Keindahan Alam Pakpak Bharat Titipan Tuhan, Inilah Sejumlah Objek Wisata yang Menakjubkan di Sana

Dari Kota Medan menuju Kabupaten Pakpak Bharat menempuh perjalanan 193 kilometer dengan catatan waktu sekitar 6 jam yang melintasi dua kabupaten

Penulis: AbdiTumanggor | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/ABDI TUMANGGOR
Udara sejuk yang dikelilingi hutan alam yang masih asri 

Acara pesta pun dimulai. Hari pertama hingga hari kelima, si boru Tinambunan masih tahan untuk melayani kehadiran para tamu. Namun di hari ke-6, ia pun mulai kelelahan. Akibat kelelahan, ia pun beristirahat dan tertidur lelap di dalam sebuah rumah panggung bertiang kayu.

Saat itu, si Berutu dengan sejumlah pengikutnya pun, langsung memotong tiang rumah tersebut dan mengangkutnya secara bersama-sama rumah itu ke kampung halamannya di Desa Ulu Merah (saat ini masuk ke Kecamatan Sitali Urung Julu, Kabupaten Pakpak Bharat).

Dengan menelusuri hutan belantara dan mendaki gunung dari akar-akar kayu hingga malam hari, si berru Tinambunan masih tertidur pulas.

Namun, menjelang dini hari, saat tiba di Delleng Simpon (Gunung Simpolon)---perbatasan Kabupaten Pakpak Bharat dengan Kabupaten Humbanghasundutan---si berru Tinambunan pun terbangun.

Saat dirinya tengah terbangun, ia sadar bahwa telah dibawa oleh pemuda si Berutu.

Kepada si Berutu, berru Tinambunan pun meminta agar berhenti sejenak di Gunung Simpon itu. Pemuda si Berutu pun menyetujui untuk beristirahat sejenak.

Saat itulah, si berru Tinambunan duduk di tanah dan terus menangis sambil mengorek-ngorek tanah pakai kayu kecil.

Saat menangis, air matanya pun menetes ke lubang kecil yang tengah dikorek-koreknya tersebut. Dalam tangisnya, ia mengaku telah mengkhianati cintanya kepada paribannya.

Bagaimana tidak, ternyata, ia dengan paribannya sebelumnya telah sama-sama bersumpah untuk sehidup semati.

Walau mendengar ungkapan hati si berru Tinambunan, si Berutu tetap bersikukuh dan melanjutkan perjalanan menuju istananya di Ulu Merah.

Saat tiba di Desa Ulu Merah kampung si Berutu, kedua orangtuanya langsung menyambut rombongan anaknya.

Kedua orangtua si Berutu pun menyiapkan beras di dalam sebuah bakul (dalam adat Batak, kedua anak yang membawa calon istri ke rumah orangtuanya harus disambut dengan menaruh beras di atas kepada keduanya sebelum memasuki rumah).

Si berru Tinambunan pun digandeng si Pangeran Berutu memasuki rumahnya.

Dengan berat hati, si berru Tinambunan melangkahkan kakinya untuk menaiki tangga demi tangga rumah istana orangtua si Berutu. Maklum, rumah orangtua si Berutu bertingkat tujuh.

Tak disangka-sangka, di tangga ke-6, si boru Tinambunan terjatuh hingga ke tanah dan jatuh pingsan tak sadarkan diri.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved