Ambisi Kuasai Harta Karun Rp 50 Kuadriliun dari Laut China Selatan, China Bangun Senjata Super Besar
China Bangun Kapal Induk Terbesar untuk Menguasai Laut China Selatan. Diperkirakan perdagangan global senilai Rp 50 kuadriliun di Laut China Selatan
Penulis: AbdiTumanggor | Editor: AbdiTumanggor
Sejak itu, para analis dan penggemar 'open source' internet telah membanjiri setiap foto satelit baru dan menyisir media sosial untuk mencari petunjuk baru.
Dan mereka membuktikan kapal itu berada di jalur yang akan diluncurkan tahun depan, dengan kemungkinan tanggal operasional paling cepat 2024.
Ini semua terjadi di tengah ketegangan yang sedang berlangsung antara China dan Barat atas kendali atas Laut China Selatan serta tindakan keras China terhadap hak asasi manusia di Hong Kong dan penanganannya terhadap tahap awal pandemi virus corona.
Negara-negara termasuk China, Taiwan, Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam membuat klaim atas bagian-bagian Laut Cina Selatan, dengan berbagai negara lain ingin mempertahankan akses ke jalur pelayaran di wilayah tersebut.
Dikutip dari Intisari, diperkirakan perdagangan global senilai Rp 50 kuadriliun melewati Laut China Selatan setiap tahun, terhitung sekitar sepertiga dari semua perdagangan maritim global.
Dikutip dari laman kamus internasional Merriam Webester, 1 kuadriliun setara dengan angka 1 diikuti dengan angka 0 berjumlah 15. Dengan kata lain, 1 kuardriliun adalah 1.000.000.000.000.000 alias Rp 1.000 triliun. Sehingga angka Rp 50 kuadriliun berarti sama dengan Rp 50.000 triliun.

Kapal induk pertama China CV 16 Liaoning (twitter)

Kapal induk kedua China CV 17 Shandong (twitter)
China Miliki Dua Kapal Induk, Sementara AS Miliki 11 Kapal Induk
Dilansir Taiwan News yang dilansir dari media spesialis militer Xia Bing Xie Jiang melaporkan, seorang pensiunan jenderal Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, Mayor Jenderal Luo Yuan, mengatakan meskipun militer Beijing telah membuat langkah besar belakangan ini, namun jalan masih panjang untuk mengejar ketertinggalan dengan Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
Hal itu dikatakannya jika menilik soal perbandingan jumlah senjata nuklir dan kapal induk. Namun, menurut Luo, baik AS maupun Rusia memiliki keuntungan karena memulai pengembangan militer mereka lebih awal, yang membuat mereka sangat berpengalaman. Sifat seperti itu tidak dimiliki China.
Ia mecontohkan soal kapal induk, bahwa ketika kapal induk AS dan Rusia sudah berlayar di laut, China saat itu bahkan tidak memiliki rencana untuk membangunnya.
Dalam hal senjata nuklir, dia mengatakan jumlah hulu ledak nuklir yang disimpan China jauh lebih sedikit daripada yang dimiliki AS atau Rusia.
Berkenaan dengan kekuatan Angkatan Laut, sambung Luo, AS memiliki 11 kapal induk, sementara China baru hanya memiliki dua. Dia juga mengkritik China yang memiliki lebih sedikit kapal selam nuklir daripada Rusia.
Lebih lanjut, Luo membahas kekuatan udara. Menurutnya, China memiliki sedikit pesawat tempur canggih dan belum mengembangkan jenis pesawat penting tertentu. Satu-satunya hal di mana China dapat dibandingkan dengan dua negara itu adalah dalam hal jumlah personel militer.
Mantan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley pernah mengatakan di Twitter pada 12 Desember 2020; “Kebutuhan akan Angkatan Laut terbesar dan terbaik dunia sudah jelas: China sudah memiliki Angkatan Laut yang lebih besar daripada AS. Meskipun tidak terlalu maju, Beijing berinvestasi besar-besaran. Amerika dapat dan harus berada di depan musuh kita dalam hal kekuatan militer karena itulah kunci perdamaian."
Berdasarkan data dari US Office of Naval Intelligence (ONI), lima tahun lalu China hanya memiliki 255 kapal perang angkatan laut, namun di akhir tahun 2020 angka ini bertambah secara signifikan mencapai 360 buah kapal.