Rusia vs Ukraina
Benni Sitanggang Tinggal di Ukraina, Mengaku Sudah Diberikan Peta Menuju Bunker
Benni Sitanggang yang tinggal di Ternobil, sekitar lima jam berkendara dari Kiev, mengatakan kekhawatiran tertangkap namun mereka semua tetap waspada.
TRIBUN-MEDAN.COM - Benni Sitanggang, seorang warga negara Indonesia (WNI) yang telah tinggal di Ukraina selama lebih dari lima tahun, mengatakan pemerintah daerah tempatnya tinggal sudah menyiapkan berbagai kemungkinan bila sampai penyerbuan terjadi.
"Warga tidak terlalu panik, tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Namun bila terjadi hal tak diinginkan, seperti pengeboman ,semoga tidak terjadi, kita dikasih peta untuk tempat persembunyian, bunker-bunker untuk keamanan."
"Kita sudah dikasih peta, masyarakat tahu ke mana perginya bila terjadi hal-hal yang tak diinginkan," kata Benni Sitanggang kepada BBC News Indonesia.
Benni Sitanggang juga mengatakan pemerintah setempat juga meminta warga terus mengikuti berita dan mendengar seruan pemerintah apa yang harus dilakukan.

Benni Sitanggang bersama keluarga (INSTAGRAM BENNI SITANGGANG)
Benni Sitanggang yang tinggal di Ternobil, sekitar lima jam berkendara dari Kiev, mengatakan kekhawatiran tertangkap namun mereka semua tetap waspada.
Ia juga mengatakan seruan dari KBRI meminta WNI tenang dan diberikan penyuluhan untuk persiapan, termasuk "mempersiapkan dokumen dalam tas, pakaian seperlunya" untuk berjaga-jaga.
"Kalau mau pulang pun kita bisa dipulangkan dengan keluarga. seperti saya yang menikah dengan warga Ukraina, saya bisa pulang bersama istri dan anak saya ke Indonesia,"ujar Benni Sitanggang.
Sebelumnya, pada Kamis (10/2/2022) lalu, melalui keterangan pers secara daring, Kementerian Luar Negeri Indonesia memastikan kondisi 145 WNI yang mayoritas tinggal di Kiev dan tersebar di beberapa daerah di negara itu dipastikan masih aman dan sehat.
"Berdasarkan laporan dari KBRI Kiev, saat ini aman dan dalam kondisi normal," ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu Judha Nugraha.

Benni Sitanggang tinggal di Ukraina (ISTIMEWA)
Ketika Presiden Putin perintahkan militer Rusia serbu wilayah Ukraina timur di Donetsk dan Luhansk
Presiden Rusia Vladimir Putin yang terobsesi mengembalikan kejayaan Uni Soviet memulai perang Rusia-Ukraina dengan mengakui separatis di Ukraina timur, yaitu Donetsk dan Luhansk, Senin (21/2/2022).
"Saya percaya perlu mengambil keputusan yang sudah lama tertunda, untuk segera mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Lugansk," kata Putin dikutip dari AFP.
Putin juga menuntut agar Ukraina mengakhiri operasi militer terhadap pemberontak pro-Rusia di bagian timur negara itu, atau mengancam bakal lebih banyak kemungkinan pertumpahan darah.
"Kami menuntut segera diakhirinya operasi militer," ujar Putin dengan menuduh Kiev mencoba mengatur serangan kilat di Ukraina timur.
"Jika tidak, semua tanggung jawab untuk kemungkinan kelanjutan pertumpahan darah akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab rezim yang berkuasa di Ukraina," tambahnya.
TV Rusia kemudian menunjukkan Putin menandatangani perjanjian bantuan timbal balik dan persahabatan dengan para pemimpin pemberontak di Kremlin.