Langkah Kementerian LHK Tingkatkan Antisipasi Karhutla di 2022, Kerjasama Regional dan Internasional
Karhutla terluas berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, Kalimanan Barat, Papua dan Riau.
TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN- Sepanjang tahun 2021, upaya yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menuai hasil yang menggembirakan, di mana tingkat karhutla bisa ditekan sehingga bencana kabut asap bisa dihindari.
Namun demikian, upaya pencegahan harus terus ditingkatkan, mengingat bencana karhutla dinilai masih berpotensi terjadi.
Banyak hal yang mempengaruhi hal ini. Di antaranya karena faktor alam, di mana potensi hujan pada tahun 2022 diprediksi lebih rendah dibanding tahun 2021.
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK RI, Laksmi Dhewanthi, mengatakan, dalam upaya pengendalian Karhutla, seluruh jajaran pemerintah berpijak kepada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan.
Baca juga: Pesan WA Mantan Walikota Tj Balai ke Azis Syamsuddin: Ko Bisa Naik Lagi ya Bang, Ampun Bang
Di mana di dalamnya mengatur penugasan untuk setiap Kementerian dan Lembaga serta kepala daerah agar aktif melakukan upaya Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan sesuai dengan mandat serta tugas dan fungsi masing-masing.
"Presiden selalu menekankan pentingnya peningkatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan melalui konsolidasi dalam penanganan karhutla secara menyeluruh oleh seluruh pihak mulai dari pusat ke daerah,"
terangnya.
Dari hasil monitoring hotspot hingga 29 Desember 2021, ditemukan 1.385 titik. Angka ini turun 52,5 persen bila dibandingkan tahun 2020, di mana ketika itu ditemukan ada sebanyak 2.919 titik panas.
Karhutla terluas berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, Kalimanan Barat, Papua dan Riau.
Namun khusus untuk Papua dan Riau, telah terjadi tren penurunan yang signifikan.
"Alhamdulillah, sejak tahun 2020 hingga 2021 tidak ada lagi bencana kabut asap yang selama ini kerap mencoreng nama baik Indonesia di mata negara lain," tambahnya.
Sementara untuk menghadapi tahun 2022, sesuai hasil monitoring BMKG, kondisi ENSO La-Nina cenderung menunjukkan terjadinya pelemahan hingga moderat.
Kondisi ini diprediksi akan berlangsung hingga Mei-Juni-Juli 2022.
Baca juga: Wakil Bupati Bandung Sahrul Gunawan Buka-bukaan Soal PDKTnya pada Ayu Ting Ting, Begini Ceritanya
Pada saat itu, sebanyak 93,27 persen wilayah Indonesia sudah masuk musim hujan.
Wilayah yang sedang mengalami musim hujan meliputi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Pulau Bangka, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DIY, sebagian besar Jawa Timur, sebagian besar Bali, sebagian besar NTB, sebagian besar NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Utara, sebagian Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, sebagian Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan bagian selatan - utara, Sulawesi Tenggara bagian selatan - barat, Maluku Utara, dan Maluku.
"Kondisi ini harus menjadi perhatian khusus bagi kita, dalam rangka mengantisipasi terjadinya karhutla," katanya.
Baca juga: Wakil Bupati Bandung Sahrul Gunawan Buka-bukaan Soal PDKTnya pada Ayu Ting Ting, Begini Ceritanya
