Gerakan 30 September
JARANG DIKETAHUI Dulu Soeharto Pernah Dipecat Jenderal Nasution, Soebandrio:Kesaksianku Tentang G30S
Cerita-cerita seputar pahlawan revolusi dan kasus pemberontakan G30S/PKI 1965 masih menyisakan banyak pertanyaan.
Soeharto dianggap telah menggunakan institusi militernya untuk mengumpulkan uang dari perusahaan-perusahaan di Jawa Tengah.
“Sebagai penguasa perang, saya merasa ada wewenang mengambil keputusan darurat untuk kepentingan rakyat, ialah dengan barter gula dengan beras. Saya tugasi Bob Hasan melaksanakan barter ke Singapura, dengan catatan; beras harus datang lebih dahulu ke Semarang,” demikian pengakuan Soeharto dalam Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya (1989).
Baca juga: CURHAT Ahmad Dhani Hidupi 5 Janda, Anaknya Dul Tanggung Seorang Janda, Kini Bicara Kondisi Ekonomi
Namun Soeharto diselamatkan Mayjend Gatot Subroto.
Menurut Gatot, Soeharto masih bisa dibina.
Akhirnya, Soeharto pun sekolah di Seskoad di Bandung.
Akhir Hayat Jenderal Nasution yang Menyedihkan
Nasib Jenderal AH Nasution dan Jenderal Ahmad Yani berbeda saat terjadi peristiwa penculikan jenderal AD, 30 September 1965.
Ahmad Yani tewas, sementara AH Nasution berhasil melarikan diri.
Namun, Nasution harus kehilangan putrinya Ade Irma Suryani.
• Dicap Merah KPK, Novel Baswedan Cs Tak Berwawasan Kebangsaan Disetujui Jokowi Direkrut Kapolri
Nasution masih hidup hingga tahun 2000.
Selepas menjadi Ketua MPRS dan melantik Soeharto sebagai presiden ke-2, kariernya pun meredup.
Pada orde baru, AH Nasution nyaris tak kebagian peran mengurus negara. Yang terjadi malah ia dicekal orde baru.
AH Nasution juga tidak boleh muncul dalam acara kenegaraan di mana ada Presiden Soeharto.
Bahkan sampai urusan mobil Holden Priemer tua lungsuran dari Hankam yang dipakai Nasution sehari-hari ikut ditarik dari kediamannya.
Sebuah cerita di penghujung hayatnya malah membuat banyak orang bersedih.