TRIBUNWIKI
Kisah Sedih Dibalik Tari Gunda-Gundala Suku Karo yang Dipercaya Bisa Memanggil Hujan
Tari Gundala-Gundala memiliki nilai budaya dan spritual. Pasalnya, adanya Tari Gundala-Gundala karena adanya kisah atau legenda yang menyedihkan.
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Tari Gundala-gundala merupakan salah satu kesenian tradisional dari tanah Karo, Sumatera Utata.
Dahulu, tari Gundala-Gundala yang identik dengan topeng berukuran besar ini, ditampilkan untuk memanggil hujan saat musim kemarau atau disebut Ndilo Wari Udan.
Para pemain Gundala, umumnya menggunakan topeng dari kayu berukuran cukup besar, serta baju khusus berwarna putih dan beberapa asesoris lainnya.
Baca juga: Penderita Diabetes Melitus Tidak Boleh Mengkonsumsi Nasi Putih? Ini Penjelasannya
Namun, saat ini tari Gundala-Gundala kerap dimainkan di beberapa acara hiburan ataupun pentas seni.
Bagi Masyarakat Karo sendiri, Tari Gundala-Gundala memiliki nilai budaya dan spritual. Pasalnya, adanya Tari Gundala-Gundala karena adanya kisah atau legenda yang menyedihkan.
Ada beberapa versi asal mula adanya tari Gundala-gundala, namun ada satu kisah yang dipercaya pernah terjadi yang menjadi awal mula terbentuknya tari Gundala-Gundala, yakni tentang seekor burung bernama Gurda-Gurdi.
Dikisahkan, awak terbentuknya Tari Gundala-gundala berawal dari seorang raja bernama Sibayak bersama permainsurinya yang memiliki putri yang cantik jelita.
Suatu ketika sang raja bertemu dengan mahluk gaib yang ternyata adalah jelmaan dari seorang pertapa sakti berbentuk burung raksasa bernama Gurda-Gurdi.
Singkat cerita burung tersebut pun dibawa Raja pulang ke istana dan menjadi penjaga sang putri.
Baca juga: Berikut 6 Situs Streaming Film Resmi untuk Isi Waktu Luang di Rumah, Bagi yang Suka Menonton
Gurda-Gurdi ini dilegendakan memiliki kekuatan ajaib untuk melindungi sang putri dari segala mara bahaya dan ancaman musuh.
Suatu ketika sang putri asik bercanda dengan Gurda-Gurdi hingga ia menyentuh paruh sang burung raksasa.
Merasa tidak senang, Gurda-Gurdi menunjukkan sikap tidak sopan kepada putri hingga panglima raja yang melihat kejadian tersebut berusaha menenangkan Gurda-Gurdi dengan cara mengelus paruh burung tersebut.
Akan tetapi Gurda-Gurdi semakin marah, dan terlibat peekelahian segit dengan sang panglima.
Menyaksikan perkelahian tersebut, raja Sibayak memahami bahwa panglima sudah diambang kekalahan.
Ia kemudian menyuruh para pengawal memberi bantuan dari jarak jauh. Gurda-Gurdi terkena pukulan keras hingga meninggal.