Suntik Vaksin Siswa SD

BREAKING NEWS Bocah SD di Tanjungmorawa Meninggal Setelah Divaksin, Dinkes Sebut Karena Hal Ini

Seorang siswa yang duduk di kelas tiga Sekolah Dasar (SD) meninggal dunia usai jalani vaksinasi di sekolah, sempat alami kejang

Editor: Array A Argus
HO
Ronal Purba, bocah SD meninggal usai divaksin Covid-19 

TRIBUN-MEDAN.COM,DELISERDANG- Ronal Purba, siswa kelas tiga Sekolah Dasar (SD) di Gang Mardisan, Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjungmorawa meninggal setelah divaksin.

Pihak keluarga mengatakan, bahwa sebelum meninggal, bocah berusia 10 tahun itu mengalami demam tinggi.

Menurut Sarma Simbolon, ibu korban, awalnya sang anak menjalani vaksinasi di sekolah pada Rabu (19/1/2022) lalu.

Sehari kemudian, atau Kamis (20/1/2022), Ronal Purba mengalami demam tinggi dan perutnya membesar.

Melihat Ronal sakit, sang kakak menghubungi Sarma Simbolon yang kebetulan tengah bekerja di Kota Medan.

 

 

"Saat anak saya ini sakit, di rumah hanya ada ibu dan anak yang nomor satu," kata Sarma Simbolon di rumahnya di Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang, Kamis (27/1/2022).

Lantaran Ronal sudah demam tinggi, sang kakak kemudian membawa adiknya itu ke klinik di Desa Limau Manis.

Selanjutnya, Ronal kemudian dirujuk ke RS Mitra Medika yang ada di Medan.

Karena di RS Mitra Medika tidak punya dokter spesialis anak, Ronal kembali dirujuk ke RS Mitra Sejati Medan.

"Di sana dirawat sekitar empat hari lah. Masuk hari Jumat (21/1/2022), pulangnya hari Senin (24/1/2022)," kata Sarma. 

Ia mengatakan, sebelum membawa Ronal pulang, pihak RS Mitra Sejati sempat meminta Sarma merujuk Ronal ke RSUP Adam Malik.

Alasannya, di RSUP Adam Malik peralatannya lebih lengkap.

Namun, Sarma menolak karena tidak akan ada yang menjaga dan merawat Ronal.

 

 

Sebab, Sarma sendiri harus bekerja, dan orangtuanya tidak mungkin harus berdiam diri di rumah sakit.

Sedangkan anak pertamanya, harus sekolah.

"Menurut dokter, anak saya ini ada infeksi di otot. Saya pun kurang tahu," kata Sarma.

Selama ini sang anak tidak pernah mengeluhkan sakit apapun.

Namun dokter bilang, kemungkinan sang anak pernah kena kaca atau paku, sehingga mengalami tetanus. 

Sehingga, sang anak harus dirujuk ke RSUP Adam Malik.

"Anak ku ini enggak pernah sakit. Baik-baik aja," katanya.

Setelah dibawa pulang ke rumah, Ronal akhirnya meninggal dunia pada Rabu (26/1/2022) dinihari.

Sarma mengaku, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.

Dia mengaku pasrah dan ikhlas atas kepergian Ronal.

Meski terasa berat, namun hal itu harus dilakukannya.

"Kalau berlarut-larut (saya sedih), kalau saya lemah, gimana nanti perasaan anak dan ibu saya," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deliserdang, dr Ade Budi Krista mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan tindak lanjut atas adanya informasi anak meninggal dunia karena vaksin. 

Berdasarkan hasil surveillance, Ronal meninggal bukan karena vaksin, tapi karena tetanus.

Kasus Serupa di Tanjungbalai

Sementara itu, di Kota Tanjungbalai kasus serupa juga terjadi.

Seorang siswi SD bernama Syafa Salsabila Sapnia (10) meninggal dunia diduga usai jalani vaksin di sekolah.

Ibu Syafa bernama Veronina Ray menjelaskan, putrinya itu jalani vaksinasi pada Selasa(11/1/2022) di sekolahnya yang ada di Kota Tanjungbalai.

Sebelum divaksin, Syafa dalam keadaan baik-baik saja.

Baca juga: Inalillahi, Mahasiswa Poltekpar Meninggal Usai Divaksin Sinovac Setelah Sempat Demam, Paman Koma

"Saya memang ikut saat anak saya divaksin. Guru-gurunya juga bagus, tidak memaksa untuk anak muridnya divaksin. Saya memvaksin anak saya karena salah satu sekolah harus ada surat vaksin kalau mau masuk dan mendaftar," ujar wanita yang akrab di panggil Neina, Rabu(26/1/2022).

Setelah jalani vaksinasi, Syafa mulai merasakan sakit di kepala.

"Seminggu setelah vaksin, pas anak saya ini pulang mengaji, dia merasakan sakit di kepalanya. Disitu dia mulai nampak sakit," katanya kepada Tribun-Medan.com.

Selain merasakan sakit kepala, Syafa mengalami demam selama dua hari.

Lalu, Syafa dibawa ke beberapa dokter yang ada di Kota Tanjungbalai hingga dirujuk ke rumah sakit yang ada di Kota Medan.

Baca juga: Camat Percut Seituan Bantah Rohimah Meninggal Usai Divaksin

"Waktu dia demam, sempat minta dikusuk, kami kusuk. Namun tidak juga reda panasnya, kami bawa ke mantri (bidan) dan diberikan obat. Demamnya turun, tapi dia enggak mau makan," katanya.

Setelah tidak mau makan, akhirnya Syafa dirujuk ke Kota Medan.

"Setiap pagi keluar darah dari hidungnya tidak berhenti-henti, sehingga kami bawa dia ke dokter Johan, di sana dibilang anak saya ini gejala DBD (Demam Berdarah), sehingga dirujuk ke rumah sakit Husada Medan," katanya.

Saat itu, anaknya diobservasi dan hasil yang didapat disebut DBD. 

Baca juga: INI Fakta Komandan Kompi Batalion A Brimob Polda Maluku Meninggal Usai Divaksin, Berikut Datanya

"Waktu itu kondisi hidungnya keluar darah. Bahkan saat diberi minum karena dia haus, diberi minum oleh ayahnya semakin keluar darahnya dari hidung," katanya.

Namun, ia curiga karenakan indikasi demam berdarah tidak ditemukan di tubuh sang anak.

Sebab, tanda bintik merah khas demam berdarah tidak terlihat pada tubuh Syafa.

"Saya melihat tidak ada bercak bintik merah pada badan anak saya. Saya memandikan jasad anak saya," katanya.

Ia berharap agar vaksin untuk anak segera ditiadakan bila dampaknya dapat merenggut nyawa.

"Betapa sedihnya saya kalau ada korban lainnya yang meninggal dunia akibat vaksin. Biar saya saja yang merasakan kehilangan anak akibat vaksin. Jangan ada ibu lainnya," pungkasnya.(tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved