News Video
CERITA SEDIH Sanggar Simalungun Home Dancer, Tak Ada Biaya Berangkat ke Festival UNESCO di Turkey
Para penari Sanggar Simalungun Home Dancer (Sihoda) mendapat undangan mengikuti Festival UNESCO di Turkey, 30 Agustus 2021-5 September 2021 mendatang.
Penulis: Alija Magribi | Editor: M.Andimaz Kahfi
CERITA SEDIH Sanggar Simalungun Home Dancer, Tak Ada Biaya Berangkat ke Festival UNESCO di Turkey
TRIBUN-MEDAN.COM, SIANTAR - Para penari Sanggar Simalungun Home Dancer (Sihoda) mendapat undangan mengikuti Festival UNESCO di Turkey, 30 Agustus 2021-5 September 2021 mendatang.
Hanya saja, masalah klasik dialami para penyaji tari-tari khas tradisional ini, yaitu keterbatasan biaya.
Padahal, bagi para penari Sanggar Sihoda, bisa tampil di event 34th Folkdance Festival dan 22th Golden Carnation Contest Yalova-Turkey, merupakan cita-cita besar mereka selama ini.
Tak lantas menolak tampil, saat ini Sanggar Sihoda masih bersusah payah mencari dukungan, termasuk meminta bantuan dari Wali Kota Pematangsiantar Hefriansyah, Kamis (29/7/2021) pagi yang lalu.
"Yang jelas kami sampaikan program kami ini dan meminta dukungan kepada Wali Kota Pematangsiantar Hefriansyah. Bapak itu mendukung. Cuman, kebetulan kabar undangan semuanya mendadak," kata Pimpinan Sanggar Sihoda Avionita Sinaga, Rabu (4/8/2021).
"Sementara kalau pengeluaran dari pemerintah sudah terprogram. Maksudnya dana itu sudah harus direncanakan dan tidak boleh langsung diinikan (keluarkan)," tambahnya.
Avionita Sinaga mengatakan, hasil pertemuannya dengan Wali Kota, bahwa Pemko Siantar akan membantu.
Namun belum jelas seperti apa bantuannya kendati hari yang ditunggu-tunggu kian dekat.
"Bapak itu menjanjikan, semua akan dibiayai. Pasti ada dukungan dari pemerintah. Bapak itu juga bersedia mendampingi di festival," katanya.
Sanggar Sihoda sendiri hanya mengirimkan 6 penari, bila mendapat dukungan dana untuk terbang ke Turkey.
Namun apa daya, meski sudah terkenal di Siantar, dukungan dari berbagai pihak yang diharap belum juga terlihat.
"Pemkab Simalungun juga belum ada kabar. Padahal harusnya tiket pesawat sudah bisa dipesan," katanya.
Avionita mengatakan, festival di Turkey tersebut merupakan bagian dari agenda UNESCO.
Mereka mendapat undangan tersebut usai memenangi challenge yang dilaksanakan Rosmala Sari Dewi, koreografer/pegiat tari Indonesia yang mendunia.
Sebelumnya, selain Sihoda, perwakilan Indonesia yang berencana ikut tampil yakni Sanggar Gandung Studio binaan Rosmala Sari Dewi sendiri, dan salah satu sanggar asal Batam, Kepulauan Riau.
"Festival yang kita hadiri di Turkey itu, festival adat, dan ada parade mengelilingi jalan di Kota Yelova, Turkey. Semua negara yang diundang akan menampilkan tarian khas daerahnya masing-masing," katanya.
Avionita menuturkan, sebelumnya mereka sudah menyusun 3 tarian apa yang akan ditunjukkan di Turkey, bila impian itu tercapai.
Yaitu tarian Medle Simalumgun, tari ilahbanak uwou, dan untuk parade ada tari multi etnis Sumatera Utara.
"Tari Medley Simalungun itu ada 7 tarian kreasi yang mentradisi di Simalungun seperti, Haruan Bolon, Manduda, Martonun, Sermadengan Dengan, Tor Tor Hon dan ada beberapa tarian lagi (di-medley dia menjadi satu tarian)," katanya.
"Ilah panak bauwou itu, menggambarkan tentang seorang anak perempuan yang lahir dan besar di hutan dan dibesarkan oleh kawanan burung Uwou, atau bahasa Indonesianya burung Uwou," tambahnya.
Disinggung apa perasaan mereka kendati kepastian berangkat ke Turkey, Avionita mengaku merasa bangga. Sebuah kesempatan berharga bisa tampil di luar negeri.
"Dapat undangan ke Turkey mengikuti festival menari rasanya bangga, senang dan ada juga rasa takut. Takut dalam arti mengecewakan, pasti bebannya berat membawa nama budaya Indonesia. Bangga juga bisa terpilih. Mungkin dibilang lomba enggak, bisa dibilang perfom terbaik, pakaian yang terbaik atau ada beberapa kriteria aja," jelasnya.
(alj/tribun-medan.com)