AMARAH Kapolda Sumut, Wanti-wanti Preman Tak Manfaatkan Ormas, Polisi Tidak Boleh Takut Preman
Saya minta tidak ada orang yang coba-coba memanfaatkan ormas - ormas untuk kepentingan pribadi, apalagi melakukan tindakan pidana.
Penulis: Fredy Santoso | Editor: Randy P.F Hutagaol
"Sesuai arahan pimpinan. Buat LP di Polres saja. Karena menyangkut soal tanah," katanya.
Sementara Efin yang juga selaku penanggungjawab mengatakan bahwa dirinya bukan mempersoalkan permasalahan tanah melainkan laporan tentang penganiayaan.
"Yang mau kami laporkan soal penganiayaan. Berarti gak bisa buat laporan di sini," katanya dalam video tersebut.
TEREKAM CCTV Detik-detik Polisi Dibacoki dan Mobil Dihancurkan, Para Pelaku Bawa Samurai
Satu orang oknum polisi menjadi korban penyerangan oleh puluhan orang. Akibatnya, polisi tersebut mengalami luka bacokan di beberapa bagian tubuhnya.
Diketahui, oknum polisi tersebut bernama Aipda Eko Sugiawan yang berdinas di Polsek Medan Timur.
Kejadian tersebut, terjadi di Jalan Setia Budi, Perumahan Kalpatara Indah, Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia, pada Jumat (22/10/2021) lalu.
Baca juga: POS Polisi Diberondong Peluru, 5 Terduga Pelaku Diringkus dan Terkuak Motif di Baliknya
Selain, membacok korban puluhan orang ini juga menghancurkan rumah serta mobil milik abangnya.
Penyerangan tersebut pun sempat terekam kamera pengawas CCTV.
Dalam rekaman tersebut, tampak puluhan mobil masuk ke dalam komplek.
Tak lama, terlihat mobil Edy berwarna putih berhenti di pinggiran jalan komplek.
Setelah itu, puluhan mobil yang awalnya masuk kelur lagi.
Tiba-tiba puluhan mobil ini berhenti dan langsung melalukan penyerangan terhadap mobil Edy.
Abang korban, Edy menjelaskan saat kejadian ia bersama adiknya sedang berada di kawasan Helvetia.
Saat itu, istrinya yang juga merupakan anggota polisi menelpon dan memberitahu bahwa rumahnya telah diserang oleh sejumlah orang.
"Jadi saya ada adik kandung polisi namanya Eko, saya mau konsultasi karena ada masalah, saya telpon dia. Terus jumpa di kantor kami, ceritalah sama dia," kata Edy kepada Tribun-medan.com, Minggu (31/10/2021).
Ia mengatakan, setelah bertemu ia pun menceritakan masalahnya kepada adiknya, agar dapat solusi dari permasalahnya.
"Pukul 21.56 WIB masuk telpon dari istri saya, ngasih tau bahwa di rumah sudah ramai di datangi orang dan diserang," sebutnya.
Lalu, Edy mengatakan setelah mendengarkan hal itu, ia bersama adiknya langsung menuju ke rumahnya.
"Begitu mau masuk ke komplek, sudah ramai kali komplek sudah padat, jadi saya menepi di depan komplek," Ujarnya.
Edy menuturkan, tak lama para pelaku ini keluar dari dalam komlek rumahnya. Namun, saat itu salah satu pelaku tanda dengan mobil Edy berteriak dan memberitahu kepada yang lain.
Edy juga mengaku, saat itu mendengar dua kali letusan senjata dari dalam komplek.
"Jadi mereka sudah siap merusak rumah, saya buka kaca mobil saya dengar dua kali letusan senjata api. Jadi saya tunggulah keluar mereka," ungkapnya.
"Terakhir keluar mobil Taft, karena tanda dengan mobil saya, ditunjuk-tunjuklah sama mereka, lalu berhentilah mereka," lanjutnya.
Kemudian, mereka yang mendatangi mobil Edy dan langsung menyerang secara membabibuta.
"Langsung nyerang saya, mobil hancur. Mereka pakai samurai, stik golf macam-macamlah yang dibawanya. Mobil saya hancur, masuk juga tombak ke dalam mobil," katanya.
Ia yang mengaku panik, mencoba tancap gas ke arah komplek. Namun saat itu, ia melihat kearah belakang adiknya yang sedang mengendarai sepeda motor ikut dikejar oleh para pelaku.
"Saya liat adik saya sudah dikejar pakai kelewang, tidak mungkin saya bantu, karena memang ramai sekali, sekitar 70 orang ada masanya, jadi saya masuk komplek," ucapnya.
Ketika ia berhasil masuk kedalam komplek, puluhan orang ini langsung pergi dan tidak mengejar lagi.
Tetapi, adiknya terkena bacokan dan telah bersimbah darah. Ia pun langsung melaporkan hal tersebut ke Polsek Medan Helvetia.
Namun, Polsek Medan Helvetia melimpahkan kasus tersebut ke Polrestabes Medan.
"Saya liat adik saya udah berdarah semua. Selesai itu buat laporan ke Polsek Helvetia, tapi sudah ditarik ke Polrestabes Medan," katanya.
Asal Mula dan Kronologi Keributan
Penyerangan rumah Polwan dan pembacokan anggota Polsek Medan Timur di kawasan Kecamatan Medan Helvetia, berawal dari rental truk.
Edi Susanto yang merupakan suami Polwan Aiptu Surya Ningsih dan abang dari Aipda Eko Sugiawan menjelaskan tentang kronologis kejadian penyerangan tersebut.
Ia mengatakan, penyerangan bermula dari sewa menyewa mobil truk, ke seseorang berinisial DK, pada Rabu (13/10/2021) lalu.
Saat itu, ia didatangin oleh DK yang mau menyewa mobil truknya sebanyak tujuh unit yang akan dibawa ke daerah Kabupaten Langkat.
"Awalnya datanglah DK ini, sebelumnya memang sudah kenal. Sudah pernah merental sama kita sekali dua kali, nggak ada masalah. Makanya kita percaya sama dia," kata Edi kepada Tribun-medan.com, Minggu (31/10/2021).
Ia mengatakan, saat itu dirinya mengaku tidak memiliki unit sebanyak yang diinginkan. Namun, Edi mencarikannya truk kepada rekannya bernama Pohan dan Anto.
"Saya bilang sama dia unit saya nggak ada. Kalau bisa saya bantu satu unit. Jadi saya telpon kawan saya. Dapatlah dari Anto tiga unit dari Pohan empat unit," sebutnya.
Edi menambahkan, penyewaan truk tersebut dihitung perhari, satu truk Rp 900 ribu. DK pun menyetujui itu dan menyewa tujuh unit selama enam hari.
DK mengaku kepada Edi bahwa truk tersebut, ia pakai untuk bekerja bersama dengan salah satu ketua Organisasi Masyarakat (Ormas) di Langkat.
"Dia bilang kerja sama dengan ketua Ormas sana, mau nimbun PKS. Sama kita ya terserah yang penting bayar uang rental," tuturnya.
Lalu, sore harinya datanglah orang menggunakan mobil yang disebut-sebut merupakan anggota Ormas itu.
"Bertransaksilah mereka, si DK ini ngambil deposit sama anggota Ormas ini. DK minta bantu, minta surat tanda terima supaya ketua Ormas itu percaya, bahwa di sinilah tempatnya, jadi kita bantulah," ujarnya.
Setelah itu, karena DK menyewa tujuh truk selama enam hari, ia pun menerima uang sewanya sebesar Rp 37,8 juta.
"Besoknya berangkatlah truknya pagi empat unit, kemudian tiga lagi nyusul siang. Ketemulah sama mereka di sana," ungkapnya.
Kemudian, setelah berjalan dua hari. Tiba-tiba DK menghubungi Edi mengatakan dia tidak sanggup dan meminta agar penyewaan agar dibatalkan.
"Di pulangkan semua karena nggak sanggup bayar rental, hari rabu pulang semua. Jadi ku telpon DK ini, hitungan dulu kita, tapi dia nggak datang," sebutnya.
Lalu, hari berikutnya datanglah anggota Ormas yang datang ke kantornya dan memaki-maki Edi.
"Datanglah utusan ketua Ormas itu, dibilangnya saya penipu, tukang olah. Jumpanya sa karyawan saya, kebetulan saya nggak ada," ucapnya.
Saat ia kembali, dan bertemu dengan anggota Ormas tersebut Edi pun bertemu dengan anggota Ormas itu.
Tak lama DK pun datang untuk menyelesaikan permasalahan penyewa mobil.
Kemudian, mereka pun saling berdebat hingga akhirnya DK menyarankan agar uang sewa dikembalikan oleh Edi.
"Karena kondisi kejepit, DK lah yang menyarankan upaya dipulangkan. Dibayarlah Pohan terutang Rp 8,55 juta, Anto Rp 7,225 juta, karena uang mereka kurang jadi ku talangin," katanya.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan setelah semuanya selesai tiba-tiba dirinya didatangi lagi oleh anggota Ormas itu. Dan protes bahwa hitungan pengembalian uang ada yang selisih.
"Selisih berapa lagi, kan sudah sepakat, si DK juga yang bilang sepakat. Jadi saya pun pulang," katanya.
Namun, saat itu ia diikuti oleh anggota Ormas ini sampai rumah. Di rumah, mereka saling cek-cok.
Tak lama, dua orang karyawannya datang dan terjadilah perkelahian antara karyawan nya dengan anggota Ormas itu.
Karena terjadi keributan, ia pun mencoba melerai keributan dan mengusir anggota Ormas itu.
"Cabutlah orang itu. Saya berpikir pasti buat laporan polisi mereka. Jadi hubungi adik saya yang polisi. Konsultasi saya melalui telepon sama dia," katanya.
Kemudian, usai menghubungi adiknya yang berdinas di Polsek Medan Timur itu, ia putuskan untuk bertemu dengannya di Kantor.
"Jumpalah kami di kantor, ceritalah sama dia terkait masalah ini," sebutnya.
Sedang asik bercerita, tiba-tiba istrinya yang berdinas di Kantor Samsat Putri Hijau memberi kabar bahwa rumahnya diserang oleh puluhan orang.
Mendapat kabar itu, ia bersama adiknya langsung pulang menuju rumahnya.
"Pukul 21.56 WIB masuk telpon dari istri, bilang di rumah sudah ramai, diserang orang. Gitu mau masuk komplek, saya lihat sudah ramai, padat komplek saya mobil semua penuh," tuturnya.
Melihat keadaan itu, ia mencoba menepi di jalan komplek rumahnya. Saat itu ia juga mendengar adanya dua kali letusan senjata api.
"Jadi mereka sudah siap merusak rumah. Saya buka kaca mobil saya dengar dua kali letusan senjata api," katanya.
Usai melakukan pengerusakan, puluhan mobil ini keluar dari kawasan kompleknya. Namun naas, ketika keluar salah satu dari mereka mengenali mobil Edi, sehingga mobilnya diserang secara membabi buta.
Tak hanya itu, adiknya juga ikut menjadi sasaran puluhan orang ini.
"Langsung nyerang saya, mobil hancur. Pakai samurai, ditombak juga mobil saya tapi saya menghindari. Saya lihat adik saya sudah di kejar pakai kelewang," pungkasnya.
(cr25/mft/cr11/tribun-medan.com)