Kisah Eksekusi Mati Anggota PKI yang Punya Ilmu Kebal, Akhirnya Tewas Setelah Terucap Satu Kata Ini

Danton tersebut lantas mengambil pistol dan menempelkannya tepat di kening tawanan tersebut. "Klik-klik." Pistol sama sekali tak bisa menyalak.

Editor: Juang Naibaho
wikipedia
Peristiwa pembersihan anggota dan simpatisan PKI 

"Tidak," jawab anggota PKI yang jadi tawanan tersebut.

Kali ini pistol dikokang dan ditempelkan lagi ke kening tawanan. Pelatuk ditarik dan Dorr!

Sejurus kemudian tawanan itu terjengkang ke belakang dan langsung tewas.

"Rupanya, jawaban "Tidak" dari sang jagoan merupakan kunci pelepasan ilmu kebalnya sehingga dia mati sesuai permintaannya…" ungkap Mayjen TNI (Purn) Rachwono yang ikut dalam Batalyon Kala Hitam saat menggulung sisa-sisa kekuatan PKI Madiun seperti dikutip dalam dokumen pribadinya.

Belasan anggota organisasi pelajar Muslim membakar sekretariat organisasi pelajar underbow PKI.
Belasan anggota organisasi pelajar Muslim membakar sekretariat organisasi pelajar underbow PKI. (bbc indonesia)

Dukun PKI Kebal Senjata dan Peluru

Kejadian tak jauh berbeda dialami pasukan Kopassus yang diterjunkan untuk menumpas seorang simpatisan PKI yang terkenal sebagai dukun

Dikutip dari buku "Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando" karya Hendro Subroto, saat itu pada tahun 1967, perburuan terhadap simpatisan dan anggota PKI dilakukan di kawasan yang terletak antara Cepu dan Ngawi.

Kopassus bersama sejumlah prajurit Kodam Diponegoro hendak menumpas simpatisan PKI yang bernama Mulyono Surodihadjo alias Mbah Suro.

Dalam operasi ini, Kopassus berkekuatan satu kompi di bawah pimpinan Letnan Feisal Tanjung, sedangkan Kodam Diponegoro menerjunkan prajurit dari Yon 408, Yon 409, Yon 410.

TNI terpaksa menggunakan cara kekerasan untuk menghentikan dukun PKI itu.

Adapun Mbah Suro merupakan seorang mantan lurah yang dibebastugaskan akibat kesalahannya sendiri.

Setelah lengser sebagai lurah, Mbah Suro membuka praktik sebagai dukun yang mengobati orang sakit.

Namun, belakangan sosok Mulyono dikenal sebagai dukun kebal, hingga ia disebut sebagai Mbah Suro atau Pendito Gunung Kendheng.

Pergantian nama baru menjadi Mbah Suro juga diikuti dengan perubahan penampilannya seperti memelihara kumis tebal, dan rambut panjang.

Ia melakukan berbagai kegiatan yang berbau klenik, dan menyebarkan kepercayaan Djawa Dipa.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved