Ternyata Tanaman Ini Berharga Mahal, Dulu Cuma Tumbuhan Liar dan Sering Disebut sebagai Makanan Ular
Budidaya tentang tanaman ubi porang, tanaman porang, porang tanaman, pohon porang, budidaya porang, harga porang, dan manfaat porang.
TRIBUN-MEDAN.COM - Dulu banyak dibuang, tanaman ini kini banyak dibudidayakan petani di sejumlah daerah.
Di pasar ekspor, umbian ini diolah jadi tepung hingga laku keras.
Padahal, tanaman ini tumbuh liar di pekarangan rumah dan dianggap masyarakat sebagai makanan ular.
Umbian ini banyak dicari di pasaran luar negeri seperti Jepang, China, Taiwan, dan Korea.
Tepung umbinya dipakai sebagai bahan baku kosmetik, obat, hingga bahan baku ramen.
Umbi ini pun ternyata sangat laku dijual.
Saat ini saja harganya mencapai Rp 2.500 sampai Rp 4.000 per kg basah atau baru petik. Jika umbi ini sudah dikeringkan atau sudah berbentuk keripik dihargai lebih mahal lagi yaitu sekitar Rp 15.000 hingga Rp 30.000 per kg.
Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, umbi ini bakal menjadi tanaman pangan yang menjanjikan di masa depan, dan bisa jadi pengganti beras.
Jokowi menyampaikan hal ini saat meninjau pabrik pengolahannya di Madiun, Jawa Timur, pada Kamis (19/8/2021).

Tanaman umbi porang (ISTIMEWA)
Jokowi mengatakan, "Umbi ini akan menjadi makanan masa depan karena low calory, low carbon, dan juga rendah kadar gula, bebas kadar gula, saya kira ini menjadi makanan sehat ke depan."
Selain dianggap sebagai makanan sehat di masa depan, umbi ini juga diyakini Jokowi akan bisa dimanfaatkan untuk menggantikan konsumsi pangan beras.
"Ini juga bisa menjadi pengganti beras yang lebih sehat karena kadar gulanya sangat rendah," ujarnya.
Dengan berbagai keunggulan dan manfaatnya, Jokowi menambahkan bahwa peluang pasar untuk tanaman umbi ini masih terbuka lebar.
Jokowi pun memerintahkan agar Menteri Pertanian untuk betul-betul serius menggarap komoditas baru ini.
Menanggapi pernyataan yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo tersebut, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Edi Santosa S.P M.SI pun angkat bicara.