembali menyerang Riski.
"Enggak usah kau liput-liput. Entah apa-apa kau liput-liput," katanya merampas selular milik Riski Cahyadi.
"Bapak jangan begitu. Masalah kecil jangan dibesarkan," kata fotografer Antara.
Lagi-lagi, Wahyu Kaban menantang duel.
Dia membusungkan dadanya ke arah fotografer Antara.
"Kau sor sama aku! Mau besar, besar, ayok lah. Ini nah, nama ku, nah, nah," katanya membusungkan dada sembari menantang.
Tak lama kemudian, satpam berbaju mirip polisi ikut-ikutan menantang.
Satpam itu bernama Rahmad.
Dia ikut-ikutan mengajak wartawan duel.
"Ayok lepas baju dinas kau. Ayok, ayok," kata Rahmad.
Rahmad kemudian berjalan menjauh untuk mencari tempat duel.
Karena tak ingin ribut, awak media bertahan di posisi semula.
Tak lama berselang, datang satpam berbaju biru.
Satpam itu meminta maaf karena temannya bernama Rahmad bersikap arogan dan menghalang-halangi kerja jurnalis.
(cr8/tribun-medan.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/seorang-pns-dan-satpam-rsj-prof-iidrem-ajak-wartawan-berkelahi.jpg)