KINI BIAYA TES PCR 300 Ribu Harusnya Gratis, Tunggu Langkah Jokowi Berantas Mafia PCR

Ditunggu langkah Presiden Joko Widodo dalam memberantas mafia tes Covid-19 PCR dengan memotong biayanya menjadi maksimal Rp 300 ribu.

Editor: Salomo Tarigan
TRIBUN MEDAN/ KARTIKA
Warga mengikuti tes PCR di Area Parkir A di Airport Health Center di Bandara Internasional Kualanamu. Foto diambil belum lama in 

PROJO juga meminta Presiden Jokowi tidak tanggung-tanggung dalam memberantas mafia PCR.

Pemotongan harga menjadi Rp 300 ribu sebaiknya dijadikan pintu masuk untuk menghapus syarat PCR bagi penumpang moda transportasi massal di masa yang akan datang.

Panel menegaskan bahwa rakyat sedang menunggu keputusan final Jokowi tentang mafia PCR.

"Pak Jokowi adalah harapan terakhir bagi rakyat untuk memberantas mafia PCR. PROJO percaya dan yakin Pak Jokowi tidak akan mengecewakan rakyat," jelas Panel Barus.

Ide Buruk PCR Penumpang Pesawat

Syarat wajib tes polymerase chain reaction(PCR) bagi penumpang pesawat terbang dinilai tidak tepat.

Alasannya, justru risiko penularan covid-19 paling kecil dari semua moda transportasi adalah pesawat terbang karena sudah dibekali teknologi HEPA(high-efficiency particulate absorbing) atau penyerap udara partikulat berefisiensi tinggi.

HEPA bekerja di dalam kabin pesawat dengan melakukan sirkulasi udara sebanyak 20 kali dalam waktu satu jam dan ini menjadikan risikonya sangat kecil.

Hal itu juga sudah terbukti dalam sebuah kasus saat ada penumpang di sebuah maskapai dari China menuju Kanada awal-awal pandemi silam terkonfirmasi positif covid-19, akan tetapi kemudian tidak ada penularan.

Baca juga: UPDATE HP VIVO TERBARU Keunggulan X70 Pro dengan Zeiss Optics, Cek Lengkap Spesifikasi VIVO X70 Pro

Baca juga: Nasib Rano Karno Hidup tanpa Organ Penting, Terpaksa Hindari Makanan Favorit Banyak Orang

Baca juga: DITAMPAR Aktris Senior Bikin Desy Ratnasari Menangis, Kejadian yang tak Diduga, Desy Sakit Hati?

Karena itulah strategi pengendalian pandemi berbasis risiko khusus untuk pesawat terbang dengan menggunakan tes PCR menjadi tidak efektif.

"Kalau risiko rendah syarat screening jangan yang paling ketat itu logikanya walaupun jangan juga dilonggarkan sama sekali," ujar Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman saat berbincang dengan Tribun, Senin(25/10/2021).

Dicky mengatakan PCR memang suatu alat konfirmasi atau diagnostik untuk menentukan pasti tidaknya seseorang membawa virus penyebab SARS Covid-2 sehingga dia dijadikan sebagai suatu strategi untuk mengkonfirmasi.

Namun kata Dicky, PCR adalah alat strategi diagnostik yang semestinya dipergunakan di tahapan akhir.

Artinya ada suat alat yang mengkonfirmasi pada tahapan sebelumnya yakni antigen.

"Sebenarnya sudah sangat tepat memakai antigen sebelumnya, ditambah syarat vaksinasi lengkap, bahkan kalau nanti ke depan secara domestik semua daerah cakupan vaksinasinya sudah penuh 80 persen lebih maka sudah tidak perlu lagi ada tes. Seperti di Australia, sekarang tidak ada tes tes,"kata Dicky.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved